Kisah Kartika Putri: Mimpi Mati Disholati Mama

Seruni.id – Kartika Putri mengisahkan keputusannya untuk berhijrah dengan suara pelan bergetar dan diiringi deraian bulir-bulir airmata di pipi. Kartika membuka kisah hijrahnya dikarenakan dirinya takut mati dan takut sama Allah.

Kartika menakui bahwa sebenarnya niat berhijab telah tergores remaja, yaitu sejak berseragam putih biru. Akan tetapi, Kartika merasakan baru kali ini ia memiliki keberanian. Seperti yang dilihat saat ini, keinginan hijrah berhijab tidak terbendung saat usianya duapuluh tujuh.

Sebelumnya, Kartika Putri belum lama ini telah membuat geger dunia hiburan. Banyak orang yang dibuatnya kaget dengan keputusan berhijrah ini. Terkesan mendadak, dilakukan saat dirinya masih berada di puncak ketenaran.

Melansir dari Dream, dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 12 Februari itu, menjadi penampilan perdana Kartika Putri di televisi setelah berhijab. Saat wawancara tersebut, perjalanan panjang proses hijrah dia tumpahkan dengan penuh emosional.

Kartika telah terjun ke dunia hiburan sejak tujuh tahun silam. Kartika telah malang-melintang di dunia hiburan.

Moncer sebagai presenter, dia merambah dunia peran. Terlibat di sejumlah sinetron, juga berlakon di layar lebar.

Selama terjun di dunia hiburan, kesan seksi disandang. Hal tersebut Kartika dapatkan karena dia kerap berbusana mini. Sebelum berhijrah, Kartika hampir selalu berbaju ketat, menonjolkan lekuk tubuh, pastinya mengumbar aurat.

Selama itu pun, hidupnya juga tidak lepas dengan kontroversi. Dua tahun lalu namanya bahkan disebut-sebut saat kasus prostitusi artis mencuat. Namun bersyukurnya, jalan berliku itu malah mengantarkan Kartika ke muara pertobatan.

Seperti apa kisah hijrah Kartika Putri, berikut penuturan Kartika dalam wawancara yang dilakukannya beberapa waktu lalu:

Bagaimana proses Anda berhijab?

Alhamdulillah. Enggak tahu, ini juga saya hari ini harus bekerja karena saya juga sebenarnya belum siap. Kalau ditanya kenapa, saya juga enggak tahu kenapa.

Saya baru bilang sama orang tua saya tanggal 5, sama Mama. Rencananya memang mau umroh. Tapi ternyata memang belum diizinkan karena suatu hal dan lainnya.

Terus tanggal 7 aku baru bilang manajer aku, dia pun enggak percaya karena dia pikir mungkin enggak benar. Tanggal 10 aku baru memutuskan untuk berhijrah, semua shock, keluarga shock, manajer shock.

Enggak ada keraguan, semua penuh keyakinan dan aku sampai bilang risiko apapun itu aku akan jalanin. Tapi alhamdulillah semuanya lancar dan dengan kesempatan ini aku ingin ucapin terima kasih banyak untuk semua stasiun TV, PH, PT, yang bekerja sama aku, yang mengizinkan aku untuk hijrah dan tidak sama sekali mempersulit aku.

Masyaallah, aku berterima kasih sebesar-besarnya banget, semua dimudahkan dan sebenarnya ini secepat kilat banget karena aku belum beli baju satu pun. Ini dapat hadiah semua.

Jadi, ya bersyukur saja semuanya dimudahin. Karena pada saat ada niatan itu, malah pihak keluarga ada bilang bahwa pikir dulu satu bulan, mantapin dulu, takutnya nanti ragu.

Cuma aku pikir yang aku lakuin adalah hal yang sangat positif dan seratus persen benar. Jadi aku enggak mau pikirin, aku mau bismillah harus disegerakan. Takutnya ada bisikan setan lagi. Jadi langsung terjadi begitu saja.

Apa latar belakang hijrah Anda?

Enggak ada, sebenarnya aku ingin hijrahnya pas umur 30 tahun. Pas ke sini sini, sampai enggak ya umur 30 tahun, karena belakangan ini banyak nonton Youtube, ceramah, ‘nyampai enggak?’ ‘doanya nyampai enggak?’. ‘Kalau masih buka aurat, keluar rumah yang dampingi tuh bukan malaikat, tapi setan’.

