16 Wanita Islam Amerika yang Terjun di Media, Seni, & Budaya

Seruni.id – Kelanjutan dari “Muslim Women Who Owned 2017”, berikut adalah profil wanita-wanita muslim Amerika yang membuat gebrakan di bidang media, seni, dan budaya. Ada yang terjun di jurnalisme, sastra, penulisan naskah, produksi, atau komedi.

Dilansir oleh Haute Hijab, berikut adalah nama-nama para muslimah yang menjadi sorotan di tahun 2018.

1. Amani Al-Khatahtbeh, Media Maverick

Amani Al-Khatahtbeh adalah seorang penulis dan pengusaha teknologi Amerika. Dia adalah pendiri dan editor Muslim Girl, sebuah majalah online untuk wanita Muslim.

Kurang dari dua bulan sebelum memasuki tahun 2018, Haute Hijab menobatkan Al-Khatahtbeh sebagai 2018’s ‘It Girl’ untuk kategori berani bicara tentang kebenaran, kekuasaan, dan berpegang teguh pada nilai-nilai yang diyakininya.

Amani Al-Khatahtbeh

Amani menerima Revlon’s Changemaker Award tahun 2017 lalu, tetapi menolaknya karena penghargaan tersebut akan mengikatnya sebagai duta besar perusahaan Gal Gadot, yang merupakan perusahaan yang vokal memberikan dukungan bagi Pasukan Pertahanan Israel yang telah banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Palestina.

Amani yang juga merupakan editor untuk media Muslim Girl, sebuah platform yang mengangkat suara dan isu-isu wanita Muslim. Dia juga teah tampil di antaranya untuk Vice, Teen Vogue, Forbes 30 Under 30 list, Brit.co, dan Bustle. Dia juga muncul di “The Secret Life of Muslim,” sebuah web docs nominasi Emmy.

Amani juga menulis dan menerbitkan bukunya, Muslim Girl: A Coming of Age yang dinobatkan sebagai editor terbaik versi New York Times!

2. Tahera Rahman, Reporter

Tahera merupakan reporter berhijab pertama yang tampil di berita TV mainstream di Amerika Serikat. Kisahnya yang menginspirasi disorot oleh atasannya, di mana dia berbicara tentang bekerja di kemudian hari dan di akhir minggu dengan harapan bahwa kerja kerasnya akan memberinya peluang untuk menjadi reporter penuh waktu di udara.

Setelah bertahun-tahun hanya mendengar kata “tidak” karena ia mengenakan jilbab, usahanya terbayar! Sambil menangis terharu, Tahera menceritakan bagaimana ibunya mendukungnya ketika dia merasa sudah tidak sanggup lagi dan ingin menyerah. Ibunya memberikan semangat dengan mengatakan bahwa dia akan bangkit dan pergi setelah setiap kesempatan yang datang kepadanya, tidak peduli apa pun.

Tahera Rahman akhirnya mencatatkan sejarah sebagai wanita berhijab pertama yang muncul di televisi Amerika Serikat sebagai pembawa berita. Tahera bekerja sebagai pembawa berita untuk WHBF-TV, CBS-affiliate Local 4 News di Rock Island, Illinois.

Tahera Rahman

Tahera merupakan lulusan dari Loyola University Chicago tahun 2013 dan mengambil jurusan Departemen Jurnalistik yang merupakan cita-citanya sejak kecil.

Di CBS Evening News, sang produser pernah berkata pada Tahera bahwa dirinya akan sulit menjadi reporter jika berhijab. Sang produser sempat bertanya apakah Tahera rela melepas hijabnya. Lalu dijawab dengan tegas oleh Tahera dengan jawaban tidak. Kemudian produsernya menjawab, “Siap-siap untuk berulang kali mendengar kata tidak, penolakan”.

Perjuangannya tak sia-sia. Akhirnya pembaca berita malam di Local 4 News, Tiffany Lundberg menceritakan reportase Tahera kepada dunia.

Di momen itu, Lundberg mengumumkan Tahera sebagai reporter full time Muslim pertama yang mengenakan hijab di tv mainstream Amerika.

Video itupun viral setelah diunggah di Facebook. Video tersebut dibagikan lebih dari 7.000 kali dan ditonton jutaan orang. Tahera mendapat apresiasi positif baik dari kalangan Muslim dan non-Muslim.

