Ini yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Cegah Penculikan Anak

Seruni.id – Hari ini viral beredar pesan melalui grup Whatsapp. Pesan tersebut berisi tentang kisah seorang ibu yang nyaris kehilangan anaknya di tempat umum.

Dalam pesan tersebut, terangkai cerita dari seorang ibu yang sedang berpergian bersama anak balitanya dengan menggunakan kendaraan umum. Dalam kendaraan umum tersebut, duduk di sebelahnya, seorang nenek bersama cucu laki-lakinya yang masih kecil. Sepanjang perjalanan si nenek terus menerus menanyakan tentang identitas anak dari si ibu tersebut. Hingga pertanyaan mengarah kepada nama anak.

Saat turun, tiba-tiba si nenek merebut anak dari sang ibu dengan berpura-pura sebagai cucunya. Aksi ini ternyata juga melibatkan orang lain untuk meyakinkan orang di sekitar.

Modus penculikan yang tidak lagi sembunyi-sembunyi. Usaha penculikan terang-terangan dilakukan di depan orangtua si anak itu sendiri.

Terlepas dari pesan di Whatsapp tersebut hoax atau fakta, orang tua memang sudah seharusnya waspada. Modus penculik anak sudah makin berkembang.

Dikutip dari huffingtonpost.com, Dr. Gail Gross, pakar pendidikan menyarankan kepada para orangtua untuk melakukan hal berikut untuk menghindarkan anak dari penculikan.

  1. Anak di bawah umur 8 tahun tidak diizinkan untuk berpergian sendiri, apalagi di tempat ramai. Meski sedang bermain dengan anak lain, mereka tetap harus dalam pengawasan orang dewasa.
  2. Hindari masuk ke mobil dengan orang asing dalam keadaan apapun.
  3. Jangan pernah meninggalkan anak sendirian di tempat umum, mobil atau stroller meskipun hanya beberapa menit saja.
  4. Jika ada orang dewasa yang meminta bantuan pada anak, waspadai. Jika bisa dihindari.
  5. Jangan meminta bantuan orang asing untuk menjaga bayi Anda, meski hanya sekejap.
  6. Saat berada di tempat ramai bersama anak, pegang atau gandeng erat. Jangan berjalan di depan anak, apalagi jika mereka masih berusia kecil dan tidak bisa menyamai kecepatan langkah Anda.
  7. Jangan memberi label nama di pakaian atau kotak makan anak.
  8. Tingkatkan kewaspadaan. Seperti kasus di atas, orangtua harus awas dengan suasana sekitar. Jangan pernah membeberkan identitas anak, dalam bentuk apa pun kepada orang asing.
  9. Simpan foto-foto terbaru anak, bawa kemanapun Anda dan anak pergi.
  10. Jika ada orang asing berusaha memisahkan Anda dan anak, peluk anak erat dalam posisi duduk, membungkuk atau berlutut. Daya cengkram akan lebih erat dibanding jika Anda dalam posisi berdiri.
  11. Di era milenial atau digital ini, awasi juga keamanan anak di dunia maya. Beritahu anak untuk tidak memberikan informasi pribadi kepada teman atau orang yang ia kenal di dunia maya. Hindari mengunggah informasi tentang anak atau foto anak di dunia maya, misalnya alamat sekolah dan jadwal kegiatannya.
  12. Ajarkan anak sedini mungkin. Usia 2 tahun sudah bisa diajarkan tentang keselamatan. Katakan dengan jelas, mereka tidak boleh pergi dengan orang asing dan juga orang yang mereka kenal tanpa seizin Anda. Ajarkan hal ini dengan cara yang menyenangkan.
  13. Biasakan anak yang lebih besar untuk menggunakan insting dan naluri untuk antisipasi. Misalnya jika ada mobil yang berjalan pelan di sekitar rumah atau sekolah untuk segera dilaporkan.
  14. Saat berada di tempat umum, tetapkan meeting point jika Anda terpisah dengan anak. Pastikan anak tahu apa yang harus dilakukannya jika mereka tersesat, bertanya kepada orang yang tepat seperti petugas keamanan, pegawai toko.
  15. Dengarkan keluh kesah anak, terutama jika mereka berusaha menceritakan hal yang membuat mereka tidak nyaman. Seperti bully di sekolah atau penjaga anak. Biarkan anak paham kalau Anda selalu mendengarkan mereka dan melakukan apa pun untuk menjaga mereka tetap aman.

Hal terpenting yang bisa dilakukan orang tua adalah berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak mereka di rumah. Miliki suasana rumah di mana anak-anak bisa membiarkan Anda tahu apa yang sedang terjadi dalam hidup mereka. Poin yang sangat penting adalah mempelajari kembali konsep lama tentang interaksi orang dewasa / anak. Ajari anak Anda haknya. Dia memiliki hak untuk mengatakan “tidak.” Anak-anak harus tahu ada peraturan yang berbeda untuk situasi yang berbeda; mereka tidak harus selalu bersikap sopan pada saat-saat tertentu.