Sebenarnya seketika saja, baru sadar dari pembelajaran sebelumnya. Baru nyadarnya sekarang, beraninya sekarang.

Pernah mengalami momen spiritual?

Sudah lama sebenarnya, cuma aku sadarnya lama, pekanya lama, enggak tahu diri gitu. Sebenarnya dari setahun yang lalu tuh sudah ingin berhijab. Jadi kalau teman-teman yang pakai hijab datang ke rumah, mereka kan lepas hijab tuh karena kita sama-sama perempuan. Jadi aku bilang minjam dong hijabnya, aku pakai-pakai.

Terus ke dua setiap kali ikut pengajian aku tuh selalu rapi dibandingin teman-teman yang lain. Pakainnya yang syar’i panjang. Terus teman-teman bilang, kenapa lo enggak mau, entar dulu deh.

Sempat enggak tenang, terus ketenangannya dari sholat, kalau sholat tenang, terus kalau istighfar tenang, terus sedih juga enggak sedih, enggak peka juga.

Sampai di bulan Januari awal tahun baru, aku mimpi disholatin, dingajiin sama mama, kondisinya aku jadi mayat. Di situ aku enggak terima bahwa aku enggak mau mati dulu. Enggak mau.

Bangun tidur jantung berdebar-debar, semenjak dari bulan Januari itu enggak berhenti berdebar-debar sampai ulang tahun pun aku kok enggak happy pada saat semua kumpul, semua sehat, semuanya ada, aku bersyukur, ‘Ya Allah keluarga aku kumpul semua, semua sehat, fans semua kumpul. Kok ada yang enggak happy di diri aku.’ Enggak tahu apa.

Pulang aku sholat, nangis kayak ada resah, terus tiba-tiba enggak tahu ada angin apa, tahu-tahu taubatan nasuha bahwa ‘Ya Allah minta maaf’. Setiap kali sujud itu kayak ngerasa banyak dosa nih ya, apa ya introspeksi diri, aku tuh dosanya di mana ya, jahatin orang insyaallah enggak. Dzalimin orang, enggak. Berbuat yang lain-lain, enggak. Apalagi yang berbau duniawi itu sangat jauh.

Apa ya, apa ya, terus tiba-tiba awalnya enggak nyaman dulu dilihatin orang, selalu bete, sampai di titik cipika-cipiki aku merasa enggak ikhlas. Kok enggak ikhlas ya cipika-cipiki gitu, ih enggak mau deh Teh. Ke manajer aku (bilang), ‘Teteh aku enggak mau’. Terus pada saat aku nolak, teman-teman artis yang laki-laki pun, ‘sok lo, sombong lo, sok cantik lo,’ dan lain sebagainya gitu.

Pada saat aku menghindar pun kadang-kadang orang nyosor doang, aduh gimana nih caranya aku buat menghindari semuanya gitu, ternyata ya perbaiki diri aku, cara pakaian aku. Kalau kayak sekarang enggak mau salaman pun aku begini (nggak mau bersentuhan) jadi masih pembenaran.

Makanya kayak, ya minta maaf kalau seandainya behave-nya bukan kayak gimana. Ya mau belajar karena ini kenyamanan aku gitu. Makanya sekarang, ‘oh aku mau perbaiki diri aku dulu’. ‘Oh berarti akunya harus merubah dulu bagaimana orang tahu kalau enggak itu’.

Terus banyak banget dengar, mulai follow-follow Instagram tentang agama Islam, ajaran Islam, banyak banget. Dan sebenarnya posting-an yang aku posting itu sudah aku dapatin dari satu tahun yang lalu. Lagi-lagi cuma getarnya di sini (otak) enggak di sini (hati). Oh, iya juga ya kalau yang lihat aku satu juta orang saja berapa banyak dosa yang aku tanggung. Itu masuk di otak aku tapi enggak kena di sini (hati).