3. Rowaida Abdelaziz, Reporter

Rowaida Abdelaziz adalah seorang reporter di HuffPost, di mana dia berfokus pada isu-isu Islamofobia dan keadilan sosial di dalam komunitas Muslim. Fasih berbahasa Arab, Rowaida juga telah menulis banyak cerita di Timur Tengah dan meliput krisis pengungsi di Suriah, Yaman dan bagian lain dunia Arab.

Sebelum bergabung dengan HuffPost, Abdelaziz berada di Komite Melindungi Wartawan dan Al Jazeera Arabic di PBB. Rowaida bisa dihubungi di [email protected].

Dia juga meluncurkan HuffPost’s Tomorrow Inshallah, sebuah halaman Facebook komunitas yang menargetkan dan menguatkan suara dan perspektif Muslim. Pada SXSW Conference dia menjadi pembicara panel untuk “Meliput Islam sebagai Muslim di Amerika Trump.”

4. Lena Khan, Pembuat Film (Filmmaker)

Lena lulus dari Sekolah Teater, Film, dan Televisi UCLA di mana dia belajar mengarahkan dan memproduksi film. Dia menulis dan mengarahkan film pendek sebelum memusatkan perhatian pada video musik untuk artis internasional, yang sebagian besar disiarkan di televisi di seluruh dunia dan memperoleh lebih dari 20 juta penayangan di YouTube.

(Juni 2013) Lena saat ini sedang mengerjakan “The Tiger Hunter,” sebuah fitur komedi dramatis yang juga merupakan debut baginya sebagai sutradara di tahun 2017.

Lena Khan

“The Tiger Hunter,” yang menceritakan pengalaman imigran Muslim India ke Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Film fitur-nya adalah hasil dari upaya melelahkan bertahun-tahun setelah banyak ditolak oleh investor dan banyak mendapatkan penolakan masyarakat.

Lena mengatakan kepada Teen Vogue bahwa memasuki industri film merupakan hal yang “melelahkan” dan “sangat sulit untuk masuk ke dalam.”

Lena menyarakan agar pembuat film muda dapat menahan diri untuk bersabar mendengarkan berulang kali kata penolakan, ‘tidak’, dan berdedikasi dan cukup bergairah. Ia berkelana ke Hollywood untuk menceritakan kisahnya untuk dapat menjadi filmmaker yang diakui.

5. Nida Chowdhry, Produser

Nida Chowdhry adalah seorang penulis, produser, dan pemain film yang berasal dari Pakistan-Amerika. Dia dibesarkan di Orange County, California dan tinggal di New York City.

Nida belajar Bahasa Inggris dan Film & Media Studies di UC Irvine. Pekerjaan pertamanya di industri perfilman adalah sebagai asisten produksi magang untuk BBC ‘Dancing with the Stars‘. Nida belajar memperbaiki dan membuat sketsa komedi di Brigade Buruh Sejati di New York.

Nida Chowdhry (kanan) dan Yumma Khan (kiri)

Pada tahun 2016, bersama dengan sahabatnya Yumna Khan, dia mendirikan Stranger Magic Productions. Acara TV pertama mereka, ‘Unfair & Ugly‘, diatur untuk streaming di platform digital utama pada tahun 2018.

Chowdhry juga telah menulis dan melakukan sketsa komedi di UCB di New York, dan mendirikan organisasi nirlaba Fashion Fighting Famine, yang menghasilkan acara fashion sambil mempromosikan bisnis milik wanita Muslim.

6. Rafeef Ziadah, Penyair

Rafeef Ziadah lahir di Beirut, Lebanon. )rang tuanya merupakan pengungsi Palestina. Ia mulai menulis di usia muda.

Rafeef Dia dibesarkan di Tunisia. Selanjutnya, ia kuliah di Universitas York di Toronto. Pada tahun 2004, dia melakukan penampilan publik pertamanya setelah dia termotivasi oleh pengalamannya tentang rasisme untuk menulis sebuah puisi.

Rafeef Ziadah

Rafeef adalah seorang penyair dan aktivis kinerja dengan dua album saat ini, berjudul “Hadeel” dan “Teach Life.” Saat ini berbasis di London.

Tema syair Rafeef berpusat seputar perang, pengasingan, gender, dan rasisme. Melalui syair, Rafeef secara terang-terangan menceritakan penderitaan rakyat Palestina dan ketahanan mereka dalam menghadapi penindasan dan ketidakadilan.

Puisi kuatnya telah mendapat pujian dari Angela Davis dan mendorongnya untuk mendapat pengakuan global.

