Makna dan Keutamaan Membaca Surat Al-Mulk

Makna dan Keutamaan Membaca Surat Al-Mulk
liputan6.com

Seruni.id – Surat Al-Mulk merupakan surah ke-67 dalam Al-Qur’an. Surat yang termasuk ke dalam golongan surah Makkiyah ini terdiri atas 30 ayat. Arti surat Al-Mulk sendiri adalah kerajaan, di dalamnya menjelaskan tentang Allah yang menguasai Alam Semesta serta mengetahaui semua rahasia yang ada di langit dan di bumi.

Makna dan Keutamaan Membaca Surat Al-Mulk
dakwahmanhajsalaf.com

Berikut ini Seruni akan membahas tentang makna serta keutamaan surat Al-Mulk yang perlu kita ketahui lebih dalam. Untuk lebih jelasnya bisa disimak di bawah ini.

Keutamaan Membaca Surat Al-Mulk

1. Mendapatkan Syafa’at

Sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda mengenai keutamaan surat Al-Mulk. Surat ini dapat memberikan syafa’at, sehingga yang membacanya InsyaAllah dosanya akan diampuni.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبَّاسٍ الْجُشَمِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ إِنَّ سُورَةً مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِىَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Qotadah, dari ‘Abbas Al Jusyamiy, dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu surat dari Al-Qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu ‘Tabarakalladzi biyadihil muklu (surat Al-Mulk)’,”

2. Dihindarkan dari Siksa Kubur dan Siksa Neraka

Tidak ada seorang pun yang akan tahan dengan panas dan pedihnya siksaan api neraka. Maka dari itu, dengan membaca surat Al-Mulk dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka kita akan dihindarkan dari siksa kubur dan siksa neraka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud berikut ini:

“Barangsiapa membaca surat Tabarokalladi bi yadihil mulk setiap malam, maka Alloh azza wajall menghindarkannya dari adzab kubur, dan dahulu kami (para sahabat) di saat Rosulullah-shollallahu alaihi wasallam (masih hidup) menamainya “al-Mani’ah” (penghindar/penghalang). Sungguh surat tersebut ada dalam Kitabulloh, barangsiapa membacanya dalam suatu malam, maka ia telah banyak berbuat kebaikan” (HR. Nasa’i dengan redaksinya, diriwayatkan pula oleh al-Hakim dan ia mengatakan: sanadnya shohih, dan dihasankan oleh Albani)

3. Menjadikan Diri Kita Menjadi Orang yang Bertawakal

Keutamaan berikutnya, ada pada ayat ke-15 surat Al-Mulk, bahwasanya Allah SWT menunjukkan disyariatkannya tentang perintah berjalan di muka bumi untuk mencari rezeki. Bisa dengan berdagang, bertani, pun yang lainnya. Hal ini menunjukkan, bahwa tawakal tidak hanya sekadar berserah diri kepada Allah Ta’ala saja, melainkan harus dibersamai dengan bekerja, berdoa, dan berusaha. Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.” (QS. Al Mulk: 15).

4. Menjauhkan Diri dari Maksiat

Disebutkan bahwa orang yang taat kepada Allah SWT ialah orang yang tetap melakasanakan perintah-Nya, meskipun tak ada seorang pun yang melihatnya, sebagaimana dalam firman Allah SWT berikut ini:

“Mereka itu takut pada Allah di kesunyian ketika mereka tidak nampak di hadapan manusia lainnya. Mereka pun taat pada Allah dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Tentu saja dalam keadaan terang-terangan, mereka pun lebih taat lagi pada Allah” ( QS Al Mulk: 12 )

Intinya, orang yang beriman akan selalu taat kepada sang pencipta meski dalam kesendirian, dan takut untuk berbuat maksiat kepada Allah. Seperti yang dijelaskan oleh Syaikh As S’adi,

“Mereka takut pada Allah dalam setiap keadaan sampai-sampai pada keadaan yang tidak ada yang mengetahui amalan mereka kecuali Allah. Mereka tidak melakukan maksiat dalam kesunyian. Mereka pun tidak mengurangi ketaatan mereka ketika itu.”

