Anak Teladan Sepanjang Masa

Anak Teladan Sepanjang Masa

Anak Teladan Sepanjang Masa – Syaikh Muhammad Al-Khidir Husain dalam buku As-Sa’datul Udhma mengatakan, _”Banyak orang tidak menyadari anak adalah salah satu dari pemimpin umat, hanya karena masih tertutup dengan baju anak.
Seandainya apa yang ada di balik bajunya dibukakan kepada kita, niscaya kita akan melihat mereka layak disejajarkan dengan para pemimpin. Sunnatullah menghendaki agar tabir itu disibakkan sedikit demi sedikit melalui pendidikan, namun tidak semua pendidikan berhasil kecuali dengan strategi matang dan berkelanjutan.”

Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hati anak bagaikan mutiara yang masih asli, siap dibentuk menjadi apapun.

Jika anak dibiasakan pada kebaikan, tentu ia akan tumbuh pada kebaikan itu. Orang tua dan pendidik mendapatkan pahala. Jika anak dibiasakan pada keburukan, maka ia akan tumbuh pada keburukan itu. Orang tua dan pendidik mendapat dosa karenanya. Demikian Ibnu Qudamah dalam ‘Minhajul Qashidin’

Lebih lanjut beliau mengatakan “Orang tua harus menjaga, mendidik, mengarahkan, membimbing, dan mengajari anak tentang akhlak yang baik. Melindunginya dari teman yang tidak baik, tidak membiasakan hidup mewah, tidak membuatnya hobi pada kesenangan agar setelah besar nanti usianya tidak dihabiskan hanya untuk mencari kesenangan.”

Kisah Anak Teladan Sepanjang Masa

Jika anak sudah memasuki masa puber, akan muncul sifat malu. Ini merupakan tanda yang menggembirakan karena menunjukkan kedewasaan akalnya. Rasa malu ini harus dirawat. Malu kepada Allah, malu berbuat dosa, malu mengambil hak orang lain, dan seterusnya.

Mari kita belajar sekilas pada anak-anak teladan di masa lalu sebagai hasil pendidikan terbaik.

1. Anas bin Malik ra.

Anas bin Malik merupakan salah satu contoh Anak Teladan Sepanjang Masa. Beliau adalah salah seorang sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebanyak 80 hadits dari 2.286 hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra masuk dalam Kitab Shahih Bukhari dan 90 hadis masuk dalam Kitab Shahih Muslim.

Sejak usia sekitar 7 tahun Anas bin Malik ra telah diserahkan oleh ibundanya, Ummu Sulaim ra kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dididik. Kecintaan sang ibunda kepada agama yang baru dipeluknya menjadi sebab kecintaan yang mendalam kepada perjuangan Islam.

2. Zaid bin Tsabit

Zaid bin Tsabit menjadi yatim saat usia 6 tahun. Ia adalah anak yang sangat mendengar nasihat ibunya. Suatu kali ibunya berkata, “Jika engkau belum bisa ikut berjuang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peperangan sebagaimana para perjuang lainnya, maka engkau masih bisa mengabdi kepada Rasulullah dan Islam dengan apa yang engkau miliki.” Saat itu Zaid sudah memasuki usia 13 tahun.

Zaid bin Tsabit telah menghafal 17 surah Al-Qur’an. Ia pandai membaca dan menulis. Kemampuan inilah yang digunakan Zaid mengabdi kepada Rasulullah. Sejarah kemudian mencatat Zaid bin Tsabit sebagai penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW.

3. Imam Bukhari

Imam Bukhari adalah anugerah Allah untuk kaum muslimin. Beliau adalah Imam para ahli hadits karena dengan ketekunan dan keilmuan beliau yang mendalam, kita dapat membaca ‘Kitab Shahih Bukhari’ yang berisi ribuan hadits sahih. Dengan membaca kitab _Shahih Bukhari,_ diantaranya kita dapat mengetahui kandungan Al-Qur’an melalui lisan dan kisah hidup Rasulullah SAW.

Ayahnya Imam Bukhari adalah seorang ulama hadits, wafat saat Imam Bukhari berusia 6 tahun. Ibunya yang meneruskan pendidikan kepada buah hati yang dicintainya ini menjadi seorang ulama.

Masih banyak kisah tentang anak-anak teladan pada masa lalu karena hasil pendidikan terbaik dari lingkungan terdekatnya.

Bagi orang tua yang tidak bercita-cita anaknya menjadi pemimpin umat, minimal bentuklah anak memiliki akhlak dasar; taat pada agamanya, jujur, amanah, bertanggungjawab, santun, berbakti pada orang tua dan hormat pada guru serta peduli pada lingkungan. Jika ingin lebih dari itu, tambahlah sesuai dengan harapan.

Anak pada masa kini adalah pemimpin di masa depan. Memimpin dirinya sendiri mengarungi kehidupan. Biarlah waktu yang memberinya kepercayaan.

Wallahu a’lam bisshawwab.
Oleh: Wirianingsih
—-

Rujukan :
– Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid “Cara Nabi Mendidik Anak”
– Ibnu Qudamah “Minhajul Qashidin”
– M Lili nur Aulia “Sentuhan Cinta Ibu”