Siapa yang tidak mengenal sosok Bacharuddin Jusuf Habibie, sang bapak teknologi Indonesia yang memiliki otak cukup cemerlang. Habibie memang dikenal sebagai bapak teknologi Indonesia, dialah pencetus beberapa perusahaan teknologi di Indonesia. Bahkan ide cemerlangnya selalu digunakan oleh perusahaan-perusahaan teknologi tinggi dunia.
Kecemerlangan sosok Habibie dikenal dunia, bahkan sudah berbagai perusahaan industri dirgantara diberbagai negara memakai jasanya untuk membangun industri pesawat terbang di negara-negara barat.
Padahal, jika Habibie membangun industri tersebut di Indonesia sudah dipastikan Indonesia akan memiliki industri penerbangan yang cukup maju. Untuk mengenal lebih dekat sosok Habibie, berikut sedikit kisah hidupnya Habibie.
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau adalah anak ke empat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie serta RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yakni Ilham Akbar serta Thareq Kemal.
Masa-masa Kecil BJ Habibie
Masa-masa kecil Habibie dilewati berbarengan saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Karakter tegas bersandar pada prinsip sudah diperlihatkan Habibie mulai sejak kanak-kanak. Habibie yang miliki kesukaan menunggang kuda ini, mesti kehilangan bapaknya yang wafat dunia pada 3 September 1950 lantaran terserang serangan jantung.
Tidak lama sesudah bapaknya wafat, Habibie geser ke Bandung untuk menuntut pengetahuan di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai terlihat menonjol prestasinya, terlebih dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie jadi sosok favorite di sekolahnya.
Pria yang di panggil Rudy semasa mudanya ini menggunakan masa-masa kecil di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Mulai sejak kecil, kelahiran 25 Juni 80 tahun silam ini udah punya niat jadi seseorang insinyur. Beliau memperoleh ‘ilham’ ini saat ada seseorang insinyur baru yang berkunjung ke daerahnya. Pada jaman itu, profesi insinyur miliki nama serta amat terpandang.
Nah, sejak kerap mendengar beberapa cerita insinyur, beliau meneguhkan hati untuk jadi insinyur nantinya. Juga, saat di tanya satu diantara guru di sekolah tentang cita-citanya, beliau dengan lantang menjawab “Saya mau jadi insinyur, ”. Kecintaannya pada pesawat terbang muncul ketika lihat burung yang terbang di langit. Ayah tehnologi ini jadi mau bikin suatu hal yang bisa terbang seperti seekor burung di udara.
Mulai sejak kecil, kegemarannya bakal membaca udah tampak. Si pakar pesawat terbang ini malas keluar bermain seperti anak-anak biasanya. Beliau kerasan berlama-lama ada dirumah menggunakan waktunya untuk membaca buku. Hingga sebuah saat, mami—panggilan Habibie pada ibunya—R. A. Tuti Marini Puspowardojo, menyuruhnya keluar tempat tinggal lantaran Habibie kecil sangat asik belajar. Umumnya jadi orang tua kita ribet menyuruh kita untuk belajar ya, smart buddies? Hehe.
Sesudah papi—panggilan Habibie ke ayahnya—, Alwi Abdul Jalil Habibie wafat lantaran serangan jantung tahun 1950, Habibie meneruskan sekolah ke Bandung. Ketentuan ini diambil mami, yang betul-betul ikuti pesan sang suami tentang pendidikan anak-anaknya. Sesudah memikirkan panjang, pada akhirnya mami mengambil keputusan untuk kirim Habibie ke pulau Jawa. Ada jauh, sampai lain pulau dengan anak sendiri, terbayang kan begitu sulitnya?
Mulai sejak masa-masa kecilnya, Habibie sudah memperlihatkan ketertarikan serta bakatnya pada ilmu dan pengetahuan serta tehnologi, terutama pelajaran fisika. Masa-masa SMP di habiskan di SMP 5 Jalan Jawa, Bandung. Lantas, dilanjutkan ke SMAK Dago yang dahulu di kenal dengan nama Lycium.
