Siapakah Orang yang Bangkrut itu?

Seruni.id – Tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu? Bangkrut menurut KBBI berarti menderita kerugian besar hingga jatuh. Lalu apa artinya orang yang bangkrut di akhirat nanti walaupun dalam kesehariannya telah mengerjakan sholat, puasa, dan zakat, serta amalan lainnya?

Rasulullah SAW telah menjelaskan secara gamblang, mengenai definisi orang yang bangkrut ini. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah R.A, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
” Sesungguhnya orang yang bangkrut di antara umatku ialah orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa pahala Shalat, Puasa, dan Zakat, Tetapi ia juga pernah mencela orang, menuduh orang berzina, memakan harta orang, menumpahkan darah orang, dan memukul orang. Maka kebaikannya diberikan kepada orang-orang itu ( yang dizholimi ). Jika kebaikannya telah habis sebelum tanggungannya ditunaikan, maka dosa orang-orang tersebut diambil dan dilemparkan kepadanya (yang menzholimi ). Lalu dilemparkan ia ke neraka.” ( H.R. Imam Muslim).
Dari hadits di atas dapat diuraikan bahwa ada 5 penyebab yang menjadikan orang bangkrut menurut pandangan Islam. Lantas apa sajakah itu ?
1. Beribadah Namun Masih Saja Gampang Mencela Orang
Sungguh merugi bagi orang yang mencampurkan perkara bagus dengan ucapan tercela ini. Karena ibaratnya bibit tanaman yang sudah ia tanam dengan baik dan subur, kemudian ditaburi pula racun hingga sampai merusak tanaman tersebut. Apakah itu akan menuai hasil…?
Begitu pula mereka yang kerap mencela orang, apalagi dengan kata-kata yang menyakitkan. Maka pahala ibadah yang mereka lakukan, dapat terhapuskan dan diambil oleh orang-orang yang mendapat celaan tersebut. Sehingga keberuntungan yang sebenarnya mereka peroleh sudah terkikis habis, dan menjadi golongan orang bangkrut karena amal ibadah di dunia tak mampu menjadi tanjakan untuk kebahagiaan di akhirat.
2. Beribadah Namun Tidak Lepas Dari Menuduh Orang Berbuat Zina

Bagi setiap mukmin, tentu tidak diperkenankan sembarangan menuduh orang berbuat keji, Apalagi  beranjak sampai melontarkan tuduhan berzina ini. Bilamana seseorang yang menuduh orang mukmin dan mukminah berbuat nista ini, maka sia-sialah amal ibadah mereka di dunia.

