5 Kisah Anak yang Tak Kenal Gengsi demi Bantu Keluarga

gengsi

Seruni.id – Di zaman milenial yang dilingkupi dengan berbagai macam kemudahan, banyak anggapan jika anak di zaman sekarang lebih mengedepankan gaya dan gengsi. Anak-anak milenial biasanya memilih menghabiskan waktu untuk bermain game online, hang out bersama teman daripada membantu orang tua.

Namun, di tengah gemelap dan kemudahan ini, masih ada anak-anak yang demi membantu ekonomi keluarga, rela bekerja keras dan meninggalkan gengsi. Anak-anak yang lahir dari orangtua yang kurang mampu dalam kehidupan ekonominya, tidak malu dan tidak gengsi untuk melakukan berbagai macam pekerjaan untuk mendukung ekonomi keluarga.

Berikut rangkuman 5 kisah anak yang tak kenal gengsi demi membantu ekonomi keluarga yang berhasil dikumpilkan. Disimak ya.

1. Berjualan Jamu Untuk Membeli Obat Ibu

Opi Windasari, siswi SMA asal Pekalongan, Jawa Tengah, tidak sungkan dan tidak malu ataupun tidak gengsi berkeliling desa untuk berjualan jamu menggantikan peran sang ibu yang sedang sakit. Dengan menggantikan peran ibunya berjualan jamu, Opi berharap bisa membeli obat untuk ibunya yang sedang sakit.

Foto Opi berjualan jamu menjadi ramai diperbincangkan di media sosial. Foto Opi diunggah oleh pemilik akun Facebook @AfwaAlKhawarizmi yang saat itu sedang melintasi jalan di Desa Banyurip. Saat itulah Alit melihat Opi di pinggir jalan sedang berjualan jamu.

“Ibu sedang sakit, jadi saya yang menggantikan. Sudah ada sekitar seminggu saya jualan jamu keliling Desa Banyurip, kebetulan ini juga lagi libur panjang sekolah,” ucap Opi.

Opi keluar rumah untuk berjualan jamu sejak pukul 06.30 WIB dengan menggunakan sepeda ontelnya. Opi berkeliling desa menjajakan jamunya hingga pukul 14.00 WIB.

Ya, tentu saja penghasilan Opi tidak menentu dengan berjualan jamu. Namun, Opi tetap bersyukur karena masih bisa membelikan obat untuk ibunya. Selain itu, yang Opi syukuri, dari berjualan jamu Opi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, walaupun dengan lauk-pauk sederhana.

Opi saat ini sedang duduk di kelas 3 di Madrasah Alliyah Hidayatul Athfal, Pekalongan. Opi hanya tinggal berdua saja, bersama ibunya yang sedang sakit. Sang ibu sudah lama berpisah dengan ayahnya. Opi rela menjalani kehidupannya tersebut tanpa ada rasa malu ataupun gengsi. Menurut Opi yang seharusnya malu itu adalah orang yang bertingkah laku sebagai orang berada, tapi kenyataannya tidak ada.

2. Jualan Gorengan Demi Bantu Ekonomi Keluarga

Lain Opi, lain lagi kisah Ryan. Video seorang pelajar SMK yang tengah berjualan gorengan ramai diperbincangkan di media sosial. Pelajar yang diketahui bernama Ryan itu merupakan siswa SMK Mutiara 1 Jakarta Utara.

Aktivitas Ryan yang tengah berjualan gorengan, direkam dan dibagikan di Facebook oleh Senna Priyantono. Sebenarnya, video tersebut sudah diunggah sejak bulan September 2017. Namun, baru pada hari Jumat (19/1) lalu, video itu viral di media sosial.

Alasan Riyan berjualan tidak lain adalah untuk membantu perekonomian ibunya. Ryan berjualan dengan cara berkeliling kampung dan setiap hari Jumat berjualan di depan Masjid Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Baca juga: Nggak Takut Gengsi, 6 Pasangan Artis ini Buktikan Kalau Nikah itu Gak Harus Mahal! Keren!