Dimasa kecil, Habibie sudah memperlihatkan kecerdasan serta semangat tinggi pada ilmu dan pengetahuan serta tehnologi terutama Fisika. Sepanjang enam bln., ia kuliah di Tehnik Mesin Institut Tehnologi Bandung (ITB), serta dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R. A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menggunakan 10 tahun untuk merampungkan studi S-1 sampai S-3 di Aachen-Jerman.
Pendidikan BJ Habibie
Mulai sejak masa-masa kecilnya, Habibie sudah memperlihatkan ketertarikan serta bakatnya pada ilmu dan pengetahuan serta teknologi, terutama pelajaran fisika. Masa-masa SMP dihabiskan di SMP 5 Jalan Jawa, Bandung. Lantas, dilanjutkan ke SMAK Dago yang dahulu di kenal dengan nama Lycium.
Pada saat SMA, Habibie dikenal sebagai sosok yang pandai dalam mata pelajaran eksakta seperti mekanika, matematika, serta yang lain. Beliau bukanlah jenis yang sukai belajar jauh-jauh hari saat sebelum saat ujian lho. Uniknya, saat ada ujian mendadak, senantiasa memperoleh nilai terbaik. Bahkan juga, bila saat ujian 50 menit dapat digunakan untuk menjawab 30 masalah oleh siswa lain, Habibie cuma membutuhkan 20 menit untuk kerjakan seluruh. Cerdas sekali, bukan? Tetapi beliau tidak sombong karena itu, malah amat akrab dengan beberapa rekannya.
Lulus SMA, tahun 1954 beliau meneruskan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin. Saat sebelum merampungkan kuliahnya di ITB, enam bulan lantas pada akhirnya Habibie memutuskan untuk meneruskan studinya di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman. Berbekal dorongan semangat serta tunjangan finansial dari mami, berangkatlah beliau kesana. Di ketika berikut pertama kalinya beliau naik pesawat! Sesungguhnya beliau amat berberat hati meninggalkan Indonesia. Tidak hanya jauh dari keluarga, mesti berpisah dengan juga rekan-rekan serta kekasihnya ketika itu.
Tetapi hijrahnya ini dikerjakan untuk sumpah mami pada mendiang papi untuk menyekolahkan ke tahap pendidikan paling tinggi sedapatnya. Mami memakai tabungan yang dipunyainya untuk membiayai sekolah Habibie di Jerman. Bahkan juga, hingga membangun perusahaan yang bergerak dalam ekspor impor dengan koneksi seadanya.
Tidak sama dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang memperoleh beasiswa diluar negeri, kuliah Habibie (terlebih S-1 serta S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang lakukan usaha catering serta indekost di Bandung sesudah ditinggal pergi suaminya (bapak Habibie). Habibie mengeluti bagian Design serta Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Sepanjang lima tahun studi di Jerman pada akhirnya Habibie peroleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik.
Sepanjang di Jerman, tepatnya di Aachen, Habibie betul-betul melakukan kuliah dengan telaten. Pilihannya cuma dua, mesti lulus ujian, atau bekerja mencari uang. Bila keduanya tidak berhasil, terang bakal tidak untung. Percuma udah keluarganya bersusah payah berusaha keras membanting tulang di Indonesia untuk menyekolahkan beliau. Oleh karenanya, sebagai bentuk tanggung jawab, tiap tahun beliau membidik dapat lulus di seluruh mata kuliah. Pria yang style bicaranya khas ini tidak pernah bolos kuliah. Beliau disiplin serta pas saat hingga jadikan contoh oleh rekan-rekan kuliahnya.
