Cara Predator Anak Bekerja di Medsos

Seruni.id – Saat ini begitu banyak kejahatan yang mengintai anak-anak kita. Tidak hanya cara konvensional, tapi juga dengan cara yang canggih. Maraknya sosial media pun dimanfaatkan oleh para predator anak tersebut.

Berikut adalah tulisan yang menggambarkan begitu berbahayanya predator anak. Cara yang digunakan juga sangat ‘cantik dan lembut serta sabar’, sehingga tanpa disadarinya, banyak anak yang terjebak dalam jebakan maut mereka.

GROOMING. PREDATOR ANAK. Pernah dengar istilah grooming? Mungkin yang punya kucing atau anjing dan suka ke petshop akrab dengan istilah ini.

Kemarin dan hari ini aku ikut acara literasi digital yang tujuannya adalah mengedukasi Trainer ortu dan guru agar anak-anak kita mengenal cara berinternet sehat dan terhindar dari para scammer predator online.

Grooming adalah istilah untuk membuat relasi yang akan menguatkan keterikatan emosi antara korban dan predator.

Para groomer (predator) ini adalah orang2 yg sabar. Mereka “temenan” sama para korbannya melalui moda pencarian hashtag. Hashtag yg paling sering mereka gunakan adalah #bete. Orang2 dengan # hashtag tsb, kemudian diajukan pertemanan, dengan pic id co ce muda ganteng atau pic yg meyakinkan lainnya. Operasionalisasinya gini, misalnya ada anak yg bikin status “lagi bete nih…” maka si predator minta diinvite lalu di tanya2, kenapa bete, dll. Main online yuk dll…

Setelah temenan, si predator itu meng-groom korbannya dengan ngasih bantuan emosional dan bantuan pr dan lainnya selama 6-12 bulan sebelum mengajak bertemu atau ngajakin korban menjadi proxy. Sabar banget ya….

Si korban itu bisa dipake langsung, dipake online, dipake untuk merekrut temannya.
Biasanya kalau profil si anak yg lagi di groom itu jelek. Biasanya akan dipake untuk merekrut teman, misalnya dengan bilang”kamu punya ga temen yg putih2 dst, foto pas lagi polos ya.” 1foto dihargai 10 usd, 1 vid lebih lagi.

Fotonya akan dijual jika si anak yg difoto itu menolak untuk berpose lebih banyak dan atau mengadu pada ortu guru atau pihak berwajib.

Satu kasus yg ada di Surabaya adalah kasus Lia dokter. Lia dokter ini pic idnya adalah seorang dokter, muda, cantik, putih, berjilbab. Banyak anak muda yg percaya temenan sama dia. Si Lia ini nge groom dengan ngasih bantuan emosional dan “pemeriksaan alat2 reproduksi” korbannya. Jadi si anak diminta kirim foto dada dan lainnya. Banyak yg jadi korban Lia ini. Kasus ini ketahuan, dan Lia ditangkap. Tau ngga siapa si Lia dokter ini? Ternyata dia adalah seorang manager cowo berumur 40 tahunan, yg s1nya sarjana kedokteran dan S2nya manajemen bisnis. Sama sekali ngga ada tampang dan profil predator. Gosh, nyesek kan?

Jadi penting banget untuk anak kita ngga bikin status keluh kesah di sosmed. Dan juga ngga mengaktifkan status check in (takut diculik). Haduh kalau gini kita jadi parno ya…masalahnya kadang2 kita juga sih yg ga kasih teladan yg baik. Kadang2 masih banyak ortu yg nyetatus keluh kesah di sosmed. Yah besar kemungkinan anak2 juga ikut2an kan?

Salah satu cara juga agar anak kita ngga jadi korban grooming adalah mengedukasi konten online anak2 kita dan menguatkan komunikasi keluarga. Keterbukaan anak pada orangtua, kerelaan anak untuk bercerita, asertif pada anak dan menjadikan orangtua sebagai suri tauladan yang baik adalah solusi yg mesti ditempuh, jika kita mau anak kita selamat. Intinya adalah, kita harus meng-GROOMING anak kita sendiri. Tugas yang penuh tantangankan? Apalagi jika dihadapkan pada fakta bahwa anak terus menerua bertumbuh dan tentu saja butuh pendekatan yg berbeda dalam pengasuhannya. Mudah2an dengan usaha dan doa, anak 2 dapat terhindar dari para groomer online maupun offline.

#smartschoolonline #literasidigital

Bogor, 23 Feb 2018
Diana Berlianti