Sehat  

Teguh Boentoro Prakoso Mengenang WS Rendra

teguh boentoro

Teguh Boentoro Prakoso (Kritikus Sastra) ; Mengenang Sastra WS Rendra sebagai “Seorang Penipu Naga”

 

Teguh Boentoro Prakoso dalam artikel ini  akan membahas karya dari salah satu sastrawan Indonesia, WS Rendra. Yaitu naskah drama Buku Harian Seorang Penipu diterbitkan oleh PT. Pustaka Karya Grafika Utama Jakarta tahun 1988 dan Perjuangan Suku Naga ditulis oleh WS Rendra pada tahun 1975.

Teguh Boentoro

Foto : WS Rendra

Tentang WS Rendra

Nama lahir WS Rendra adalah Willibrordus Surendra Broto. Ia lahir di Solo pada tanggal 7 November 1935. WS Rendra dilahirkan dikeluarga yang kental akan seni, tak heran jika darah seni mudah merasuk dalam diri Rendra.

Ayahnya, R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo adalah seorang dramawan yang merangkap sebagai guru bahasa Jawa dan bahasa Indonesia di sebuah Sekolah Katolik di Solo, sedangkan ibunya Raden Ayu Catharina Ismadillah adalah seorang penari serimpi yang sering diundang oleh Keraton Surakarta.

Julukan Si Burung Merak muncul ketika Rendra menemani tamunya dari Australia untuk berkeliling di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Rendra melihat seekor merak jantan yang sedang berjalan dengan diapit dua betinanya. Melihat itu, Rendra berseru dengan tertawa Itu Rendra! Itu Rendra!. Mulai saat itulah julukan Si Burung Merak melekat pada dirinya.

Teguh Boentoro

Drama pertama yang ia pentaskan di SMP berjudul Kaki Palsu. Drama karya Rendra yang terkenal: “Orang-orang di Tikungan Jalan” (1954), “SEKDA” (1977), “Mastodon dan Burung Kondor” (1972), “Hamlet” (terjemahan dari karya William Shakespeare), “Macbeth” (terjemahan dari karya William Shakespeare), “Oedipus Sang Raja” (terjemahan dari karya Sophokles), “Antigone” (terjemahan dari karya Sophokles), dan “Panembahan Reso” (1986).

Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA).

Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

Berbagai prestasi dan penghargaan telah berhasil ia capai.

Karya Sajak/Puisi Rendra, antara lain :

  • Jangan Takut Ibu
  • Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
  • Empat Kumpulan Sajak
  • Rick dari Corona
  • Potret Pembangunan Dalam Puisi
  • Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
  • Nyanyian Angsa
  • Pesan Pencopet kepada Pacarnya
  • Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
  • Perjuangan Suku Naga
  • Blues untuk Bonnie
  • Pamphleten van een Dichter
  • State of Emergency
  • Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
  • Mencari Bapak
  • Rumpun Alang-alang
  • Surat Cinta
  • Sajak Rajawali
  • Sajak Seonggok Jagung

Buku Harian Seorang Penipu

Teguh Boentoro

Buku Harian Seorang Penipu

Drama Rendra berjudul Buku Harian Seorang Penipu mengisahkan kehidupan Mulyono, pemuda yang ditinggal mati ayahnya. Ayahnya seorang kepala sekolah jujur. Karena sifat jujurnya itu, ayahnya mengajak keluarganya untuk hidup dengan keadaan sederhana. Keluarganya menyalahkan ayahnya yang terlalu jujur, sehingga membuat mereka miskin. Dalam cerita ini Mulyono digambarkan sebagai pemuda yang tampan dan cerdas.

Dibalik itu, dia tidak menggunakan kecerdasannya untuk mengubah hidupnya agar lebih baik. Mulyono merasa sikap jujur dalam masyarakat sekarang tidak ada gunanya. Karena masyarakat menggunakan kecerdasannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Dibantu oleh ibunya, Nyonya Pratomo dan Pak Saleh, supirnya. Sasaran Mulyono satu, yaitu kaya.

Ia mulai menyusun rencana untuk mendapatkan kekayaan secara instan, yang puncaknya menikahi Woro Sulastri pewaris keluarga kaya, Nyonya Busono Jiwo yang mistik,  keluarga yang menghubungkan segala sesuatu dengan primbon dan tondo-tondo (tanda-tanda) alam.

Memanfaatkan pamannya yang suka memberi nasihat. Kleopatra, istri pamannya yang maniak seks. Kartomarmo, Sekwilda yang gila hormat dan ambisius.