5. Diampuni Dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu álaihi wa salam bersabda:

عن أبي هريرة، عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: سورة من القرأن، ثلاثون اية؛ تَشْفَعُ

لصاحبها حتى يُغْفَرَ له: تبارك الذي بيده الملك. (رواه أبو داود واللفظ له, والترمذي وغيرهما،

وصححه ابن حبان والحاكم والذهبي، وحسنه الترمذي والألباني)ـ

Artinya: “Ada surat dari Alqur’an yang terdiri dari 30 ayat. Surat tersebut dapat memberikan syafa’at bagi ‘temannya’ (yakni orang yang banyak membacanya) sehingga orang tersebut diampuni dosanya, yaitu: Surat Tabarokalladi bi yadihil mulk.“

Makna Surat Al-Mulk

Surat Al-Mulk yang terdiri dari 30 ayat ini, memiliki makna atau arti tersendiri pada setiap ayatnya. Adapun maknanya bisa kita lihat di bawah ini, ya. Berikut surat Al-Mulk ayat 1-30 beserta artinya.

1. تَبَٰرَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Tabārakallażī biyadihil-mulku wa huwa ‘alā kulli syai`ing qadīr

“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,”

2. ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Allażī khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā, wa huwal-‘azīzul-gafụr

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”

3. ٱلَّذِى خَلَقَ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا ۖ مَّا تَرَىٰ فِى خَلْقِ ٱلرَّحْمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٍ ۖ فَٱرْجِعِ ٱلْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ

Allażī khalaqa sab’a samāwātin ṭibāqā, mā tarā fī khalqir-raḥmāni min tafāwut, farji’il-baṣara hal tarā min fuṭụr

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

4. ثُمَّ ٱرْجِعِ ٱلْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ ٱلْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ

Summarji’il-baṣara karrataini yangqalib ilaikal-baṣaru khāsi`aw wa huwa ḥasīr

“Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah,”

5. وَلَقَدْ زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِمَصَٰبِيحَ وَجَعَلْنَٰهَا رُجُومًا لِّلشَّيَٰطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ ٱلسَّعِيرِ

Wa laqad zayyannas-samā`ad-dun-yā bimaṣābīḥa wa ja’alnāhā rujụmal lisy-syayāṭīni wa a’tadnā lahum ‘ażābas-sa’īr

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala,”

6. وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

Wa lillażīna kafarụ birabbihim ‘ażābu jahannam, wa bi`sal-maṣīr

“Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali,”

7. إِذَآ أُلْقُوا۟ فِيهَا سَمِعُوا۟ لَهَا شَهِيقًا وَهِىَ تَفُورُ

Iżā ulqụ fīhā sami’ụ lahā syahīqaw wa hiya tafụr

“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak,”

8. تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ ٱلْغَيْظِ ۖ كُلَّمَآ أُلْقِىَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ

Takādu tamayyazu minal-gaīẓ, kullamā ulqiya fīhā faujun sa`alahum khazanatuhā a lam ya`tikum nażīr

“Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?”

9. قَالُوا۟ بَلَىٰ قَدْ جَآءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ ٱللَّهُ مِن شَىْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِى ضَلَٰلٍ كَبِيرٍ

Qālụ balā qad jā`anā nażīrun fa każżabnā wa qulnā mā nazzalallāhu min syai`in in antum illā fī ḍalāling kabīr

“Mereka menjawab: “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”.

10. وَقَالُوا۟ لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِىٓ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

Wa qālụ lau kunnā nasma’u au na’qilu mā kunnā fī aṣ-ḥābis-sa’īr

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”.

