Hijrah  

Menempuh Pendidikan di Sekolah Islam Membawa Annisa Menjadi Mualaf

Menempuh Pendidikan di Sekolah Islam Membawa Annisa Menjadi Mualaf
malangtimes.com

Seruni.id – Menempuh pendidikan di sekolah Islam, menjadi jalan bagi Annisa untuk menggapai hidayah dari Allah SWT. Tentu saja perjalanannya tidak secepat kilat. Banyak cobaan yang harus ia lalui, hingga akhirnya ia kuat dan taat.

Namun begitulah cara Allah untuk memberikan ganjaran kebaikan berupa hidayah Iman dan Islam yang tak ternilai harganya bagi seorang hamba yang ikhlas.

Sebelumnya, kisah ini diceritakan oleh Annisa melalui akun TikToknya @steeeeepp. Video yang kini viral itu, menunjukkan foto saat dirinya masih duduk di bangku sekolah dan momen saat proses menjadi mualaf di sebuah masjid.

“Dear temen temen sekolah, Lihat aku sekarang😇 #fyp. Dari kecil sekolah di Yayasan Islam, satu sekolah dan satu angkatan aku Kristen sendiri. Pas lulus sekolah jadi… Allah SWT kekasihku dan kenalin nama aku Annisa,” tulis akun TikTok @steeeeepp.

 

Berganti Nama Menjadi Annisa

 

Akun tersebut juga mengaku bahwa dirinya kini berganti nama menjadi Annisa. Dalam video selanjtunya, ia juga menunjukkan momen ketika dirinya berada di Masjid Agung Jami Malang, pada 10 November 2021 lalu, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

Annisa dibesarkan oleh ibunya yang merupakan orangtua tunggal. Menjadi seorang ibu sekaligus kepala keluarga, membuatnya tak memiliki waktu untuk melihat perkembangan Annisa. Sehingga Annisa dimasukkan ke sekolah yang dekat dengan rumahnya, yang di mana sekolah tersebut merupakan yayasan Islam.

“Aku dari TK sampai SMK, mama aku sebagai orang tua tunggal dan kepala keluarga. Jadi, hampir tidak pernah ada waktu untuk melihat perkembangan aku. Awalnya memang cari sekolah yang terdekat dari rumah, kebetulan yang ada yayasan Islam di SMP Jakarta Barat dan pindah ke Bekasi pas SMK yayasan Islam juga yang dekat dengan rumah,” ungkapnya.

Kala itu, Annisa masih memeluk agama Kristen, menurutnya ilmu agamanya pun masih kurang selain di gereja.

“Setiap ada masalah aku selesaikan sama tokoh kepercayaan aku. Dimana beliau juga ustaz yang baik yang bisa support aku. Ini salah satu contoh toleransi dari orang sekitar sekolah,” ucapnya.

 

Melalui Cobaan yang Begitu Berat

 

Bersekolah di yayasan islam, membuat kehidupannya dikelilingi oleh teman-teman muslim. Sehingga ia sedikit tahu tentang agama islam. Begitupun ketika mempelajari agama islam di sekolah, ia menjadi tertarik hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi mualaf. Tentunya setelah melalui berbagai ujian.

“Pada 10 November 2021 yang menurut aku tanggal dan bulan yang bagus. 10 November sebagai hari pahlawan dan bulan November tahun kemarin itu banyak ujian hebat yang aku laluin,” tuturnya.

Ujiannya begitu berat dan menyedihkan, enam hari sebelum dirinya mengucap dua kalimat syahadat, Allah memiliki rencana lain. Tepat di tanggal 2 November, calon suaminya meninggal dunia. Seketika dunia terasa runtuh baginya. Padahal, segala persiapan pernikahan sudah mereka lakukan.

“1 November aku ulang tahun. Aku buat acara di panti asuhan dan panti jompo di Malang. 2 November calon suami aku meninggal. 8 November aku belajar tentang mualaf secara tauhid di Mojokerto sama pak kyai di pondok pesantren. 10 November mualaf secara resmi sekaligus aqiqah, dan 28 November. Aku nggak jadi lamaran untuk menikah sedangkan sudah banyak persiapan, dan di akhir November bisnis bangkrut dan aku ditipu puluhan juta,” kenangnya.

Di tengah masa sulitnya, Annisa hanya bisa pasrah dan ikhlas. Ustaz kepercayaannya adalah tempat untuknya berbagi keluh kesah. Sebab, sang ustaz sudah seperti pengganti sosok ayahnya.

“Aku punya tokoh kepercayaan, karena aku nggak punya sosok ayah jadi aku cari seseorang yg bisa jadi guru agama dan tempat aku cerita. Karena sekian banyak cobaan pastinya stres banget tapi alhamdulillah hati aku selalu yakin kalau cobaan ini bisa aku lewati dengan percaya sama Allah,” jelasnya.

 

Mendapat Dukungan Penuh dari Sang Ibu

 

Beruntungnya, sang ibu tidak menolak pilihan sang anak untuk menjadi mualaf. Ia justru mendukung penuh ketika Annisa mengutarakan keinginannya untuk memeluk agama Islam.

“Mama selalu buat aku support apapun yang memang terbaik buat anak-anaknya, pastinya aku bisa percaya dengan agama Islam karena mama mengutamakan soal ilmu sosial dan dari kecil aku memang butuh orang sekitar untuk melengkapi hidup aku yang ke mana-mana sendiri,” lanjutnya.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini menjelaskan ibunya banting tulang, agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Karena sang ibu sibuk bekerja, jadi jarang memperhatikannya.

“Mama selalu sibuk dengan kerjaan dan lebih mementingkan materi untuk kebutuhan anak-anaknya. Sedangkan aku untuk bertumbuh baik aku butuh sosok orang tua atau pembimbing,” ucapnya.

“Jadi, aku berpikir untuk memanfaatkan orang sekitar supaya bisa kasih perhatian, nasihat bahkan di zaman sekolah setiap pulang sekolah aku sering cari orang jalanan anak pengamen atau pengamen, pemulung, tukang kebersihan buat jadi tempat ngobrol aku,” lanjutnya lagi.

Annisa mengaku, bahwa dirinya memiliki banyak orangtua angkat dan tidak pernah memilih lingkungan pertemanan.

“Karena saudara aku jauh dan aku lebih nyaman kenal mereka. Soal pertemanan tidak pernah ada yang mandang soal agama, suku dan lain-lain semua baik. Mungkin karena aku punya ilmu pengalaman sosial sedari kecil jadi aku bisa memposisikan diri dan aku punya orangtua angkat banyak hehe,” imbuhnya.

Kini, Annisa telah menjadi seorang Muslimah dan memutuskan untuk menggunakan hijab. Banyak perubahan yang ia rasakan selama dirinya menjadi mualaf.

Baca Juga: Delfano Charies, YouTuber Mualaf yang Sebelumnya Menjadi Agnostik

“Ibadah salat jadi tempat paling aku suka, hati lebih tenang, ungkapin segala isi hati lebih gampang karena ada lima waktu. Dan lebih sadar lagi di saat kondisi susah Allah nggak akan kasih kita orang lain untuk kita bergantung. Dan aku nggak akan mau buat rencana sempurna kecuali sudah Izin dari Allah,” pungkasnya.