3. Yuni Bekerja Sebagai Satpam demi Bantu Ekonomi Keluarga

Satpam (petugas keamanan) selalu identik sebagai pekerjaan pria. Ternyata profesi satpam juga bisa dilakoni oleh seorang wanita.

Sri Mahyuni Munif contoh nyatanya. Wanita asal Negeri Jiran, Malaysia, baru-baru ini ramai diperbincangkan netizen di jejaring sosial.

Sri mengunggah fotonya yang mengenakan seragam petugas keamanan lengkap dengan keterangan foto ucapan selamat tahun baru di akun Facebook miliknya @Srimahyunimunif pada Senin (1/1) lalu. Yuni itu sudah menjadi petugas keamanan di sekolah Kebangsaan Jalan Gurney 1, Kuala Lumpur sejak Januari 2016.

Sri tidak gengsi dan rela melakukan pekerjaan ini demi bisa membantu ekonomi orang tua. Dengan menjadi satpam, Sri juga dapat membantu biaya sekolah kedua adiknya.

Sri sendiri terpaksa harus putus sekolah sejak lima tahun lalu untuk bekerja. Sejak 20 tahun lalu sang ayah yang saat ini berusia 54 tahun sudah tak bisa bekerja karena sakit.

Sri menuturkan bahwa dirinya tidak peduli orang memandang rendah dan mengatakan ini adalah pekerjaan kelas bawah. Baginya, asalkan pekerjaan halal, dirinya rela demi membantu kelurga. Saya juga tak sanggup melihat ayah bekerja dalam kesakitan demi mencari sesuap nasi untuk keluarga;

4. Jual Agar-agar dan Buka Perpustakaan Keliling demi Bantu Keluarga

Budi Rustandi, salah satu warga Cipadung, Bandung, memulai setiap harinya dengan berjualan agar-agar dan membuka perpustakaan keliling. Di kontrakan sederhana, Budi mulai mengolah aneka bahan untuk dijadikan agar-agar untuk dijual pada siang harinya.

Pria berusia 28 tahun itu sudah berjualan agar-agar sejak 2013 untuk menyambung hidupnya bersama sang ibu yang telah lama ditinggal wafat oleh ayahnya.

Selain itu, ia menjalani pekerjaan menjual agar-agar dan membuka perpustakaan keliling juga untuk membiayai kuliahnya sendiri. Budi saat ini berstatus sebagai mahasiswa semester 9 Fakultas Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati, Bandung.

Lahir dan besar dari keluarga kurang mampu, pria kelahiran Bandung 1989 itu harus berdagang sambil kuliah untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup. Ayah Budi meninggal dunia ketika dia berusia tujuh tahun, sejak saat itu dirinya harus bekerja membantu sang ibunda. Pekerjaan apapun dilakukan, yang penting halal dan bisa menghasilkan uang.

5. Menjadi Kuli Bangunan agar Bisa Membangun Rumah

Profesi menjadi kuli bangunan selalu identik dengan pria. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Xiao Mei. Wanita muda di China ini rela memiliki profesi sebagai kuli bangunan di sebuah proyek bangunan.

Xiao Mei melakukan pekerjaan kasar tersebut dengan alasan tidak ingin membebani orang tuanya. Selain itu, ia juga berkeinginan untuk bisa membeli rumah dari hasil kerja kerasnya itu.

Ia bekerja sekuat tenaga sesuai perintah. Diakui Xiao, ia menjalani pekerjaan tersebut dengan senang. Membawa batu bata dan karung pasir dengan skala yang terbilang banyak adalah hal yang setiap hari ia kerjakan.

Bagi pria saja, mengangkat tumpukan batu bata ini pasti sangat menguras tenaga. Namun Xiao Mei mampu mengangkatnya dan berjalan tanpa mengeluh. Xiao Mei saat ini telah menjadi inspirasi bagi banyak wanita muda yang ingin mandiri. Xiao Mei membuktikan bahwa jenis pekerjaan apapun tidak selalu identik dengan pria. Terutama jika kita memiliki impian yang tinggi.