Menjadi Anak yang Cerdas Emosi dan Siap Menghadapi Tantangan

Seruni.id – Di tahun ajaran baru ini, beberapa sekolah masih menerima siswa berdasarkan hasil tes IQ. Padahal IQ bukanlah penentu utama kesuksesan seorang anak. IQ seseorang sulit untuk ditambah karena itu adalah faktor genetik yang merupakan pemberian dari Allah SWT. Selain IQ, sebetulnya ada kecerdasan lain yang sangat bisa ditambah dengan latihan dan kebiasaan, yaitu kecerdasan emosi (EQ = Emotional Quotient) dan kecerdasan dalam menghadapi tantangan (AQ = Adversity Quotient).

Secerdas-cerdasnya seseorang, dengan IQ tinggi, namun ketika dia tidak memiliki EQ dan AQ yang baik, maka orang tersebut tidak akan bisa survive dalam hidupnya. EQ dan AQ bisa dilatih dengan cara membantu orang-orang di sekeliling kita. Misalnya dengan membantu membuatkan sarapan di rumah, membantu ibu mencuci piring, membantu menentukan menu makan siang untuk keluarga, membantu mencarikan pulpen teman yang hilang, dan lain sebagainya. Inilah yang disebut dengan service atau pelayanan. Ketika kita sudah belajar membantu orang lain, berarti kita bisa melayani orang lain juga dengan baik, dan kemampuan ini jika diasah terus akan meningkatkan kecerdasan emosi dan juga self esteem kita. Perusahaan-perusahaan yang bisa memberikan pelayanan yang baik bagi customernya pasti akan menjadi perusahaan yang besar kan? Karena pelayanan adalah prioritas dan ketika pelayanan sebuah perusahaan baik, maka harga naik menjadi 4x lipat pun tidak masalah.

Nah, berangkat dari melatih self esteem, kecerdasan emosi dan kecerdasan dalam menghadapi tantangan, maka salah satu contoh nyata bagi para siswa baru, khususnya siswa yang tinggal di asrama atau pesantren, tentunya menjadi masa-masa yang paling berat ketika akhirnya harus tinggal jauh dari orangtua. Anak-anak harus belajar untuk melawan rasa kangen dengan orang tua, kangen masakan ibu, kangen kamar sendiri, dan harus terbiasa dengan berbagai keterbatasan dan aturan yang ada di asrama dan sekolah.
Tentunya hal ini menjadi sesuatu yang wajar, namun kita sebagai anak remaja yang akan beranjak dewasa harus latihan untuk menghadapi tantangan ini. Menangis boleh, menelpon orang tua untuk menyatakan kangen juga boleh, namun meminta kembali pulang ke rumah dengan alasan tidak betah, itu yang tidak boleh, karena anak-anak sudah bukan di TK atau di SD lagi. Dewasa adalah sebuah perjalanan yang harus kita lalui dengan sabar dan tegar.

Berbagi dan berbaurlah dengan teman-teman yang juga merasakan hal yang sama. Berbagilah cerita bersama mereka, karena kita tidak sendirian dalam menghadapi tantangan ini.

Melatih kecerdasan emosi bukan berarti bahwa kita tidak boleh marah, karena emosi yang sehat adalah emosi yang diekspresikan, namun dalam kadar yang wajar, tidak boleh berlebihan. Karena ketika emosi tidak dikeluarkan pada saat kejadian maka akan menumpuk di dalam hati kita dan membuat kita menjadi baper dan akhirnya kita melampiaskan kekesalan kita kepada orang yang salah.

Jadi, ketika kita kesal karena perkataan atau perbuatan orang lain, maka itu adalah tanda bahwa kita menyayangi diri kita dan tidak mau membiarkan diri kita dibully oleh orang lain atau situasi.
Yang terjadi dalam mekanisme bullying, salah satunya adalah karena kita tidak membela diri. Karena itu sampaikanlah ketidaknyamanan kita kepada orang yang telah mengusik perasaan kita. Katakan dengan cara yang baik bahwa kita tidak suka diperlakukan seperti itu. Berjalanlah dengan gaya yang wajar dan percaya diri sehingga orang lain menghargai diri kita.