Pada saat kemarin aku dengarin kajian ustaz yang banyak banget sekarang yang gampang dimengerti, yang gampang masuk gitu, iya juga ya, dapat lagi kiriman. Aku tahunya amal jariyah yang orang bilang kalau ‘lo bangun masjid kan amal jariyah, di mana pahalanya akan ngalir terus-terusan sampai mati’.

Tapi enggak sadar kalau ada dosa jariyah. Baru sadar hari itu baca bahwa ada dosa jariyah yang seandainya kalau kita meninggal dosanya terus–terusan mengalir, yaitu salah satunya foto-foto kita yang terbuka auratnya.

Di situ sih ketakutan dan sebagainya. Makanya hari itu juga tanggal 5 aku mulai hapus-hapusin foto-foto aku yang di bawah-bawah. Banyak enggak ngeh gitu, aku sisain mungkin ada 15 foto yang di atas dengan tujuan pada saat aku hijrah baru dihapus. Ya itu terjadi pada saat satu hari sebelum hijrah, aku hapus semuanya.

Aku minta dihapus karena akhirnya malu sendiri lihat foto itu, yang dulunya foto begitu bangga nge-posting, senang dipuji, enggak bikin aku tenang juga, gitu. Jadi pas minta dihapus kayak ada kepuasan tersendiri aja gitu.

Ada pembimbing spiritual?

Pasti ada guru, yang ngasih quotes itu guru aku. Mengirimkan, dia bilang, ‘kalau kamu mau tahu cantik atau enggak coba deh dijilbab, kalau memang orang mau benar sama kamu pasti menerima’.

Dicontohin lagi, banyak banget meme katanya orang milih permen yang bungkusnya ketutup atau kebuka. Iya juga. Jadi berpikir dan baru ngena di sini saat ini.

Makanya pada saat ada keyakinan aku langsung, enggak ada persiapan, masih syuting stripping waktu itu dan nekat juga untuk ngomong bahwa mau menyudahi kontrak itu juga. Pokonya nekat senekat-nekatnya.

Sekali lagi aku juga terima kasih untuk Mbak Mira, sudah ngertiin perubahan aku ini. Orang tua juga, mereka takut nantinya aku enggak bisa amanah, takutnya nanti buka tutup. Tapi aku sih insyaallah hari ini mudah-mudahan seumur hidup sampai meninggalnya aku. Sudah mantap insyaallah.

Guru?

Pasti, pasti. Banyak, gurunya juga ada. Dari dulu juga banyak, sharing. Masih belajar dan belajar dari banyak guru juga karena masih kosong ini (pikiran) kasarnya. Jadi aku masih menerima semua dari manapun, makanya teman-teman ngajak, ‘Yuk ke ustaz ini yuk. Hari ini ke ustaz ini yuk, ke syekh ini yuk’. Masih kosong jadi ayuk aja.

Pertama kali hijrah konsultasi ke siapa?

Ke mama! Ke mama karena aku bilang, ‘ma dosanya aku kan masih ditanggung sama mama papa nih sekarang. Jadi, kesalahan yang kemarin-kemarin aku bayar sama doa aku yang hari ini yaaa’. Gitu. Doanya juga cuman, minta ampunan. Ya tobatan saja. Tahunya nasuha, yang benar benar. Udahan lah udahan. Sudah mau fokus ke diri sendiri aja.

Reaksi mama?

Dari tadi kirimin foto-foto baju terus, karena dia tahu aku belum punya baju dan reaksinya mama juga senang pasti dan selalu kasih aku wejangan-wejangan, ingetin ya sudah enggak boleh begini begitu.

Jadi akhirnya belajarnya ramai-ramai lagi. Terus aku ketemu lagi sama kayak burung, katanya kalau orang hijrah berkumpul baru lagi, kayak hari ini banyak anget, besok ada kajian di ustaz ini. Jadi kayak apa ya, punya hidup baru tapi senang, bahagia.

Tanggapan teman?

Adalah yang komentar karena apa nih, ada apa nih, a, b, c, d, e, f, g, tapi aku enggak mau mikirin karena itu ujian untuk aku. Ini kan baru ketok pintu, jadi masih banyak lagi pembelajaran yang harus aku fokusin daripada dengerin itu, cuma doa yang ada lebih banyak jadi itu yang buat aku sebenarnya jalanin saja yang positifnya, yang negatifnya enggak.