Dibanding dengan 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa, Habibie yaitu satu diantara yang memperoleh tunjangan dari orang tua. Selebihnya? Mereka memperoleh uang dari negara. Paspor mereka juga yaitu paspor dinas RI dengan keseluruhan beasiswa yang mungkin saja amat banyak. Tidak sama dengan Habibie, yang paspornya swasta umum serta murni biaya sendiri.
Musim berlibur tidaklah waktunya berleha-leha untuk beliau. Malah peluang emas yang perlu berisi ujian serta mencari uang untuk beli buku. Beliau tidak mau hidup berfoya-foya seperti beberapa rekannya yang miliki beasiswa. Oleh karenanya, beliau mengambil kelas musim panas serta belajar. Seluruh dikerjakan untuk orang tua. Pantas dicontoh nih, smart buddies.
Di masa-masa perkuliahan, acara budaya di universitas banyak dikerjakan oleh beliau. Beliau ikut mengenalkan pementasan budaya Indonesia di beberapa acara. Bahkan juga, menghadirkan pentas budaya di Indonesia di beberapa kota kecil di Jerman. Oh ya, beliau pernah menarikan tari payung serta berpasangan dengan satu diantara rekan wanitanya. Jadi, rekan wanitanya itu dibisiki gerakan apa berikutnya. Wah, nyatanya kekuatan menarinya bisa juga ya!
Tidak hanya berorganisasi, Habibie muda dikenal ramah serta akrab. Tidak cuma pada rekan-rekan serta kalangannya saja. Hal semacam ini dibuktikan dengan biasanya beliau berhubungan dengan penjual serta penyapu jalan di selama jalan pada universitas serta tempatnya tinggal. Psst, beliau bisa hingga duduk berbarengan mereka di trotoar lho untuk sebatas mengobrol!
Belajar bikin pesawat ini bukanlah masalah gampang, tetapi rumit serta kompleks. Tidak cuma belajar aerodynamics, balance, atau machine, namun juga ada banyak hal-hal lain. Nah, tahun 1958, tahun terakhirnya di tahap S1, beliau jadi inisiator Seminar PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) se-Eropa.
Di pertemuan berikut semua mahasiswa yang belajar di Eropa berkumpul, mengulas persoalan Indonesia serta temukan pemecahannya. Beliau juga mengadakan seminar besar sepanjang 5 hari berturut-turut. Tetapi sayangnya, untuk mengadakan seminar itu, beliau pernah sakit kronis. Karena sangat parahnya, beliau pernah dimasukkan ke kamar mayat seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup.
Di kondisi sekronis itu, beliau masihlah pernah bikin satu diantara puisi berjudul “Sumpahku!!! ” yang diisi kekesalannya. Beliau terasa belum dapat mengabdikan dirinya untuk negaranya. Begitu besar cintanya pada Indonesia, smart buddies.
Singkat narasi, Habibie sukses merampungkan studi S1 serta S2 di Jerman. Sesudah lima tahun lamanya menuntut pengetahuan di Jerman, Habibie lulus sebagai diploma tehnik Jerman bagian desain serta konstruksi pesawat terbang. Gelar ini setara dengan gelar Master (S2) di negara lain.
Tidak lama setelah lulus S2, beliau menikah dengan Hasri Ainun Besari, rekan SMA-nya pada tahun 1962. Pada ketika itu, Ainun bergelar dokter serta bekerja di satu tempat tinggal sakit daerah Jakarta. Ainun rela meninggalkan pekerjaannya untuk ikuti suami bangun karir di Jerman. Ini seluruh jelas karena rasa cinta serta pengabdiannya. Di masa-masa ini kegigihan Habibie serta kesetiaan cinta Ainun diuji. Mereka tinggal di apartemen kecil. Habibie sebagai pencari nafkah untuk biaya hidup sekalian biaya studi S3-nya. Pasangan serasi ini dikaruniai dua orang putra bernama Ilham Akbar Habibie serta Thareq Kemal Habibie.
