Noviana, Mantan Pengamen Jalanan yang Jadi Lulusan Terbaik di Unair

Noviana, Mantan Pengamen Jalanan yang Jadi Lulusan Terbaik di Unair
Mantan Pengamen Jalanan yang Jadi Lulusan Terbaik

Seruni.id – Raut kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Noviana, mantan pengamen jalanan yang jadi lulusan terbaik di Unair (Universitas Airlangga) Surabaya, Jawa Timur. Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, namun tidak menjadi penghalang baginya untuk memperoleh ilmu dan menggapai mimpinya.

Noviana, Mantan Pengamen Jalanan yang Jadi Lulusan Terbaik di Unair
Mantan Pengamen Jalanan yang Jadi Lulusan Terbaik di Unair

Atas niat dan tekad yang kuat, gadis 24 tahun ini mampu melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Unair dan menjadi lulusan terbaik. Dia telah menjalani wisuda pada (6/9/2019) di Airlangga Convention Center.

Kisah Perjalanan Noviana

Seperti yang dilansir dari antaranews, ketika ditemui di Surabaya pada Sabtu (7/9/2019) Noviana mengisahkan perjalanan getirnya untuk mendapatkan gelar dengan lulusan terbaik, menurutnya hal tersebut bukanlah hal yang mudah.

Noviana terlahir dari pasangan Sutrisno dan Karyatiningsih yang serba kekurangan, membuat dara asal Surabaya itu tergerak untuk membantu perekonomian keluarganya dengan cara mengamen dari satu tempat ke tempat lainnya. Meski harus menghadapi berbagai risiko, dirinya memilih untuk tetap teguh.

“Ketika saya dalam kandungan bapak yang berprofesi sebagai kuli bangunan mengalami kecelakaan parah saat bekerja. Karena kekurangan biaya, bapak tidak dioperasi. Beliau segera bangkit dan menjadi tukang becak walaupun belum sepenuhnya sembuh. Tidak lama berselang, becak bapak dicuri,” jelasnya.

Pilihan mengamen bermula ketika kedua orangtuanya sakit keras. Saat itu, kedua kakaknya lebih dulu mengadu nasib di jalanan. Kemudian, disusul oleh saudara-saudarinya yang lain, meskipun hal tersebut sempat ditentang oleh orangtuanya. Namun, tampaknya larangan orangtuanya tak mampu membendung tekad Noviana beserta kakak-kakaknya dalam membantu perekonomian keluarga.

“Akhirnya, bapak memperbolehkan kami mengamen dengan catatan sekolah tetap yang utama. Jangan dijadikan sumber penghasilan hingga dewasa. Bahkan, ibu dan bapak setia mengawasi kami saat mengamen. Selain itu, mereka juga sangat disiplin terkait pendidikan. Di sela-sela mengamen, kami tetap mengerjakan tugas,” kata Noviana.

Sempat Diciduk Satpol PP

Berbagai risiko di jalan pun sudah dicecapnya. Termasuk diciduk oleh Satpol PP Kota Surabaya karena tampak mengamen di perempatan jalan. Namun, dalam kondisi kurang layak sudah menjadi ‘makanan’ sehari-harinya. Novi dan saudara-saudaranya tak gentar. Bahkan, bagi ia dan keluarganya, jalanan adalah tempat untuk belajar banyak hal.

“Takut tentu saja. Saat itu saya ‘dicakup’ Satpol PP,” ujarnya.

Ia mengingat Jalan Ngagel di Kota Surabaya menjadi tempat sandarannya untuk mencari nafkah.

“Memang dunia jalanan kan keras, syukur bapak dan ibu protektif. Walaupun saya hidup di jalanan, saya tidak terpengaruh gaya hidup jalanan seperti merokok, minum-minuman keras. Kalau digodain ya pasti, tapi kita enggak respin lah,” ungkapnya.

Singkat cerita, setelah Noviana berhenti untuk mengamen, ia diterima di Fakultas Hukum Unair melalui jalur undangan. Dia mengaku sama sekali tidak bercita-cita berkecimpung di dunia hukum pada awalnya. Semasa kecil, ia lebih ingin menjadi guru matematika.

“Padahal, ketika masih kecil, saya lebih berkeinginan untuk menjadi guru matematika ketimbang sekolah hukum karena berfikir bahwa hukum dan politik itu kejam. Saya menjadi anak pertama di keluarga yang bisa melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi,” ujarnya.

Semasa kuliah, ia tak ingin merepotkan kedua orangtuanya. Demi memenuhi kebutuhan perkuliahan, dia harus berdagang barang, menjadi pelatih olahraga panahan di salah satu klub memanah Surabaya, sampai mencoba magang di Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum (UKBH) FH Unair demi menambah pengalaman.

“Selain di UKHB UNAIR, saya juga pernah mengikuti pelatihan paralegal di Surabaya Children Crisus Center (SCCC). Yakni, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang ditunjukan bagi anak yang berhadapan dengan kasus hukum. Saya turun langsung mengurus perkara anak di persidangan. Bagi saya, itu adalah ilmu yang tidak ternilai,” katanya.

Menerima Beasiswa

Pada semester V (lima), Noviana menerima beasiswa dari perusahaan Chaeron Pokphand Indonesia yang menunjang pendidikannya hingga akhir perkuliahan. Skripsi yang ia tulis dengan judul “Pengadaan Barang atau Jasa Pada Badan Layanan Umum” membuat Noviana berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3.94. Sementara saat ini, dirinya tengah melanjutkan kariernya di sebuah kantor advokat.

Setelah lulus dan menjadi wisudawan terbaik, Noviana masih memiliki keinginan melanjutkan studi di megister hukum sembari menunggu pembukaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di Kemenkumham, Jawa Timur.

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Kisah Penuh Perjuangan Anak Buruh Cuci Piring yang Jadi Lulusan Terbaik ini Sangat Menginspirasi!
[/su_box]

“Ke depan, saya ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang magister, lalu mendfatar sebagai hakim. Tips bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan adalah restu orangtua, konsisten, berkomitmen, serta manajeman waktu. Nikmati setiap proses yang dilalui agar tidak merasa berat dan jangan lupa selalu berbagi,” ucapnya.