7. Dena Takruri, Jurnalis/Produser

Dena adalah presenter AJ+, anak perusahaan Al Jazeera Media Network. Latar belakangnya sebagai seorang jurnalis telah membawanya ke berbagai penjuru dunia, dari Korea Utara ke Tepi Barat Gaza hingga ke jalan-jalan di Charlotte, NC di mana dia berbicara dengan keluarga-keluarga yang terpengaruh oleh kebrutalan dan penembakan polisi.

Dena Takruri

Dia juga telah menghasilkan “The Secret Life of Muslims,” dan merupakan salah satu wartawan pertama yang melaporkan Facebook Live, di mana dia memprofilkan krisis pengungsi Eropa pada bulan September 2015.

8. Mariam Sobh, Radio Host

Mariam yang berbasis di Chicago telah muncul di TV, bekerja di media cetak, dan bahkan meluncurkan situs mode hijab yang disebut Hijabtrendz pada tahun 2007!

Mariam Sobh

Dia bahkan muncul di film pendek, “The Outcast,” yang diputar di Festival Film Cannes pada tahun 2017. Dia saat ini menjadi pembawa berita dan reporter di WBBM News Radio di Chicago.

9. Eman Idil Bare, Jurnalis/Desainer

Eman adalah seorang jurnalis Kanada yang menulis untuk Teen Vogue, Huffington Post, dan Muslim Girl. Dia memiliki mata yang brilian untuk desain dan keindahan dan merupakan editor mode sederhana untuk Demureist.

Eman Idil Bare

Dia mengatakan bahwa Oprah dan menonton CBC News menginspirasinya untuk terjun ke dunia jurnalisme, dan dia tidak mengizinkan hijabnya menjadi penghalang untuk sukses. “Bangunlah atau keluar dari jalan saya,” katanya.

10. Yasmin Nouh, Produser

Yasmin adalah produsen digital untuk Fusion. Dia telah menjadi Editor Blog untuk Huffington Post dan juga mengaplikasikan bakatnya kepada CNN dan Dewan Hubungan Islam Amerika-Los Angeles.

Yasmin Nouh

Topik yang diangkat Yasmin adalah tentag imigrasi, keadilan sosial, dan komunitas diaspora. Fakta menarik dari Yasmin adalah ternyata dia juga merupakan penerima beasiswa 2014 dari Dana Beasiswa Islam saat menjadi mahasiswa master di Columbia Graduate School of Journalism.

11. Maysoon Zayid, Standup Comedian

Maysoon Zayid adalah seorang aktris dan komedian Amerika. Dia merupakan keturunan Palestina, ia dikenal sebagai salah satu komedian wanita Muslim pertama di Amerika dan orang pertama yang pernah tampil berdiri di Palestina dan Yordania.

Zayid lahir di New Jersey pada tahun 1974. Dia menceritakan tentang dirinya dalam wawancara BBC sebagai “seorang perawan Muslim Palestina dengan cerebral palsy, dari New Jersey, yang merupakan seorang aktris, komedian dan aktivis”.

Maysoon Zayid

Zayid telah menjadi penduduk Cliffside Park, New Jersey. Zayid mendapatkan BFA dalam berakting dari Arizona State University.

Zayid berbicara secara terbuka tentang warisan etnis dan hidup dengan cerebral palsy. Dia memberi ceramah TED berjudul, “Saya mendapat 99 masalah … palsy hanya satu,” yang telah dilihat sebanyak 4,5 juta kali!

12. Noor Tagouri, Wartawan

Pada usia 24 tahun, Noor pernah tampil dalam serangkaian publikasi utama mulai dari Washington Post sampai New York Times sampai BBC dan bahkan Fox News. Dia juga telah membuat seri dokumentasinya tentang industri perdagangan seks.

Wanita blasteran Libya Amerika ini memiliki keinginan kuat menjadi jurnalis berhijab pertama di televisi komersial Amerika Serikat. Tidak heran ia mengambil pendidikan Jurnalisme Penyiaran, di Universitas Maryland, Amerika Serikat pada tahun 2012 – 2014.

Dari profil LinkedIn-nya terlihat bahwa sudah sekitar empat bulan terakhir Noor bekerja di Newsy (jaringan video berita di Amerika Serikat) sebagai anchor sekaligus produser. Sebelumnya dia juga memiliki pengalaman bekerja sebagai operator, jurnalis, dan produser berita di CBS Radio serta reporter di CTV News.

Noor Tagouri

Majalah Playboy yang terkenal dengan model-modelnya yang tampil tanpa busana, bahkan pernah memakai Noor Tagouri sebagai modelnya. Tapi jangan berprasangka buruk dulu ya.