Setelah merampungkan tahap S3, beliau bekerja di satu perusahaan penerbangan Jerman. Perusahaan itu bernama Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB). Sepanjang bekerja disana, beliau amat tegas, tetapi tetap melindungi hubungan baik pada atasan serta bawahan. Untuk hal yang berbentuk prinsipil, beliau ikhlas adu alasan serta tidak mudah menyerah membela apa yang dikira benar.
Di MBB, beliau pernah mencetuskan beberapa teori perlu yang dipakai dalam pengetahuan penerbangan dunia. Seperti termodinamika, konstruksi, dan aerodinamika. Beberapa rumusan teori yang populer dalam dunia rancangan serta konstruksi pesawat terbang yaitu Habibie Fact, Habibie Method, serta Habibie Theorem. Seluruh penelitian dikerjakan cuma untuk memajukan industri penerbangan, terlebih Indonesia. Beliau juga membina kader penerus bagian tehnologi pesawat terbang di tahun 1968. Putra-putra Indonesia dimasukkan untuk dididik jadi teknisi penerbangan di MBB.
Beliau diangkat jadi penasihat pemerintah di bagian teknologi pesawat terbang serta tehnologi tinggi di tahun 1974-1978. Kembali dari Jerman tahun 1974, suami dari Ibu Ainun ini mengungkapkan janjinya untuk memajukan teknologi penerbangan kurang lebih. Janji ini diuktikan dengan keberhasilan belaiu bangun Tubuh Pengkajian serta Aplikasi Tehnologi (BPPT) di tahun 1986. Juga, Laboratorium Pusat Riset serta Pengetahuan Pengtahuan (Puspitek), sekalian mengetuai keduanya.
Semua keberhasilan ini dicapai beliau saat sebelum umur 40 tahun lho! Ini membuatnya sebagai satu diantara orang terpandang di Jerman. Sepanjang berkarier, Habibie tidak pernah pikirkan ejekan orang pada dirinya. Walau pernah alami bullying, saat muda, beliau tidak buang waktunya untuk menyikapi beberapa orang yang memperlakukannya dengan kurang baik. Beliau senantiasa mengingat pesan sang papi untuk jadi mata air yang dapat berikan kehidupan serta sumber kejernihan untuk orang di sekitarnya. Beliau bukanlah sosok yang jenius, sama dengan kita. Usaha keras serta integritas yaitu kunci berhasil dalam segalanya.
Karier Politik BJ Habibie
Pada tahun 1968, BJ Habibie sudah mengundang beberapa insinyur untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Kurang lebih 40 insinyur Indonesia pada akhirnya bisa bekerja di MBB atas referensi Pak Habibie. Hal semacam ini dikerjakan untuk menyiapkan skill serta pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk sebuah ketika dapat kembali pada Indonesia serta bikin produk industri dirgantara (serta lantas maritim serta darat). Serta saat (Alm) Presiden Soeharto kirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menjumpai seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia serta melepas jabatan, posisi serta prestise tinggi di Jerman.
Hal semacam ini dikerjakan BJ Habibie untuk memberi sumbangsih pengetahuan serta tehnologi pada bangsa ini. Pada 1974 di umur 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Iapun diangkat jadi penasihat pemerintah (langsung di bawah Presiden) di bagian tehnologi pesawat terbang serta tehnologi tinggi sampai tahun 1978. Walau sekian dari tahun 1974-1978, Habibie masihlah kerap pulang pergi ke Jerman lantaran masihlah menjabat sebagai Vice Presiden serta Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai betul-betul fokus sesudah ia melepas jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Serta mulai sejak itu, dari tahun 1978 sampai 1997, ia diangkat jadi Menteri Negara Penelitian serta Tehnologi (Menristek) sekalian merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian serta Penerapan Teknologi (BPPT). Selain itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Penelitian Nasional serta beragam jabatan yang lain
Saat jadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yaitu membawa Indonesia jadi negara industri berteknologi tinggi. Ia mendorong ada lompatan dalam kiat pembangunan yaitu melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang langsung membawa Indonesia jadi negara Industri memperoleh pertentangan dari beragam pihak, baik dalam ataupun luar negeri yang menginginkan pembangunan secara bertahap yang diawali dari konsentrasi investasi di sektor pertanian. Tetapi, Habibie mempunyai kepercayaan kokoh bakal visinya, serta ada satu “quote” yang populer dari Habibie yaitu :
“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have enough. ” (Sumber : BBC : BJ Habibie Profile -1998.)
