Michele Ashfaq: “Islam Itu Sederhana dan Mudah”

ilustrasi gambar

Seruni.id – Michele Ashfaq terlahir dan dibesarkan di keluarga Katolik. Sejak kecil, ia memiliki cita-cita menjadi seorang Biarawati. Namun, ketika mengenal seorang lelaki dan juga mengenal Islam, ia mulai berubah pikiran, dan memutuskan memeluk Islam. Seorang pria Muslim yang ia kenal, kini telah menjadi suaminya. Pria itu tidak hanya mengajarkan etika dan kebersihan, tapi juga memberikan contoh nyata pada Michel lewat perilakunya sehari-hari.

Gambar terkait
ilustrasi gambar

“Ia hanya bercerita banyak hal tentang Islam, tapi saya sendirilah yang kemudian mulai membaca buku-buku Islam yang dikirim oleh bapak mertua sekarang dari Pakistan. Itulah awalnya saya merasa ingin tahu apa itu Islam,” ujar Michele Ashfaq yang sebelumnya menganut agama Katolik.

Jauh sebelum mengenal Islam, Michele pernah melewati fase kehidupan yang suram. Ia bingung apa lagi yang harus dilakukannya selain dibesarkan sebagai seorang Katolik, selain meyakini ajaran agamanya dan berdoa. Dalam kebingungannya itu, Michele sempat pindah jamaah, ia mengikuti jamaah Gereja Baptis bersama dengan kakek-neneknya.

Saat berumur 17 tahun, Michel pernah mengalami peristiwa aneh. Ketika dia sedang dalam perjalanan menuju gereja, tiba-tiba dia merasakan seperti ada yang berbisik di telinganya agar tidak masuk ke dalam gereja. Sejak saat itu, Michele mulai merasa enggan datang ke gereja. Namun, tiap kali ia berniat datang ke gereja, ada saja hal yang menjadi penghalang.

“Kalau saya kaji lagi ke belakang, sungguh luar biasa bahwa semua itu terjadi untuk sebuah alasan. Saat itu saya dalam keadaan bingung dan tidak tahu sama sekali tentang Islam. Saya orang yang naïf dan tidak tahu apa-apa tentang agama lain. Yang saya tahu, waktu itu saya tinggal di sebuah kota yang sangat terpencil di sebelah selatan Virginia Barat bersama kakek-nenek saya. Dan hidup saya hanya ke seputar gereja-rumah, rumah-gereja,” papar Michele.

Seperti diceritakan di atas, awal mula ia mengenal Islam karena pria Muslim asal Pakistan yang kini menjadi suaminya. Selanjutnya, dia mulai mempelajari Islam lebih dalam melalui buku-buku keislaman.

Kesederhanaan Islam membuatnya begitu tertarik. “Islam itu sederhana dan mudah. Itulah yang membuat saya tertarik pada Islam. Saya bisa membaca dan memahami Alquran. Berbeda sekali ketika saya di gereja, kami tidak disarankan membaca Alkitab atau buku-buku untuk dipahami. Kami hanya disuruh mendengarkan saja apa yang diceramahkan pendeta. Kala itu, saya yang justru banyak mengajukan pertanyaan,” imbuh Michele.

Ketikika itu dia mengajukkan dua pertanyaan, mengenai dosa dan mengapa ia harus meyakini Yesus sebagai Tuhan. Masih belum hilang dari ingatan, bagaimana sang Ibu memaksanya agar menemui pendeta di gerja dan melakukan pengakuan dosa seperti yang dilakukan umat Katolik pada umumnya. Baginya, tradisi tersebut sangatlah aneh.

“Untuk apa saya datang ke seorang laki-laki dan mengakui dosa-dosa saya. Saya tahu dia pendeta, tapi dia bukan ayah saya!” tukas Michele. Di usianya saat itu yang masih remaja, ia merasa tradisi itu tidak benar.

Mengenai keyakinan Yesus sebagai juru selamat bagi umat Katolik, Michele mempertanyakan bagaimana dengan para pengikut Nabi Ibrahim dan orang-orang yang ada sebelum Yesus datang.

“Jika mereka bilang saya tidak meyakini Yesus maka saya akan masuk neraka, lalu bagaimana dengan orang-orang sebelum Yesus ada? Padahal Ibrahim juga seorang nabi dan punya juga punya pengikut,” ujar Michele.

Itulah dua pertanyaan yang ia ajukkan, namun tidak juga mendapatkan jawaban yang memuaskan. Situasi tersebut membuat Michele merasa frustasi.

“Tapi saat-saat yang paling membuat saya frustasi adalah ketika ia tidak bertemu dengan suami saya. Saya betul-betul tidak tahu apa yang harus saya lakukan, tidak tahu kemana untuk beribadah, waktu terasa berjalan sangat lambat, dan saya bertanya pada Tuhan, mengapa semua ini terjadi, mengapa saya jadi tidak bisa mau lagi ke gereja, saya bahkan pernah bercita-cita ingin jadi biarawati,” tutur Michele.

Kegelisahannya pun terjawab ketika Michele mulai mendalami agama Islam. Ia berujar, “Ketika Anda mempelajari agama Islam, rasanya seperti sedang belajar bagaimana Anda menjalani kehidupan sebagai manusia,” tukas Michele, Hal lainnya yang menjawab semua kegelisahan Michele adalah salat memberkan sedekah atau kunjungan.

Sejak memeluk Islam, hingga saat ini, Ibu yang dikaruniai tiga orang anak dan bekerja sebagai guru kelas satu SD di Nort Carolina ini menyatakan bahwa Islam telah membawa perubahan berbeda bagi dirinya.

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Bercita-cita Ingin Jadi Pendeta, Jamilah Kolocotronis Justru Menjadi Mualaf
[/su_box]

“Sulit menjelaskan dengan kata-kata tentang perbedaan yang saya alami setelah masuk Islam. Kedamaian yang saya rasakan dalam Islam, sangat luar biasa. Saya punya hubungan langsung dengan Allah SWT,” ujar Michele Ashfaq.

“Namun perbedaan yang paling besar adalah adalah saat membaca Alquran. Alquran berisi petunjuk dan nasehat, jika punya pertanyaan pun ada jawabannya dalam Alquran.”