Haniah, Wanita yang Rela Kehilangan Segalanya Demi Menjadi Seorang Muslim

Haniah, Wanita yang Rela Kehilangan Segalanya Demi Menjadi Seorang Muslim

Seruni.id – Gemerlap dunia kerap menyilaukan mata, menggoda keimanan, hingga kita lupa bahwa dunia bukan segalanya, tapi hanyalah persinggahan sesaat. Inilah yang sempat terjadi pada seorang wanita asal Inggris bernama Haniah. Di mana, semasa mudanya ia pernah terjerat akan tipu daya dunia. Namun, akhirnya ia berhasil menarik dirinya.

Gaya hidupnya yang bebas saat itu, memang tampak membahagiakan. Akan tetapi, pada kenyataannya, ia tidak merasa adanya ketentraman dan kebahagiaan di dalam hatinya.

Karena hal tersebut, ia mulai berpikir bahwa hidup harus ada batasan. Berangkat dari pemikiran tersebutlah, yang akhirnya membawa Haniah menjadi seorang mualaf. Meski ini bukan pilihan yang mudah, karena ia harus menanggung konsekuensinya. Haniah, harus kehilangan segalanya. Termasuk keluarga yang begitu ia cintai.

Berawal Ketika Haniah Kuliah

Perjalanannya mengenal Islam berawal dari temannya saat duduk di bangku kuliah. Namun, saat itu ia belum tertarik dengan Islam. Sebab, mayoritas masyarakat Barat menganggap bahwa Islam adalah agama yang lekat dengan terorisme.

Perlahan-lahan, pandangan negatifnya tentang Islam mulai memudar, ketika Haniah menemukan sebuah fakta yang baru diketahuinya, bahwa Islam mengatur sejumlah batasan untuk umatnya terutama perempuan.

Sebuah fakta yang menurutnya luar biasa itu, berhasil membawanya untuk mempelajari agama Islam, agama yang disebarkan oleh Nabi Muhammad Shallalalhu’alaihi wa Sallam. Haniah mulai mempelajari Islam dari berbagai sumber, salah satunya adalah menonton kajian yang diisi oleh Zakir Naik.

“Saya belajar Islam lebih dalam dengan menonton Peace TV, Zakir Naik, dan saya suka apa yang saya dengar. Tapi yang paling menarik perhatian saya adalah apa yang Islam ajarkan tentang perempuan,” ucap Haniah, seperti dikutip dari kanal YouTube Ayatuna Ambassador, Senin (25/10/2021).

Yakin dengan Islam

Ketertarikannya dengan Islam pun mulai memuncak, hingga akhirnya ia benar-benar yakin dan memutuskan untuk masuk Islam. Setelah menjadi mualaf, ia lantas mengabarkan kepada kedua orangtuanya. Namun sayang, kabar bahagia itu tidak diterima baik oleh keluarganya.

Mereka justru menolak keputusan tersebut dan sangat marah kepada Haniah. Bahkan, Haniah sampai diusir dari rumah, mencoretnya dari anggota keluarga, dan melarangnya datang kembali.

“Kami tidak lagi ingin mengenalmu. Kamu bukan anak kami. Maka saat itu juga saya kehilangan segalanya. Saya kehilangan rumah dan keluarga saya karena saya dilarang ke sana. Saya kehilangan akar saya, seolah saya dicabut dari tanah dan dicampakkan begitu saja,” kisah Haniah.

Perjalanan hidupnya begitu berat, terlebih saat ini Haniah sudah menjadi seorang ibu. Ia tak merasakan bagaimana bahagianya seorang cucu bertemu dengan neneknya. Ketika mengingat momen tersebut, Haniah tak kuasa membendung tangisnya, hingga akhirnya tangis itu pun pecah.

“Adalah hal yang sulit menjadi seorang istri dan ibu tanpa mama Anda, karena mama saya tidak hadir ketika anak-anak saya lahir. Itu hal yang sangat sulit,” ungkapnya pilu.

Ujian yang Begitu Berat

Ujian hidup yang begitu berat, sempat membuatnya sedih hingga depresi. Namun, ia menyadari, bahwa itu merupakan bentuk kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya. Di tengah kesedihannya karena tak dianggap oleh keluarga, Haniah justru menemukan keluarga Muslim baru di sebuah masjid di Birmingham, Inggris, yang kini menjadi tempat tinggalnya.

Dari sanalah, Haniah mulai membuka lembaran baru dan mendapatkan ketentraman hati. Hingga kini, keluarganya masih sulit dihubungi, tapi ia mengkau menerima seutuhnya.

“Ayah saya dia masih marah, saya tidak bisa berkomunikasi dengan saudara-saudari saya. Ini sulit, mungkin sampai saya meninggal akan seperti ini. Namun saya tidak punya penyesalan karena Allah Maha Bijaksana dan Mengetahui yang Terbaik,” ucapnya bijak.

Baca Juga: Kisah haru, Mualaf Bersyadahat di Atas Meja Operasi

Kini, Haniah lebih memfokuskan hidupnya untuk berdakwah dan memotivasi orang-orang yang juga memiliki nasib seperti dirinya.