Pesan untuk Wanita yang Gemar Menumpuk Koleksi Pakaian

theshonet.com

Seruni.id – Setiap Muslim tentu sudah mengetahui bahwa segala amal perbuatan yang kita lakukan di dunia, akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Namun, bukan hanya amal yang akan dihisab, tetapi juga segala barang yang kita miliki seperti koleksi pakaian, sepatu, dan lainnya. Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”. (HR. Tirmidzi).

Hasil gambar untuk menumpuk barang koleksi pakaian
wajibbaca.com

Terutama tentang harta, kelak kita akan ditanya dari mana harta yang kita peroleh, untuk apa harta tersebut, ini menjadi kalimat yang perlu digaris bahwai. Terkadang, kebanyakan wanita membeli sesuatu barang, hanya karena keinginannya semata, bukan karena kebutuhan. Kemudian, tanpa disadari, barang-barang tersebut menumpuk dan tidak terpakai.

Diskon dan Sale yang besar-besaran seakan menghipnotis mata kita untuk membelinya. Padahal, kita tidak membutuhkannya. Bukan hanya pakaian, tas, sepatu, aksesoris, perabotan rumah, perabotan dapur pun sama. Perlu diketahui untuk semua umat Muslim, terutama wanita. Barang-barang yang menumpuk, apalagi tidak pernah dipakai, menjadi tidak memiliki manfaat dan bisa menjadi bagian dari perhitungan hisab harta kita kelak di akhirat.

Para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu, mereka sangat berhati-hati dalam menggunakan harta yang dimiliki. Salah satu sahabat Rasulullah yang terkaya adalah Abdurrahman bin Auf. Nabi pernah menggambarkan, bahwa ia akan masuk surga dengan merangkak, karena pertanggungan hartanya, kemudian banyak mensedekahkan hartanya. Namun, hartanya terus bertambah sampai beliau wafat dan meninggalkan warisan yang berlimpah untuk keluarganya.

Islam tidak pernah melarang seorang Muslim untuk membelanjakan hartanya dengan apa yang mereka sukai. Namun, apakah harta yang kita belanjakan akan menuntun kita pada kebaikan, atau justru sebaliknya? Seperti contoh, kita menyukai sepatu, bahkan sampai mengoleksinya. Tanpa sadar, banyak waktu yang tersita untuk memandangi atau merawat sepatu tersebut. Bukanlah hal tersebut sama saja dengan menghabisan waktu untuk hal yang sia-sia?

Selain itu, Islam pun mengajarkan untuk tidak boros dan mubadzir. Sebisa mungkin kita harus menjauhi kedua sifat tersbut. Sebab, boros dan mubadzir lebih dekat pada setan. Belajarlah untuk membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan yang memang bermanfaat. Sehingga kita tidak menumpuknya. Daripada barang-barang tersebut dibiarkan menumpuk, agar menjadi bermanfaat, lebih baik disedekahkan kepada orang yang lebih membutuhkan. Bukankah lebih baik menumpuk pahala daripada menumpuk barang-barang yang tak terpakai?

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.” (QS. At-Taubah : 34-35).

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Wanita dapat Bersedekah Melalui 17 Pintu Ini
[/su_box]

Lihatlah bagaimana orang yang sudah mati pun sampai memohon untuk dibangkitkan kembali agar bisa sedekah. Karena meraka merasakan betapa beratnya beban hisab atas harta yang disimpan, dan mereka juga melihat betapa besarnya pahala dari sedekah yang diamalkan, “Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; kemudian ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?” (QS. Al Munafiqun: 10).