Bagaimana dengan masa lalu?

Repot, menyesal. Makanya semua Muslimah sebelum seperti aku menyesal dan susah menghapus masa lalu jangan sampai yang kemarin aku sudah memberi contoh yang enggak baik pakaiannya. Jadi minta maaf sebesar-besarnya aku cuma bisa sharing. Buat anak-anak muda lainnya jangan sampai telat kayak aku. Ayo disegerain, bismillah, ada etikat baik dan ada kesempatan jadi bersyukur.

Image dulu seksi, terus gimana cara ngubahnya?

Sebenarnya berpikirnya yang waktu ada kasus yang RA (Robby Abas), RA, itu. Aku bertanya, ‘Ma kok aku bisa masuk berita itu ya, Ma? Kenapa ya Ma?’. Terus mama bilang, ‘karena cara berpakaian kamu, orang akan berpikirnya, apa yang kamu kenakan’. Yang tadinya dressnya terbuka gitu, mulai menutup tapi masih ngepres.

Apakah merasa berat untuk berhijrah?

Enggak ada hal yang berat, orang bilang hijrah akan berat, mungkin untuk aku ke depannya tapi harus kuat, kuat, kuat, dan setiap ketemu sama orang yang hijrah adalah istikamahnya yang susah. Hijrahnya memang gampang, aku digampangkan banget dalam segala situasi pekerjaan, keluarga, semuanya digampangin. Jadi bersyukur dan harus punya iman yang yang ekstra insyallah mudah-mudahan sampai istikamah.

Ada yang coba menganggu?

Pastilah, opini-opini yang maksudnya a, b,c, baru saja kita berhijrah, sudah su’udzon. Tapi buat aku itu nauzubillahi minzalik, karena memang mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada mendapatkannya. Jadi setelah aku mendapatkan hari ini semoga aku bisa mempertahankannya sampai akhir hayat.

Hijab ini membuat Anda kesulitan bekerja?

Tidak sama sekali, itulah kejutan yang luar biasa buat aku. Semua progran tidak ada yang menarik diri, alhamdulillah. Semua kerja sama, semuanya, malah bilang, jangan takut sama rezeki, istikomah ya. Kalau pun nanti kata Allah mempengaruhi pekerjaan, ya inilah jalan dan garis hidup aku.

Takut kekurangan tawaran kerja?

Enggak, enggak. Sudah ikhlas, sudah pasrah. Apapun yang terjadi ke depan kalau memang rezekinya sudah sampai sini, ya sudah.

Ada tawaran kerjaan karena pakai hijab?

Belum, mudah-mudahan.

Pas mimpi dingajiin, memang Anda lagi kenapa?

Baik-baik saja, tidur dalam keadaan hati yang senang tiba-tiba mimpi begitu dan aku bilang sama mamaku, ‘kok enggak ikhlas ya’. Dia ceritakan sama salah satu sahabat aku, dokter.

‘Kamu tahu enggak kalau di akhirat itu ibu saja bisa enggak ngakuin anaknya, karena dia takut menanggung dosa-dosa kita. Kalau anak sholeha, pasti nanti ibu ketemu sama kita, akan bilang, itu anak kita, tapi kalau kita enggak sholehah, enggak.’

Sahabat aku juga ada yang bilang, ‘kamu tahu enggak penyakit ain, kalau kamu sampai hari ini enggak bahagia, belum dapat jodoh? Mungkin sebenarnya penyakit ain, yaitu setiap orang memuji tapi tidak bilang masyaallah, itu malah menjadi malapetaka buat kamu sendiri’. Belajar lagi, mikir lagi, iya juga ya.

Jadi ya, sebenarnya terlambat aku pakai ini, kenapa enggak dari kemarin-kemarin. Cuma ya, alhamdulillah masih diberi kesempatan.

Ada yang dibiasakan setelah berhijab?

Alhamdulillah setiap orang Whatsapp aku sudah pakai assalamualaikum. Terus orang rumah, yang kerja di rumah, bilang assalamualaikum. Terus juga kalau seandainya, muji tuh aku selalu bilang, ‘masyaallah dong’. Seru saja sih, jadi kayak punya kebiasaan baik yang baru.

Baju lama diapain?