11. فَٱعْتَرَفُوا۟ بِذَنۢبِهِمْ فَسُحْقًا لِّأَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

Fa’tarafụ biżambihim, fa suḥqal li`aṣ-ḥābis-sa’īr

“Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala,”

12. إِنَّ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِٱلْغَيْبِ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

Innallażīna yakhsyauna rabbahum bil-gaibi lahum magfiratuw wa ajrung kabīr

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar,”

13. وَأَسِرُّوا۟ قَوْلَكُمْ أَوِ ٱجْهَرُوا۟ بِهِۦٓ ۖ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

wa asirrụ qaulakum awij-harụ bih, innahụ ‘alīmum biżātiṣ-ṣudụr

“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati,”

14. أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ

Alā ya’lamu man khalaq, wa huwal-laṭīful-khabīr

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”

15. هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ

Huwallażī ja’ala lakumul-arḍa żalụlan famsyụ fī manākibihā wa kulụ mir rizqih, wa ilaihin-nusyụr

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan,”

16. ءَأَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ أَن يَخْسِفَ بِكُمُ ٱلْأَرْضَ فَإِذَا هِىَ تَمُورُ

A amintum man fis-samā`i ay yakhsifa bikumul-arḍa fa iżā hiya tamụr

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?,”

17. أَمْ أَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ

Am amintum man fis-samā`i ay yursila ‘alaikum ḥāṣibā, fa sata’lamụna kaifa nażīr

“atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?”

18. وَلَقَدْ كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ

Wa laqad każżaballażīna ming qablihim fa kaifa kāna nakīr

“Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku,”

19. أَوَلَمْ يَرَوْا۟ إِلَى ٱلطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَٰٓفَّٰتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا ٱلرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىْءٍۭ بَصِيرٌ

A wa lam yarau ilaṭ-ṭairi fauqahum ṣāffātiw wa yaqbiḍn, mā yumsikuhunna illar-raḥmān, innahụ bikulli syai`im baṣīr

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu,”

20. أَمَّنْ هَٰذَا ٱلَّذِى هُوَ جُندٌ لَّكُمْ يَنصُرُكُم مِّن دُونِ ٱلرَّحْمَٰنِ ۚ إِنِ ٱلْكَٰفِرُونَ إِلَّا فِى غُرُورٍ

Am man hāżallażī huwa jundul lakum yanṣurukum min dụnir-raḥmān, inil-kāfirụna illā fī gurụr

“Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu,”

21. أَمَّنْ هَٰذَا ٱلَّذِى يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُۥ ۚ بَل لَّجُّوا۟ فِى عُتُوٍّ وَنُفُورٍ

Am man hāżallażī yarzuqukum in amsaka rizqah, bal lajjụ fī ‘utuwwiw wa nufụr

“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?”

22. أَفَمَن يَمْشِى مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِۦٓ أَهْدَىٰٓ أَمَّن يَمْشِى سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

A fa may yamsyī mukibban ‘alā waj-hihī ahdā am may yamsyī sawiyyan ‘alā ṣirāṭim mustaqīm

“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”

23. قُلْ هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۖ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

Qul huwallażī ansya`akum wa ja’ala lakumus-sam’a wal-abṣāra wal-af`idah, qalīlam mā tasykurụn

“Katakanlah: “Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur,”

24. قُلْ هُوَ ٱلَّذِى ذَرَأَكُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Qul huwallażī żara`akum fil-arḍi wa ilaihi tuḥsyarụn

“Katakanlah: “Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan”.

25. وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا ٱلْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ

wa yaqụlụna matā hāżal-wa’du ing kuntum ṣādiqīn

“Dan mereka berkata: “Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?”

26. قُلْ إِنَّمَا ٱلْعِلْمُ عِندَ ٱللَّهِ وَإِنَّمَآ أَنَا۠ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Qul innamal-‘ilmu ‘indallāhi wa innamā ana nażīrum mubīn

“Katakanlah: “Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan”.

27. فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيٓـَٔتْ وُجُوهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَقِيلَ هَٰذَا ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تَدَّعُونَ

Fa lammā ra`auhu zulfatan sī`at wujụhullażīna kafarụ wa qīla hāżallażī kuntum bihī tadda’ụn

“Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya,”

28. قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِىَ ٱللَّهُ وَمَن مَّعِىَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَن يُجِيرُ ٱلْكَٰفِرِينَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

Qul ara`aitum in ahlakaniyallāhu wa mam ma’iya au raḥimanā fa may yujīrul-kāfirīna min ‘ażābin alīm

“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?”