Semua dimanfaatkan untuk “membiayayi” rencananya. Meski rencananya lancar dalam waktu yang cepat, hal itu membuat hati Mulyono gelisah, sebernanya hatinya berontak dengan perbuatannya, setiap hari ia menulis perasaannya yang gelisah dan menceritakan orang-orang yang berhasil ia tipu di buku harian.

Mengejek semua orang yang tidak sadar dengan tipuannya. Meski akhirnya kebohongannya terbongkar karena Kleopatra membaca buku hariannya.

Ada tokoh dukun bernama Dyah Retno Suminar, dukun yang mengaku utusan Nyi Roro Kidul. Tetapi sebenarnya ia tidak lebih dari dukun yang suka mabuk-mabuk.

Bagaimana orang yang hanya bisa mabuk-mabukan dapat berfikir jernih. Drama ini di selipkan kisah pewayangan Ramayana. Salah satu tokoh menggelar acara menonton bersama pertunjukan wayang.

Kisah Perjuangan Suku Naga

Pementasan Perjuangan Suku Naga, 13 Desember 2016

Naskah drama kedua adalah Kisah Perjuangan Suku Naga yang ditulis pada tahun 1975.

Dikisahkan perbedaan yang jelas, kehidupan antara masyarakat industri dan masyarakat berkembang yang bermata pencaharian sebagai petani. Negeri industri, kaya akan uang modal dan mesin-mesin yang menghasilkan barang dagangan.

Mesin-mesin telah bergemuruh dan bekerja tanpa henti. Bahan-bahan mentah dicari terus menerus. Barang-barang hasil produksi tidak muat lagi di gudang. Negeri pertanian, kaya akan hasil bumi dan barang tambang.

Negeri pertanian mendapat imbas dari negeri industri. Duta Besar dipekerjakan untuk negosiasi mengambil hak milik negara pertanian. Agar proses produksi di negeri industri terus berjalan dan memperkaya Big Boss.

Perbedaan ini nampak dan berdampak pada sebuah negeri pertanian, Astinam. Dan para Petinggi Pemerintah Astinam sedang merencanakan ‘Pembangunan’. Sementara di dalam wilayah negeri Astinam, terdapat Suku Naga yang menempati lembah bukit Saloka. Mereka memegang teguh keyakinan dan keselarasan hidup dengan alam.

Suku Naga adalah petani.

Peraturan adat mereka menyatakan, bahwa tanah tidak bisa diperjualbelikan. Jika tidak mampu menggarap harus diserahkan kembali pada desa. Karena tanah adalah ruh bagi petani. Jual beli tanah adalah proses awal penghapusan kota terhadap desa.

Suku Naga dikepalai oleh Abisavam, kebijakannya sangat bijak pada alam dan masyarakat Suku Naga. Ia punya seorang anak laki-laki yang baru menyelesaikan pendidikan di luar negeri. Bernama Abivara. Meski Abivara sekolah di negeri maju, keteguhannya pada kebudayaan dan adat keyakinan Suku Naga tidak hilang. Dengan pemahamanya tentang kemajuan, ia semakin bijak pada keselarasan alam.

Abivara pulang bersama kawannya Carlos. Ia teman karib Abivara. Seorang wartawan media ternama di negeri maju tempat Abivara sekolah. Carlos adalah orang yang sangat tertarik untuk mempelajari budaya dan  adat Suku Naga.

Teguh Boentoro

Ilustrasi Mr. Joe membujuk petinggi Astinam

Namun keselarasan hidup Suku Naga dengan alam diganggu oleh Mr. Joe, Duta Besar dari negeri seberang. Ia adalah orang suruhan Big Boss yang mengincar bahan tambang yang terdapat di dalam bukit Saloka. Mr. Joe dengan sangat mudah membujuk petinggi Astinam untuk mendukung keinginan Big Boss.

Maka dipekerjakanlah petinggi-petinggi negara oleh Ratu Astinam untuk mulai menyusun rencana dan pembakuan peraturan untuk kelancaran rencana, mengusir Suku Naga dari lembah Bukit Saloka untuk dijadikan perumahan berikut segala sarana hiburan bagi para pekerja tambang bukit Saloka.

Rencana tersebut mendapat perlawanan dari Suku Naga yang dipimpin Abisavam. Carlos, sahabat karib Abivara menuliskan berita pada medianya di negeri sebrang. Bahwa pemerintah Astinam hendak mengusir Suku Naga yang telah turun temurun menjaga keselarasan alam. Hanya karena proyek perusahaan Big Boss untuk pengerjaan penggalian tambang tembaga di bukit Saloka yang akan memusnahkan sebuah kebudayaan dan kelestarian alam.

