Pedoman Memilih Pemimpin dalam Islam

isalami.co

Seruni.id – Memilih pemimpin dalam Islam kini menjadi kata kunci yang sering dicari dan dianggap menjadi issue yang cukup kontroversial. Terlebih lagi, tinggal menghitung hari kita akan melaksanakan pemilihan Presiden, di mana kita akan menentukan diantara dua pasang calon yang akan memimpin negeri ini.

zonamuslim.net

Pemimpin negara merupakan faktor penting dalam kehidupan bernegara. Karena, jika pemimpin negara itu sederhana, jujur, baik, cerdas dan amanah, maka rakyatnya pun akan makmur. Namun sebaliknya, jika pemimpinnya saja tidak jujur, maka bagaimana dengan rakyatnya?

Sementara ada orang yang mengatakan, bahwa memilih pemimpin hanyalah urusan dunia, dan tidak ada urusannya dengan agama. Memilih seorang pemimpin sebenarnya menjadi bagian dari urusan dunia pun akhirat, sebagaimana keutamaan menjadi pemimpin dalam Islam. Memilih pemimpin merupakan bagian dari agama yang sangat penting. Islam tidak mengenal dikotonomi atau sekelerisasi yang memisahkan antara dunia dan akhirat, termasuk dalam memilih pemimpin.

Hadist Nabi beriut ini sebagai salah satu bukti begitu seriusnya Islam memandang persoalan kepemimpinan ini. Nabi SAW bersabda,

“Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).

Konsep Islam tentang kepemimpinan sebenarnya sudah ideal. Contoh paling ideal pemimpin Islam tentu saja Nabi Muhamad Saw. Ia merupakan seorang yang memimpin dengan hati.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21).

Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki cara bagaimana memilih pemimpin yang baik sebagaimana cara memilih pemimpin menurut Islam. Berikut ulasannya:

1. Mukmin

Pilihlah pemimpin yang mukmin atau beriman kepada Allah SWT dan pastinya bergama Muslim yang baik. “Yakni seorang Muslim yang memiliki dua sifat, seperti disebutkan dalam Alquran Surah Yusuf ayat 55, “hafizhun ‘alim. Hafizhun” artinya adalah seorang yang pandai menjaga. Yakni, seorang yang memiliki integritas, kepribadian yang kuat, amanah, jujur dan akhlaknya mulia, sehingga patut menjadi teladan bagi orang lain atau rakyat yang dipimpinnya sebagai dasar kepemimpinan dalam Islam.

2. Amanah

Pilih juga pemimpin yang memang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha mensejahterakan rakyatnya. Bukan hanya bisa menjual aset negara atau kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

3. Alim

Alim yang dimaksud ialah seorang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai untuk memipin rakyatnya kelak, dan membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik. Sebuah fakta menunjukkan bahwa Indonesia pernah memiliki pemimpin Muslim yang amanah dan berpengetahuan tinggi (hafizhun’alim), yakni Prof Dr Bj Habibie.

4. Rajin Ibadah

Salat merupakan barometer akhlak manusia. Pemimpin yang baik dan layak dipilih adalah pemimpin yang gemar beribadah. Salat akan melahirkan tanggung jawab. Kesadaran keimanan dapat dibangun melalui salat sebagaimana doa pemimpin dalam Islam.

5. Suka Berjamaah

Pengertian berjamaah dalam arti luas ialah suka bergaul dengan masyarakat, berusaha mengetahui keadaan rakyat dengan sebaik-baiknya dan berusaha memberikan solusi atas segala persoalaan yang dihadapi rakyatnya. Sifat suka berjamaah atau memperhatikan masyarakat minimal ditunjukkan dalam salat fardhu berjamaah. Rasulullah setiap selesai salat fardhu berjamaah lalu duduk menghadap kepada jamaah.

6. Adil

Keadilan yang disebutkan dalam Alquran pada dasarnya mencakup keadilan di bidang ekonomi, sosial, dan dalam bidang hukum. Seorang pemimpin yang adil, tandanya adalah selalu menegakkan supermasi hukum sebagaimana ayat dalam Alquran akan tanggung jawab; memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu.

7. Jujur

Pilihlah pemimpin yang jujur. Sebab, jika pemimpin yang kita pilih tidak jujur, maka kita smua akan hancur. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadist “Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat/kehancuran“. (HR Bukhari).

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Ciri Orang Munafik pada Zaman Sekarang
[/su_box]

8. Pilihlah Pemimpin yang Mau Mencegah Kemungkaran

Kemungkaran yang dimaksud adalah seperti korupsi, nepotisme, manipulasa, dan lainnya sebagai model kepemimpinan dalam perspektif Islam:

“Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman“ (HR. Muslim).

9. Mampu Mempersatukan Umat

Berikutnya, pilihlah pemimpin yang mampu menyatukan umat, bukan yang memecah belah. Sebagaimana yang disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala,

“Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian, orang-orang Muslim, dari dahulu” (QS. Al Hajj : 78)

Itulah pedoman yang bisa kita jadikan patokan untuk memilih pemimpin. Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan di kemudian hari, Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin juz II mengatakan,

“Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para penguasanya. Kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama. Kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan. Barangsiapa dikuasai oleh ambisi duniawi, ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah-lah tempat meminta segala persoalan.”

Mari kita berikhtiar bersama-sama memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang benar-benar ulil amri dari kalangan para tokoh umat yang selalu dekat dengan agama dan segala ketentuan Allah. Sehingga menjadi negara yang berkah dan dilindungi oleh Allah SWT. Aamiin.