Kalimat di atas adalah senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya. Habibie mau menerangkan kenapa industri berteknologi itu amat perlu. Serta ia memperbandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia memperlihatkan data kalau harga 1 kg pesawat terbang yaitu USD 30.000 serta 1 kg beras yaitu 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang nyaris setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan bikin 1 buah pesawat dengan massa 10 ton,bakal didapat beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Presiden Soeharto juga bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi Habibie. Serta pada tahun 1989, Suharto memberi “kekuasan” lebih pada Habibie dengan memberi keyakinan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad, PAL, serta PT IPTN.
Habibie menjadi RI-1
Secara materi, Habibie udah amat mapan saat ia bekerja di perusahaan MBB Jerman. Tidak hanya mapan, Habibie mempunyai jabatan yang amat strategis yaitu Vice President sekalian Senior Advicer di perusahaan high-tech Jerman. Hingga Habibie terjun ke pemerintahan bukanlah lantaran mencari uang maupun kekuasaan semata, namun lebih pada perasaan “terima kasih” pada negara serta bangsa Indonesia serta pada kedua orang tuanya.
Sikap sama juga diperlihatkan oleh Kwik Kian Gie, yaitu sesudah jadi orang kaya serta makmur dulu, lantas Kwik pensiun dari bisnisnya serta baru terjun ke dunia politik. Bukanlah demikian sebaliknya, yang banyak dikerjakan oleh beberapa politisi sekarang sebagai politisi untuk mencari kekayaan/popularitas hingga tidak heran praktek korupsi menjamur.
Tiga tahun sesudah kepulangan ke Indonesia, Habibie (umur 41 tahun) memperoleh gelar Profesor Teknik dari ITB. Sepanjang 20 tahun jadi Menristek, pada akhirnya pada tanggal 11 Maret 1998, Habibie dipilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 lewat Sidang Umum MPR. Di masa-masa begitulah krisis ekonomi (krismon) menempa lokasi Asia termasuk juga Indonesia. Nilai ganti rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS jadi Rp 12.000-an per dolar. Utang luar negeri jatuh tempo sehinga membengkak akibat depresiasi rupiah. Hal semacam ini diperbarah oleh perbankan swasta yang alami kesusahan likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, serta pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
Pada ketika berbarengan, kebencian orang-orang mencapai puncak dengan sistem orde baru yang sarat Korupsi, Kolusi, Nepotisme yang dikerjakan oleh kroni-kroni Soeharto (petinggi, politisi, konglomerat). Tidak hanya KKN, pemerintahan Soeharto termasuk otoriter, yang menangkap aktivis serta mahasiswa vokal.
Dipicu penembakan 4 orang mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12 Mei 1998, meletuslah kemarahan orang-orang terlebih kelompok aktivis serta mahasiswa pada pemerintah Orba. Gerakan mahasiswa, aktivis, serta seluruh orang-orang pada 12-14 Mei 1998 jadi momentum perubahan rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato. Serta pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto sangat terpaksa mundur dari jabatan Presiden yang dipegangnya sepanjang kurang lebih 32 tahun.