Ratu dan para Petinggi negeri Astinam marah dengan pemberitaan yang dituliskan Carlos di media luar negeri seberang tersebut, yang dibaca dan menjadi bahan pergunjingan di antara orang-orang Unesco.

Mereka berpikir untuk membujuk Suku Naga

Mereka berpikir untuk membujuk Suku Naga agar tidak ada pemberitaan buruk di media. Karena mereka lebih takut pada teguran PBB dengan Unesco-nya dari pada rakyatnya sendiri.

Mula-mula Menteri Pertambangan datang menemui Abisavam. Karena ditolak kemudian datang ketua parlemen bersama tentara bersenjata dengan maksud menggertak Suku Naga.

Upaya mereka kembali kandas karena keteguhan Suku Naga pada keyakinan leluhurnya yang kini terancam dipunahkan pemerintah dan meski mereka perjuangkan. Dan Carlos tak hentinya memberitakan semua upaya pemerintah Astinam untuk mengusir Suku Naga pada dunia.

Karena ketakutan yang sama antara pemerintah Astinam dan Mr. Joe, yakni terhadap teguran masyarakat dunia lewat Unesco, akhirnya Mr. Joe membujuk Big Boss agar mengurungkan niatnya untuk sementara dan menjadikan usaha spiritual dan tourismenya sebagai tempat pelatihan mata-mata negara Astinam. Agar mampu menyingkirkan suku-suku adat di negeri Astinam seperi Suku Naga dengan tuduhan aliran sesat dan lainnya.

Hingga pada akhirnya, atas rencana baru yang sedang dilancarkan, ijin Carlos untuk tinggal di Astinam dicabut secara sepihak oleh pemerintah. Namun dengan perginya Carlos dari Suku Naga, tak menjadi ujung perjuangan Suku Naga.

Masih ada Abisavam, Abivara dan seluruh penduduk Suku Naga yang berpegang teguh pada perjuangan mempertahankan adat dan keyakinan budaya Suku Naga.

Pada akhir cerita Carlos membongkar kejahatan Ratu dan kroninya di surat kabar luar negeri. Para tiran dipaksa meninggalkan Astinam. Rakyat Kampung  Suku Naga menangis bahagia.

Baca juga 5 Sastrawan Indonesia yang Paling Kondang

Teguh Boentoro Mengenang 2 Naskah Drama Rendra Ada Persamaan

Teguh Boentoro

Jika dalam Buku Harian Seorang Penipu, menyinggung sistem pemerintahan dan ”masyarakat yang bebal, korup, mistik, munafik, mesum, gila hormat, konyol, dan keterlaluan. Entah itu tetangga, teman-teman, atasan, atau bahkan diri kita sendiri” (Budiarto, 2013: 290).

Dan dalam adegan ini masih dimasukkan unsur kesenian wayang yang mungkin sudah dilupakan oleh generasi muda sekarang.

Kisah Perjuangan Suku Naga, mengambil nama kerajaan Astinam yang merupakan kerajaan dari tokoh pewayangan Pandawa Lima. Pada awal cerita juga muncul dalang, yang pada dasarnya adalah pembawa lakon pewayangan.

Kisah yang dibawakan tidak jauh dari sindiran mengenai pemerintahan sebuah negara. “Rendra fokus pada kecenderungan fakta-fakta pada tanah jajahan, di ekonomi luar negeri,dan tindasan alam dan eksploitasi di Indonesia” (Max Lane. 1979: 2). Dari sebuah sumber juga dikatakan pada masa pementasan drama ini sedang terjadi kejayaan pada masa pemerintahan Soeharto (Tribun news: 2012).

Rendra adalah salah satu pembawa drama Modern, tetapi ia tidak meninggalkan unsur-unsur tradisional dan mengangkat hal-hal yang sering terjadi di masyarakat, seperti pemerintahan negara.

Pada waktu Orde Baru, perusahaan luar negeri begitu makmur di Indonesia. Di lain pihak kaum pemusatan kekuasaan dan ekonomi tersebut menyebabkan terpinggirkannya kaum minoritas dan masyarakat adat, ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan hancurnya kearifan lokal. Langkah yang diambil Rendra cukup berani dengan menyindir keadaan negara saat itu.