29. قُلْ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Qul huwar-raḥmānu āmannā bihī wa ‘alaihi tawakkalnā, fa sata’lamụna man huwa fī ḍalālim mubīn

“Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata”.

30. قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَآؤُكُمْ غَوْرًا فَمَن يَأْتِيكُم بِمَآءٍ مَّعِينٍۭ

Qul ara`aitum in aṣbaḥa mā`ukum gauran fa may ya`tīkum bimā`im ma’īn

“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?”.

Tafsir Surat Al-Mulk

Pada ayat satu sampai dengan ayat kelima, menjelaskan tentang segala yang ada di muka bumi ini, salah satunya tentang penciptaan langit dan bumi yang berlapis-lapis, pengaturan hidup dan mati seluruh makhluk yang ada di dalam ini, tentunya kita tahu, ini semua merupakan kuasa Allah Ta’ala, dan semua yang ada di dalam ini meliputi langit, bumi, dan seuruh isinya adalah kerajaan Allah SWT.

Kemudian, pada ayat kedua, Allah SWT menjelaskan, bahwa tujuan-Nya mengatur segala kehidupan dan kematian makhluknya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mengetahui siapa saja dari mereka yang paling bagus amalannya. Selain itu, agar makhluknya dapat berlomba-lomba dalam melakukan amal salih.

Dilanjut pada ayat keenam sampai ayat kesebelas, Allah SWT juga menjelaskan tentang azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir di akhirat kelak. Diantara siksaan yang paling pedih ialah dilemparkannya ke dalam api neraka jahannam yang menggelegak dan sangat panas.

Di tempat tersebutlah, mereka akan tersandar dan menyesali segala perbuatannya. Di mana semasa hidup mereka mengabaikan segala peringatan dan da’wah Islam yang datang dari para nabi-nabi. Mereka pun menyesak seraya berkata apabila mereka mengikuti hidayah yang telah sampai kepada mereka duli, mereka tidak akan berada di neraka Jahannam seperti ini.

Sedangkan, pada ayat kedua belas hingga ayat keempat belas, Allah Ta’ala menjelaskan tentang janji yang diberikan kepada orang-orang mu’min, bahwasanya mereka akan memperolah ampunan dan balasan yang sangat besar dari Allah SWT.

Pada ayat ke lima belas menjelaskan bahwasnya apa yang diciptakan di bumi ini menyesuakan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Penciptaan berbagai macam jenis makanan, minuman, cuaca, panas, dingin, hujan, dan lainnya, semua ini diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia di bumi ini[2].

Dan di ayat keenam belas sampai akhir, berisi tentang ancaman Allah kepada orang-orang kafir yang tidak beriman. Diantaranya ancaman yang dijelaskan di surat ini adalah:

Allah mampu untuk menjurkirbalikkan bumi, dan menurunkan badai dari langit apabila Allah telah murka kepada mereka. Dijelaskan juga di ayat ini, agar manusia selalu merenungi dan memikirkan segala ciptaan Allah di bumi ini, seperti burung-burung yang terbang di langit, rizki yang diberikan kepada mereka, dan sumber air yanh selalu mengalir untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Di ayat dua puluh lima dan dua puluh enam, Allah juga menjelaskan bahwasanya tidak ada yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat, kecuali Allah SWT sendiri.

Baca Juga: Cara Agar Anak Mencintai Al Quran Ala Ibu Aminah

Itulah beberapa keutamaan surat Al-Mulk yang sudah dijelaskan di atas, bisa kamu peroleh jika kamu tekun dan rajin membacanya. Meski dapat dibaca di segala waktu, Rasulullah SAW biasa membacanya menjelang tidur di malam hari karena keutamaannya yang luar biasa.