Karena hal itu sama dengan melakukan fitnah yang lebih kejam dari pada pembunuhan, jika  tuduhan itu tidak benar. Bahkan di akhirat kelak, bagi orang yang memupuk perbuatan tercela, niscaya dia tidak akan mendapat pahala ibadah yang mereka kerjakan, melainkan siksa neraka bagi setiap orang yang memiliki persaksian palsu atas tuduhan itu.
3. Beribadah Namun Tak Lepas Dari Memakan Harta Orang Lain
Dunia sering kali membuat seseorang menjadi buta. Ketika kecintaannya akan dunia ini sudah melampaui batas hingga menguasai pikirannya, Maka akan cenderung mendorong hati dan pikiran manusia menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya bukan…?. Setelah pikiran  dan hatinya tertipu oleh perkara duniawi, maka perbuatan merampas, merampok, korupsi, memakan harta anak yatim, dan menimbun harta yang haram, sudah menjadi perkara biasa dan rasa takutnya kepada Allah SWT sudah mulai sirna. Na’udzubillah Min Dzalik.
4. Beribadah Namun Juga Tidak Lepas Melakukan Pembunuhan
Pembunuhan kepada seorang muslim lainnya, tentu merupakan dosa besar. Manakala manusia melakukan amal ibadah tapi seringkali menumpahkan darah orang muslim lainnya, apakah amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT…?
Apakah malah sebaliknya? Perlu diketahui, bahwa dalam hadits Rasulullah SAW telah dijelaskan, Manakala orang yang beribadah namun tetap saja menumpahkan darah orang lain, maka hal itu menjadi salah satu penyebab manusia bangkrut di akhirat kelak, karena semua pahala dari amal ibadah yang mereka kerjakan akan diberikan kepada orang yang dizholimi. Kemudian dosanya menjadi menumpuk, sehingga membuat mereka dilemparkan ke Neraka sebagai hukuman dari apa yang mereka perbuat.
5. Beribadah Namun Masih Saja Gampang Memukul Orang
Selain menghindari perbuatan mencela dengan kata-kata menyakitkan, maka hendaknya kita juga bisa terhindar dari perbuatan dzholim satu ini, yakni memukul orang lain karena mungkin ditimbulkan oleh rasa benci, marah, dan sejenisnya. Antara muslim satu dengan lainnya adalah saudara, maka janganlah saling memukul dan menganiaya. Perbaikilah hubungan akrab ini, sehingga kita semua dapat hidup rukun, aman, dan damai.
Jika sampai dalam hati dan pikiran masih menyayat rasa dendam terhadap sesama umat beragama, maka tidaklah sempurna amal baik yang mereka kerjakan. Namun bisa juga pahala dari amalan ibadah itu menjadi terhapus, karena selama hidup masih kerap melakukan perbuatan tercela.
Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, disebutkan bahwa,

“Sesungguhnya orang mukmin itu orang yang tidak suka melaknat, mencela, berkata keji/jorok, dan kotor” (HR. Ahmad 1/416; shahih).

HENDAKNYA kita berhati-hati menjaga lisan kita di dunia nyata dan menjaga tulisan serta komentar kita di dunia maya. Karena tulisan ini kedudukannya sama dengan ucapan lisan. Sebagaimana kaidah:

“Tulisan (hukumnya) sebagaimana lisan”

Ketika lisan suka mencaci, mencela, melaknat, ghibah dan berkata-kata kotor kepada orang lain, ini sama saja kita akan “bagi-bagi pahala gratis” kepada mereka kemudian kita akan bangkrut. Mengapa demikian? Karena dengan lisan dan tulisan kita, mereka yang kita cela dan caci-maki adalah pihak yang kita dzalimi. Jika kita tidak meminta maaf di dunia, maka urusan akan berlanjut di akhirat.

Di akhirat kita tidak bisa meminta maaf begitu saja, akan tetapi ada kompensasinya. Kompensasi tersebur bukan uang ataupun harta. Karena ini sudah tidak bermanfaat di hari kiamat.

Allah berfirman, “Pada hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat” (Asy-Syu’araa`: 88-89).

Adapun kompensasi jika kita tidak bisa menjaga lisan di dunia nyata atau maya, sebagai berikut:

1. Jika punya pahala kebaikan seperti pahala shalat dan puasa, maka akan dibagi-bagikan kepada mereka yang didzalimi di dunia dan belum selesai perkaranya artinya belum ada maaf dan memaafkan.

2. Jika yang mendzalimi (mencela dan memaki) sudah habis pahalanya, maka dosa orang yang didzalimi akan ditimpakan dam diberikan kepada orang yang mendzalimi.

Jadi, dapat diketahui bahwa sesungguhnya orang yang tergolong bangkrut dari segi pandangan Islam, bukanlah tipe orang yang kekurangan materi. Namun mereka yang telah memiliki tabungan amaliah bagus layaknya Sholat, Puasa, dan Zakat, Tetapi mereka juga tiada habis-habisnya melakukan berbuatan tercela.  Sehingga bukannya pahala yang mereka dapat, namun adzab Allah akan menimpa mereka kelak. Naudzubillah…

Semoga kita dijauhkan dari kebangkrutan di akhirat nanti. Aamiin.

-dari berbagai sumber-