Sepanjang 32 tahun begitulah, pemerintahan otoriter serta sarat KKN tumbuh sumbur. Sepanjang 32 tahun itu juga, banyak kebenaran yang dibungkam. Dari mulai perubahan Pemerintah Soekarno (serta pengasingan Pres Soekarno), G30S-PKI, Supersemar, sampai sangkaan konspirasi Soeharto dengan pihak Amerika serta sekutunya yang mengeruk sumber kekayaan alam oleh beberapa golongan kapitalis di bawah bendera korpotokrasi (termasuk juga CIA, Bank Dunia, IMF serta konglomerasi).
Soeharto mundur, Wakilnya yaitu BJ Habibie juga diangkat jadi Presiden RI ke-3 bersumber pada pasal 8 UUD 1945. Tetapi, masa-masa jabatannya sebagai presiden cuma bertahan sepanjang 512 hari. Walau amat singkat, kepemimpinan Presiden Habibie dapat membawa bangsa Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis. Presiden Habibie sukses memimpin negara keluar dari dalam kondisi ultra-krisis, melaksanankan transisi dari negara otorian jadi demokrasi. Berhasil melakukan pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), berhasil membawa perubahan signifikn pada kestabilan, demokratisasi serta reformasi di Indonesia.
Habibie adalah presiden RI pertama yang terima banyak penghargaan terlebih di bagian IPTEK baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. Jasa-jasanya dalam bagian tehnologi pesawat terbang mengantarkan beliau memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Kampus terpenting dunia, diantaranya Cranfield Institute of Technology serta Chungbuk University.
Habibie : Bapak Teknologi Indonesia
Pemikiran-pemikiran Habibie yang “high-tech” memperoleh “hati” pak Harto. Bisa dikatakan kalau Soeharto kagum pada pemikiran Habibie, hingga pemikirannya dengan gampang disetujui pak Harto. Pak Harto juga sepakat menganggarkan “dana ekstra” untuk meningkatkan inspirasi Habibie.
Keringanan akses dan kedekatan Soeharto-Habibie dikira oleh beragam pihak sebagai bentuk kolusi Habibie-Soeharto. Terlebih, beberapa pihak tidak sepakat dengan pola pikir Habibie mengingat pemerintah Soeharto ingin menggunakan dana yang besar untuk pengembangan industri-industri teknologi tinggi seperti anjuran Habibie.
Tanggal 26 April 1976, Habibie membangun PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Lokasi Asia Tenggara (catatan : Nurtanio merupakan Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia). Industri Pesawat Terbang Nurtanio lantas bertukar nama jadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985, lantas direkstrurisasi, jadi Dirgantara Indonesia (PT DI) pada Agustuts 2000. Perlakuan istimewapun dihadapi oleh industri strategis yang lain seperti PT PAL serta PT PINDAD.
Mulai sejak pendirian industri-industri statregis negara, setiap tahun pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang relatif besar untuk meningkatkan industri teknologi tinggi. Serta biaya dengan angka yang amat besar di keluarkan mulai sejak 1989 di mana Habibie memimpin industri-industri strategis.
Tetapi, Habibie mempunyai argumen logis yaitu untuk mengawali industri berteknologi tinggi, jelas memerlukan investasi yang besar dengan periode waktu yang lama. Hasil tidak mungkin saja dirasa langsung. Tanam pohon durian saja perlu 10 tahun untuk memanen, terlebih industri teknologi tinggi. Oleh karenanya, sepanjang bertahun-tahun industri strategis ala Habibie masihlah belum memberikan hasil serta mengakibatkan negara selalu membiayai biaya operasi industri-industri strategis yang cukup besar.
Industri-industri strategis ala Habibie (IPTN, Pindad, PAL) selanjutnya memberi hasil seperti pesawat terbang, helikopter, senjata, kekuatan pelatihan serta layanan pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber, water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat serta ada banyak lagi baik untuk kepentingan sipil ataupun militer.
Untuk taraf internasional, BJ Habibie ikut serta dalam beragam proyek design serta konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi mendarat serta terlepas landas secara vertikal), CN-235, serta CN-250 (pesawat dengan teknologi fly-by-wire). Tidak hanya itu, Habibie secara tidak langsung turut ikut serta dalam proyek perhitungan serta design Helikopter Bentuk BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa peluru kendali serta satelit.