Brillian! Ada Ideologi Perlawanan Rendra Dalam Karyanya! (Penilaian Subyektif Teguh Boentoro)

Perlawanan WS Rendra melalui sastra

Menurut Teguh Boentoro, cerita ini menarik karena ada ideologi si pembuat cerita, Rendra. Yang ingin menyampaikan perasaan rakyat saat itu dengan keadaan pemerintah yang menyingkirkan kaum minoritas. Mementingkan tujuan negara mendapatkan pajak yang besar dari penanaman modal perusahaan asing di Indonesia. Cerita ini mengajak kita agar mengerti persoalan yang ada di sekeliling kita. Banyak hal yang perlu kita jaga kelestariaannya.

Karya seni bukan hanya untuk dinikmati keindahannya atau untuk hiburan saja. Tetapi karya seni juga bukan seni yang murni, karena ada ideologi di dalamnya.  Ada dasar fikiran atau ide si pembuat seni. Setelah kita menikmati seni tersebut, kita dapat berfikir kritis bgaimana karya seni tersebut bisa dibuat.

Cerita Buku Harian Seorang Penipu dan Kisah Perjuangan Suku Naga menunjukkan bagaimana peran Rendra dalam  menyikapi masalah yang terjadi di masa itu. Bisa jadi karya Rendra merupakan perwakilan seruan  rakyat yang merasa sudah tidak dihiraukan oleh Wakil Rakyat.

Pembangunan besar-besaran di kota tidak dinikmati oleh masyarakat, mereka menjadi imbas atas sikap pemerintah yang ingin mendapatkan keuntungan besar.

Dengan tidak meninggalkan sikap tradisional dalam cerita ini, Rendra ingin menyampaikan sebuah cerita masa kini tetapi mengambil nama-nama atau istilah dari tokoh pewayangan, dan sifat orang tradisoinal yang mungkin masih ada sampai sekarang.

Ada percakapan atau hal yang diucapkan tokoh, yang mungkin sudah tidak ada di negara modern ini. Tetapi masih ada masyarakat yang percaya dengan hal-hal mistis.

Kenangan Akhir Teguh Boentoro Dalam Alur Sastra WS Rendra

Puisi terakhir WS Rendra

Alur kedua cerita ini menggunakan alur campuran. Dari daftar peran dalam Buku Harian Seorang Penipu, Teguh Boentoro dapat menyimpulkan tokoh-tokohnya.

Tema : penyimpangan sosial

Latar : rumah Mulyono Pratomo, restoran “Larasati”, salon biliar “Flamingo”, di emperan toko, rumah Kartomarmo, rumah Ny. Busono Jiwo, rumah Kocohutomo, taman rumah Kleopatra, villa.

Tokoh-tokoh Buku Harian Seorang Penipu

  1. Mulyono Pratomo, seorang yang cerdas, licin, berani, kreatif dan berniat menipu orang penting dan kaya di dalam masyarakat. Tampanya yang cakap, cepat menimbulkan simpati orang. Penampilannya bersih, rapi, terpelajar, sopan, simpatik, dan rupawan. Tetapi bisa berubah menjadi tokoh yang licik dan berbahaya.
  2. Nyonya Pratomo. Tokoh yang gesit, rapi, cerdas, dan pandai bergaul. Sebenarnya ia orang miskin yang selalu menyembunyikan kemiskinannya. Ia nampak selalu ulet dan nekat di dalam keadaan kritis. Ia hidup bersama anaknya, Mulyono.
  3. Pak Saleh. Pelayan keluarga Pratomo. Badannya tegap. Penampilannya seperti seorang pengawal. Ia memang punya kesetiaan kepada keluarga Pratomo, dan cepat menangkap segala taktik penipuan ala Mulyono.
  4. Gagah dan tampan. Penampilannya menunjukkan: ia orang yang rapi dan gagah. Kepala gdang perusahaan Bapak Kocohutomo. Kemenakan Kocohutomo, tunangan Woro Sulastri (jadi calon menantu Ibu Busono Jiwo).
  5. Badan gemuk, matanya memancarkan gairah hidup. Pakaiannya dari kualitas mahal, tetapi kurang rapi dan kurang serasi dipakai.
  6. Siti Melur. Umur 18-20 tahun. Stereotipe gadis cantik anak pemilik restoran.
  7. Ibu Dyah Retno Suminar. Gemuk, risnya tebal. Ia tidak cerdas tetapi selalu berbicara dengan mantap dan nekat. Pekerjaannya menjadi dukun. Caranya membawakan diri sehari-hari seperti orang sableng yang sewaktu-waktu bisa ayan
  8. Semacam asisten atau ajudan dari Bapak Kocohutomo. Tidak begitu cerdas tetapi bersikap sok penting. Ia tidak pernah tersenyum.
  9. Bapak Kocohutomo. Seorang pedagang besar. Wajahnya sangat tampan dan meyakinkan. Apabila ia berbicara mengenai tipu daya, matanya kelihatan bersianar-sinar.
  10. Ibu Kocohutomo alias Ibu Kleopatra. Wajahnya cantik, sensual, cerdik, dan selalu manja. Lafalnya dalam berbahasa Inggris sangat bagus.
  11. Bapak Kartomarmo. Sehat, kuat, dan angker. Tubuhnya tinggi besar. Ketua Yayasan “Pembangunan Tanah Air” dan “Paguyuban Kebudayaan Mulyo”.
  12. Bapak Joko Sembodo. Jabatan Sekretaris Daerah. Pakaian safari yang bagus. Ia selalu berbicara dengan nada yang sabar.
  13. Ibu Busino Jiwo. Sangat cantik dan kelihatan berdarah bangsawan. Kaya. Suka mistik. Gampang kaget.
  14. Woro Sulastri. Cantik rupawan. Tata riasnya sederhana. Nampaknya terlalu berhati-hati. Tidak kuat menderita.
  15. Ibu Cipto Jati. Wajah dan badannya kurus. Pandangan matanya mengkhayal.
  16. Ibu Roso Jati. Wajah dan badannya gemuk. Kalau berbicara tangannya bergerak seperti dewa-dewi dalam dalam wayang sedang bersabda
  17. Alfred Guntoro. Tegap dan muka bersih. Ia pelayan Ibu Busono Jiwo.

