Hijrah  

Meski Harus Dicerai dan Dipukuli Amelian Dinisiah Tetap Yakin dengan Islam

ilustrasigambar

Seruni.id – Sebuah perjalanan tidak selalu berjalan mulus, kadang kala ada saja kerikil kecil yang menjadi ujiannya. Ujian datang bukan tanpa sebab, melainkan untuk menjadi pembuktian dalam diri kita, apakah kita bersungguh-sungguh atau hanya berpura-pura saja. Apalagi dalam perjalanan berhijrah, setelah keluar dari lorong gelap dan menuju cahaya Islam yang sangat mulia.

ilustrasigambar

Seperti Amelian Dinisiah, wanita kelahiran Ambon yang mencari-cari hidayah Islam. Dalam pencariannya, tak sedikit ujian yang menimpa dirinya. Mulai dari diceraikan, sampai dipukuli dan diinjak ketika tengah mendirikan salat.

Awalnya, Amelian Dinisiah menemukan hidyah ketika sedang melanjutkan pendidikan S-2 di bilangan Bogor, Jawa Barat. Saat itu, dia masih memeluk agama Protestan sebagai keyakinannya. Namun sayang, bukan keyakinan yang ia dapatkan, justru ia merasakan keraguan dalam hidupnya. Keraguan tanpa tepi, sampai tebawa mimpi.

Dia merasakan hidupnya hanya berkisar antara makan, beraktivitas, dan tidur. Hanya itu aktivitas yang berulang kali ia lakukan. Dia mulai berpikir, jika hidupnya terus menerus seperti itu, apa yang dia cari dan dapatkan dalam hidup ini?

Berangkat dari pemikirannya itu, Amelian mulai mencoba berinterkasi dengan teman-teman kampusnya yang mayoritas adalah Muslim. Betapa takjubnya dia, ketika melihat sahabat-sahabatnya sangat taat beragama. Salat lima waktu dalam sehari.

“Saya saja, malas untuk ke Gereja, meski sekali dalam satu pekan.” akunya.

Di malam hari, hatinya semakin berkecamuk, kebimbangan semakin tak terbendung. Berkali-kali ia bermimpi berada di dalam lorong yang dipenuhi dengan api. Menakutkan. Mencekam. Belakangan ia baru tahu, lorong itu bernama neraka.

Sepanjang pencarian, tak bosan-bosannya ia bertanya banyak hal pada sahabat Muslimahnya. Tentang surga, neraka, hijab, ibadah, dan lain sebagainya. Katanya, Islam merupakan agama yang sangat sempurna, yang mengatur semua urusan sedemikian rupa, dari yang dianggap sepele, sampai urusan yang paling besar sekalipun.

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Aminah Assilmi Yakin Menjadi Mualaf Meski Hampir Dibunuh Sang Ayah
[/su_box]

Hingga akhirnya, hidayah menyapa di tahun 2013, tepat di hari Jumat, 14 Juni. Dia memantapkan diri untuk bersayahdat setelah malamnya bermimpi menemukan secercah cahaya. Meski merasakan ketenangan dan kenyamanan batin, ujian yang dihadapi tak hilang begitu saja. Ujiannya justru semakin berat, menyakitkan, dan perih.

Dua bulan sebelum bersyahadat, Amelian diceraikan oleh suaminya. Tiga hari setelah bersyahadat, dia disuruh pulang ke rumah orangtuanya. Keluarganya berbohong, dengan berkata bahwa Ayahnya menderita sakit parah. Setelah pulang bersama dengan anaknya yang baru berusia 6 tahun, ternyata Ayahnya terlihat sehat dan gagah perkasa.

Ketika itu, keluarganya berkumpul dan mendiskusikan agar Amelian kembali ke agama semula. Namun, ia menolak. Keimanannya telah menancap kuat. Tak kehabisan cara, pihak keluarganya malah melakukan pemaksaan. Beruntungnya tebing keimanan yang ia bangun telah kokoh, tak ada satupun yang dapat menghancurkannya. Puncaknya, ia dipukuli dan diinjak-injak saat didapati tengah mendirikan salat.

Dengan sembunyi-sembunyi, ia bertekad kembali ke Bogor. Sesampainya di Bogor, dia kembali menemukan jodoh. Sayangnya, hubungan mereka tak bertahan lama. Hanya 120 hari. Amelian memutuskan untuk bercerai karena suaminya kasar dan tidak memberikan nafkah sedikitpun. Malang. Ternyata, ia mengandung dan harus mengurus anaknya seorang diri.

Namun, dia tetap mengeja sabar hingga bahagia membanjiri kehidupannya. Ialah kedatangan seorang laki-laki baik hati, teman kuliahnya, yang datang melamar dan ikhlas menjadikan anak sang Muslimah sebagai anaknya juga.

“Saya ikhlas karena saya yakin sahabat terdahulu juga tidak mudah ujiannya setelah berhijrah. Saya diuji karena Allah Ta’ala sayang.” ujarnya.

Bahagianya semakin sempurna ketika seluruh keluarga mengakui kekeliruannya, meminta maaf, lalu mengajak bertemu di Bogor. Semoga Allah Ta’ala berkahi saudara kita di jalan iman, Amelian Dinisiah.

Wallahu a’lam.