Lantaran pola pikirnya itu, banyak masyarakat Indonesia berasumsi beliau sebagai bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar keberhasilan industri strategis ala Habibie. Lantaran kita ketahui kalau pada tahun 1992, IMF memberikan instruksi pada Soeharto supaya tidak memberi dana operasi pada IPTN, hingga pada ketika itu IPTN mulai masuk keadaan gawat. Hal semacam ini karena gagasan Habibie bikin satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia adalah negara paling besar ke-2 penggunaan satelit), pesawat sendiri, dan perlengkapan militer sendiri.
Hal semacam ini di dukung dengan 40 0rang tenaga pakar Indonesia yang mempunyai pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika bakal ditarik pulang ke Indonesia untuk meningkatkan industri tehnologi tinggi di Indonesia. Bila hal semacam ini terwujud, ini bakal meneror industri tehnologi Amerika (kurangi pangsa pasar) sekalian kecemasan kekuatan teknologi tinggi serta militer Indonesia.
Cerita Mengharukan Habibie Di Indonesia
1. Cerita IPTN Dibubarkan
Pak Habibie mengawali cerita. “Dik, Anda kenal. Saya ini lulus SMA tahun 1954! Presiden Soekarno, Ayah Proklamator RI, orator paling unggul, sesungguhnya mempunyai visi yang mengagumkan cemerlang. Indonesia dengan geografis beberapa ribu pulau, membutuhkan penguasaan teknologi yang berwawasan nasional, yaitu Teknologi Maritim serta Teknologi Dirgantara. ”
“Kala itu, tidak ada ITB serta tidak ada UI. Beberapa pelajar SMA unggulan bersama-sama disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba Pengetahuan Teknologi Maritim serta Teknologi Dirgantara. Saya yaitu rombongan kedua diantara beberapa ratus pelajar SMA yang secara teristimewa di kirim ke beragam negara.
Pendidikan kami diluar negeri itu bukanlah pendidikan pelatihan kilat, namun sekolah bertahun-tahun sembari bekerja praktek. Mulai sejak awal saya cuma tertarik dengan how to build commercial aircraft untuk Indonesia, ” lanjut Pak Habibie.
“Jadi sesungguhnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua cuma meneruskan saja program itu. Beliau juga bukanlah pencetus inspirasi aplikasi teknologi berwawasan nasional di Indonesia. Lalu kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL serta salah nya ialah IPTN, ” beliau menyatakan.
“Sekarang, Dik, Anda seluruh saksikan sendiri. N250 itu bukanlah pesawat sembarangan dibikin! Pesawat itu udah terbang tanpa alami Dutch Roll (arti penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) yang berlebih, teknologi pesawat itu amat mutakhir serta disiapkan untuk 30 tahun ke depan, dibutuhkan waktu 5 tahun untuk melengkapi rancangan awal, hanya satu pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi Fly by Wire, bahkan juga hingga hari ini. ”
“Rakyat serta negara kita ini memerlukan itu! Pesawat itu udah terbang 900 jam serta selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika serta Eropa untuk pasar negara-negara itu. Tetapi, orang Indonesia senantiasa saja suka berlaku sinis serta menghina sendiri ‘apa mungkin saja orang Indonesia buat pesawat terbang? ’ Mendadak, Presiden mengambil keputusan supaya IPTN ditutup serta begitu halnya industri strategis yang lain. ”
2. Ainun Senantiasa Menemani Habibie
Ini cerita Habibie yang senantiasa didampingi Ainun kemana juga dia pergi. “Dik, saya ini mengawali semua sesuatunya dari bawah, hingga saya ditunjuk jadi Wakil Direktur Paling utama perusahaan terpenting di Jerman serta pada akhirnya jadi Presiden RI. Itu seluruh bukanlah peristiwa mendadak. Sepanjang 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, istri saya. Ia ikuti kemana sajakah saya pergi dengan penuh kasih sayang serta rasa sabar. ”