 

Tidak seperti kebanyakan model yang tampil tanpa busana di majalah Playboy, Noor tampil memakai pakaian lengkap, termasuk hijabnya. Playboy menampilkan Noor karena ia dianggap sebagai salah seorang yang berani mengambil langkah berbeda dari orang-orang pada umumnya. Noor pun bangga telah terpilih oleh Playboy. Di caption foto Instagramnya dia menulis, “Saya merasa terhormat untuk berbagi bahwa Playboy telah memilih saya sebagai #renegade 2016 dan menampikan saya di majalah tersebut,” ucap wanita yang pernah memiliki kampanye #LetNoorShine ini.

Tidak sedikit yang menghujat Noor dengan keputusannya tampil di majalah tersebut. Dia wanita berhijab pertama yang melakukannya. Namun bila kita membaca baik-baik profilnya di LinkedIn, kita tidak akan terkejut dengan keputusan wanita berusia 22 tahun ini. Dia menuliskan kurang lebih begini, “Tagouri telah memperoleh banyak dukungan untuk usahanya melewati batas norma yang stereotip dan telah membangun sesuatu yang kuat untuk mendorong orang lain agar bisa memahami kelebihannya di tengah masyarakat dengan multi-budaya.”

Noor memang cukup aktif berbagi tentang kesibukannya sebagai jurnalis maupun pembicara di berbagai akun jejaring sosial seperti YouTube, Instagram, dan Twitter.

13. Ginella Massa, Journalis/Presenter

Sebagai reporter berhijab pertama di Kanada, Ginella merasakan ketidaknyaman menjadi reporter TV karena dia belum pernah melihat seseorang seperti dia melakukan pekerjaan itu sebelumnya. Ibunya memadamkan kecemasannya tersebut.

Ginella Massa

Bahkan dia kini menikmati fakta bahwa jilbabnya memaksa pemirsa untuk fokus pada apa yang dia katakan daripada rambut atau makeup, seperti kebanyakan yang dialami oleh presenter!

14. G. Willow Wilson, Writer

Gwendolyn Willow Wilson, lahir pada tanggal 31 Agustus 1982. Dia dikenal secara profesional sebagai G. Willow Wilson. Dia adalah seorang penulis komik Amerika, penulis prosa, esai, dan jurnalis.

Dia tinggal di Mesir selama awal dua puluhan dan telah melahirkan novel grafis pertamanya, Cairo (Vertigo, 2007), berbasis di Mesir dan terdaftar sebagai novel grafis terbaik bagi para remaja oleh American Library Association dan School Library Journal.

G. Willow Wilson

Seri komiknya Air dinominasikan untuk Penghargaan Eisner, dan novel pertamanya, Alif the Unseen, memenangkan World Fantasy Award 2013.

Wilson adalah seorang Muslim dan ia menulis Ms. Marvel, sebuah serial komik yang dibintangi seorang pahlawan super Muslim berusia 16 tahun bernama Kamala Khan.

15. Mara Brock Akil, Screenwriter/Producer

Mara Brock Akil lahir sebagai Mara Dionne Brock. Dia lahir pada tanggal 27 Mei 1970. Mara adalah seorang penulis skenario dan produser televisi Amerika.

Mara Brock Akil

Dia menciptakan serial komedi UPN Girlfriends (2000-2008) dan spin-off The Game (2006-2015). Dia kemudian menciptakan serial drama pertama untuk BET Being Mary Jane (2013-2018).

Pada tahun 2018, ia menghasilkan Black Lightning untuk The CW dan menciptakan Love Is untuk Oprah Winfrey Network.

16. Najwa Zebian, Penyair

Karya penyair Lebanon-Kanada, Najwa Zebian, telah ditampilkan di Glamour, BBC, Times of India, dan CBS News. Dia menulis tentang politik, pelecehan seksual dan emosional, trauma, pemindahan, dan diskriminasi.

Ketika dia pindah ke Kanada pada usia enam belas tahun dia awalnya merasa rentan dan tidak pada tempatnya. Baru setelah ia menjadi guru bagi para pengungsi beberapa tahun kemudian, ia menemukan kembali bakatnya menulis dan puisi, dan memutuskan untuk berbagi bakatnya dengan dunia.

Najwa Zebian

Ketika gerakan #metoo dirilis tahun lalu, dia menulis surat terbuka dan puisi yang kuat untuk para korban tentang traumanya sendiri dan meyakinkan mereka tentang kekuatan dan ketahanan mereka. Buku terbarunya, Mind Platter, akan tersedia pada bulan Maret 2018 ini.