Teguh Boentoro

Tokoh Kisah Perjuangan Suku Naga, sebagai berikut:

  1. Sebagai kepala suku Naga. Abisavam adalah tokoh Protagonis. Tokoh utama yang merupakan pusat dari cerita. Perannya untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul.
  2. Sebagai putra kepala suku. Ia baru pulang dari luar negeri, setelah menyelesaikan pendidikannya.
  3. Teman Abivara dari luar negeri, berprofesi sebagai wartawan yang hendak meliput kehidupan Suku Naga. Perannya ikut menyelesaikan permasalahan yang dihadapi suku naga dengan bentuk pemberitaannya di koran-koran luar negeri.
  4. Paman, Setyawati, dan Supaka. Perannya tidak begitu dominan dalam penyelesaian konflik. Kemunculannya semata-mata untuk mewakilan dari pemikiran kaum Suku Naga.
  5. Ratu Astinam. Sebagai kepala pemerintahan Astinam. Ratu adalah tokoh Antagonis, dia menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi.
  6. Insinyur, M Pertambangan, dan Ket Parlemen. Orang suruhan pemerintah Astinam.
  7. Mr Joe dan The Big Boss. Mereka adalah orang yang tidak bersentuhan langsung dengan konflik. Tapi keberadaan mereka menjadi pintu pembuka dan dan penutup cerita.
  8. Dalang, Koor Mesin, Koor Duta Besar, koor Suku Naga, dan Koor Parlemen. Keberadaan mereka tidak nyata dalam konflik. Posisi dalang seperti narator sementara para koor adalah konkretisasi pemikiran masing-masing.

Tema : konflik budaya

Latar : Pemerintahan Astinam, wilayah kaum Suku Naga, dan ruang kerja Mr. Zoe.

Terimakasih.

(Teguh Boentoro Prakoso, Jakarta, 30 Maret 2020.)

Daftar Pustaka

Tribun News, Rabu 10 Desember 2014, Kisah Perjuangan Suku Naga. 

Rendra, WS. (1988). Buku Harian Seorang Penipu. Jakarta: PT Pustaka Jaya

Rendra, WS. (1975). Kisah Perjuangan Suku Naga. Yogya: Bengkel Teater

Haryono, Edi (ed.). (2013). Rendra dan Teater Modern Indonesia. Yogyakarta: Kepel Press

Rendra, WS. (1978). Empat Kumpulan Sajak. Jakarta: PT Pustaka Jaya

http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com/2013/11/biografi-ws-rendra-penyair-dan.html

Halim, Amran, Teguh Boentoro “Analisis Struktur Naskah Drama Perjuangan Suku Naga Karya WS Rendra.” http://www.academia.edu/5184768/Analisis_Struktur_Naskah_Drama_Perjuangan_Suku_Naga_Karya_WS_Rendra.html (10 Des. 2014)