Jadi awalnya aku berpikir, aku mau jual bajunya, karena kan uangnya bisa beli baju baru. Terus tiba-tiba berpikir lagi, ‘Ya Allah entar jadi dosa enggak’, kan enggak mungkin aku tulis, ‘baju ini dijual untuk selain Muslimah’. Nanti tersinggung lagi.

Jadi akhirnya aku bilang, aku simpan saja buat aku, kan bisa dipakai lagi kalau di rumah kalau sudah punya suami. Jadi buat suami. Jadi yang melihat yang sudah halal saja. Daripada aku kasih ke orang, orangnya buka aurat, akunya dosa lagi. Yang dosa sebelumnya belum tahu nih sudah selesai atau enggak.

Koleksi bajunya berapa?

Ada satu kamar sendiri, hehehe.

Terus sudah mulai tertutup tapi body-nya masih kelihatan. Ya begitu lah pokoknya nyamannya, ya karena lingkungannya begitu.

Tadi juga ditanyain, ‘kak buat aku ya’, sebenarnya ikhlas saja dan enggak bakal kepakai juga, cuma berpikir lagi, nanti kalau orang buka aurat gara-gara aku, enggak dapat pahala.

Ke depannya malah berdoa punya bisnis, baju Muslim yang mencontohkan, gitu. Kayak sekarang saja, banyak yang bilang ‘lo pakai jeans saja sama kaos, ini kelihatan tua banget’ tapi aku bilang, Islam yang benar kan begini. Insyaallah ke depannya bisa memberikan contoh untuk pembelajaran dan pembayaran yang kemarin. Ingin pakai baju Muslim yang insyaallah menuju ke arah yang benar. Jeans enggak mau. Kaos ya jangan sampai. Minta diingatkan ya teman teman.

Tahu cara masang hijab dari mana?

Masangnya enggak bisa, terus aku nonton Youtube. Terus juga makanya aku kan tadi kayak ada rasa enggak percaya diri. Tapi aku mikir dan memaklumi semuanya karena aku baru berhijrah. Aku masih bingung sih, masih kayak aneh, masih kayak, ini miring enggak ya. Gitu.

Sewa stylish?

Aku enggak nyewa, jadi enggak ada persiapan. Justru malah stylish-nya Kak Bella, Mba Ai, dia lagi di Mekah. WhatsApp aku, ‘pulang kita ketemuan ya’ aku senang banget ya Allah nanti bisa belajar yang lebih bagus lagi dong.

Jadi alhamdullilah banyak yang supprot aku. Kayak kakak ipar aku dia belum berhijrah, berhijab belum, justru dia yang belikan aku menset. ‘Gue enggak demen ya kalau orang berhijab tapi segini (tangannya) masih kelihatan, gitu. Oh iya ya. Lo tuh harus pakai kaos kaki, lo enggak boleh’. Jadi ya banyak yang sayang lagi.

Selektif, enggak, dengan teman?

Oh enggak. Justru aku berdoa, dan justru aku berteman sama siapapun. Dan yang punya ilmu memberikan ilmu ke aku, yang belum punya ilmu insyaallah aku menularkan, gitu. Kayak sudah mulai sekeliling aku nih kalau pergi, yang sudah biasa pakai celana pendek, Tik kayaknya jomplang deh kalau pakai celana pendek. Akhirnya mereka pakai celana panjang. Jadi buat aku justru ingin mengajak bareng-bareng sama teman-teman biar ngerasain nikmatnya aku. Ngerasain happy-nya aku.

Jodoh selektif, enggak?

Soal jodoh jadi lebih santai. Terus bilang sama mama, ‘Ma insyaallah enggak mau pacaran’. Kalau memang ada yang serius silakan temui mama aku. Silakan ngomong sama mama. Sudah enggak mau mikirin yang sesetres itu lagi. Kalau ada, bismillah. Ya kalau enggak ada, ya fokus belajar dulu saja. Mempersiapkan diri yang baik

Sudah ada yang hubungin mama?

Akhirnya pada saat hijrah itu banyak yang… kita tahu mana laki-laki baik mana yang enggak, gitu. Jadi kayak gitu saja sih, menghubungi yang gimana gitu sih belum.