Sesungguhnya setiap anak pasti sadar dan bisa merasakan ketika disakiti orang lain. Setiap anak yang mendapat perkataan negatif dari orang lain, maka akan hilang harga dirinya dan untuk mengangkat harga dirinya kembali membutuhkan waktu yang cukup lama walaupun yang menyakiti sudah meminta maaf. Mengapa? karena membully teman atau orang lain dengan kata-kata itu jauh lebih sakit daripada dipukul.

Karena itu agar anak-anak bisa survive dalam hidupnya, maka ada beberapa tips berikut ini :

1. Jujurlah pada diri sendiri. Katakan hal yang kamu sukai dan tidak sukai dengan cara yang baik dan nyaman menurut kalian.

2. Bergembiralah, karena ketika bahagia maka hormon kita akan bekerja dengan positif dan otak kita juga akan bekerja dengan positif. Ingat, bahagia itu menyelamatkan kita dari depresi. Bahagia juga menyelamatkan kita dari niat-niat buruk terhadap diri kita termasuk bunuh diri. Jika melihat ada teman kita yang sedih, bantu dirinya menjadi ceria.

3. Jangan cuma mencari populer di sekolah, tapi carilah dan buatlah karya .

4. Kembangkan minatmu. Ini masanya kalian mencari tahu apa yang kalian inginkan.

5. Berpendapatlah, jadilah pendengar yang baik dan pemberi opini yang baik.

6. Mengekspresikan dirimu ke luar.

7. Bertanyalah jika kamu tidak mengerti dan simaklah dengan baik ketika orang lain sedang berbicara.

8. Tunjukkan rasa percaya dirimu, tapi bukan sombong.

9. Suka bercanda dan mau memaafkan teman. Jangan lupa ingatkan temanmu untuk tidak mengulangi kesalahannya.

10. Tetap sopan pada orang tua dan guru.

11. Relaksasi dan meditasi, salah satunya bisa dengan melaksanakan sholat 5 waktu ditambah dengan sholat sunnah dengan lebih khusyuk.

12. Tetap terbuka dengan teman baru. Berinteraksilah dengan teman-teman. Cari tau kesukaan dan ketidaksukaan temanmu. Manfaatkan hubungan yang positif, kolaboratif, bertukar pikiran, kerja sama, dan saling menghargai antara perempuan dan laki-laki.

13. Jangan selalu mengkomplain orang lain, namun belajarlah untuk menyadari bahwa setiap tantangan yang kita hadapi pastinya berguna untuk kebaikan hidup kita.

14. Jangan menyesali diri karena tidak diterima di sekolah favorit, sesungguhnya kita sendirilah yang membuat sekolah kita menjadi sekolah favorit. Sekolahmu adalah tempatmu berkarya. Ambil dan rebut kesempatan yang ada.

15. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya, jadi menurut kepada ucapan orang tua bukan hanya karena patuh tapi juga karena kita berani menerima tantangan dari mereka

Jadi secerdas-cerdasnya diri kita, seganteng, sekaya dan setinggi apapun nilai akademik kita namun jika kita tidak mau berbagi dengan orang lain dan tidak bisa memberikan “service” yang baik kepada orang lain, maka tujuan kita akan sulit tercapai.

Lihat kanan dan kiri kita, kenali teman-teman kita lebih jauh, buat keluarga baru untuk saling menuangkan perasaan kita agar kita tidak merasa sendiri.

Buatlah organisasi dan jadilah leader dan lakukan apapun yang kita suka sehingga membuat orang lain kagum. Ajukan proposal, ajukan ide, karena ini sekolah kita.

Jangan lari dari masalah, tapi hadapi masalah dengan keberanian dan keyakinan.

Dirangkum oleh : Anggraini 

Narasumber : Vierra Adella, S.Psi, M.Psi dalam sebuah seminar “Menjadi Anak Cerdas Emosi”