“Dik, kalian mungkin udah umum hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas serta istri dirumah, namun tidak dengan saya. Gini ya, saya ingin kasih informasi. Saya ini baru tahu kalau Ainun menderita kanker cuma 3 hari saat sebelum dia wafat, tidak pernah ada tanda tanda serta tidak pernah ada keluhan keluar dari Ibu. ”
Dengan nada bergetar serta setengah terisak pak Habibie meneruskan. “Dik, kalian tahu. Dua minggu sesudah ditinggalkan Ainun, sebuah hari saya gunakan piyama tanpa alas kaki serta jalan mondar-mandir di ruangan keluarga sendirian sembari memanggil-manggil nama ibu. Ainun, Ainun, Ainun. Saya mencari ibu di seluruh pojok tempat tinggal. ”
3. Sepeninggal Ainun
Beberapa dokter yang memandang perubahan Habibie sepeninggal Ainun memiliki pendapat, “Habibie dapat mati kurun waktu 3 bulan bila selalu begini.” Mereka katakan, “Kita (beberapa dokter) mesti tolong Habibie. ” Beberapa dokter Jerman serta Indonesia berkumpul untuk bantu Habibie serta memberinya 3 pilihan. Pertama, Habibie mesti dirawat, diberi obat khusus hingga bisa mandiri melanjutkan hidup. Artinya, Habibie ini hilang ingatan serta mesti dirawat di Tempat tinggal Sakit Jiwa.
Kedua, beberapa dokter bakal berkunjung ke Habibie di rumah serta mesti berkonsultasi terus-menerus dengan mereka. Tidak hanya itu, dia harus juga mengonsumsi obat khusus. Menurut Habibie, itu sama juga kalau dia udah hilang ingatan serta mesti dipantau selalu.
Ketiga, Habibie diminta untuk menuliskan apa sajakah tentang Ainun. Menceritakan dengan Ainun seakan istrinya itu masihlah hidup. Habibie juga tentukan pilihan ketiga.
4. Terimakasih Habibie pada Garuda Indonesia
Istri Habibie, Ainun, wafat di Munchen, Jerman pada tahun 2010. Habibie mengatakan rasa terima kasihnya pada Garuda Indonesia. Berikut ini petikannya :
Saya tidak ingin mengemukakan perkataan terima kasih lewat surat. Saya menanti hari baik, berminggu-minggu serta berbulan-bulan untuk mencari peristiwa yang pas manfaat mengemukakan isi hati saya.
Hari ini didampingi anak saya Ilham serta keponakan saya, Adri, saya, Habibie atas nama semua keluarga besar Habibie mengatakan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia sudah kirim satu Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman serta memulangkan Ibu Ainun ke tanah air, bahkan juga memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh sebuah kehormatan besar untuk kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengatakan terima kasih atas pemberian Garuda Indonesia.
5. Royalti Buku Cerita Kehidupan Habibie serta Ainun Diinfakkan
Pilihan ketiga Habibie untuk menyembuhkan penyakitnya pada akhirnya jadi satu buku mengenai dirinya serta Ainun. Bahkan juga buku itu diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing, salah satunya Inggris, Arab, serta Jepang.
Seluruh uang hasil penjualan buku ini tidak satu rupiah juga untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Seluruh uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibuat oleh Habibie serta Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah nya ialah beberapa penyandang tuna netra.
Itulah kisah inspiratif dari sang inspirator Indonesia. Saat ini kita belum menemukan sosok seperti Habibie di Indonesia. Semoga kita akan selalu mendapatkan orang-orang yang memiliki sifat, kecerdasan, dan kenegarawanan seperti Habibie.