Sejarah G30S PKI dan Mengenal 7 Pahlawan Revolusi yang Telah Gugur

Sejarah G30S PKI dan Mengenal 7 Pahlawan Revolusi yang Telah Gugur
news.keropak.co.id

Seruni.id – Peristiwa G30S PKI atau Gerakan 30 September PKI merupakan salah satu sejarah yang tak boleh dilupakan. Momen kelam nan mencekam itu, telah menggugurkan tujuh perwira militer TNI-AD. Mereka kemudian dianugerahi gelar pahlawan revolusi dan pahlawan nasional RI. Bagaimana kisah di baliknya? Berikut Seruni telah merangkumnya:

Sejarah G30S PKI dan Mengenal 7 Pahlawan Revolusi yang Telah Gugur
sumbarprov.go.id

Awal Mula PKI Terbentuk

Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai berideologi komunisme yang pernah ada di Indonesia. Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet, merupakan tokoh sosialis Belanda yang mendirikan partai tersebut pada tahun 1914 silam.

Tepat pada tanggal 9 mei 1914, Hendricus atau Henk Sneevliet mendirikan Indische Social Democratische Verreniging (ISDV) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda.

Semua ISDV hanya beranggotakan 85 orang saja, itu pun gabungan dari partai sosialis Belanda, yakni SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) serta SDP (Partai Sosial Demokratis). Setahun berlalu, anggotanya kian bertambah, akan tetapi gerakan ISDV tak juga berkembang.

Pada masa ini, beberapa nggota dari ISDV yang juga bagian dari Serekat Islam (SI) yang sedang melejit, salah satunya Semaoen. Ia menjadi pemimpin SI Semarang dan mengorganisir pemogokan buruk dan melakukan perlawanan terbuka secara politik pada pemerintah kolonial Belanda. Hingga akhirnya, Sneevliet pun diusir dari Hindia Belanda oleh pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian, ISDV pun berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada Mei 1920, tepatnya di Semarang. Samoen dan juga Darsono memiliki peran dalam perndirian PKI ini. PKI juga sempat melancarkan terjadinya pemberontakan pada kolonial Belanda pada tahun 1926, namun berhasil dipadamkan.

Beberapa tokoh dan ribuan anggota PKI pun dibuang ke Boven Digul. Awalnya PKI didirikan untuk menentang imperialisme dan kapitalisme dari pemerintah Belanda dengan melakukan serikat pekerja sekaligus mempromosikan tentang pentingnya kesadaran politik antara para petani.

Peristiwa G30S PKI

G30S PKI merupakan gerakan yang dipimpin oleh DN Aidit untuk meruntuhkan pemerintahan Presiden Soekarno dan untuk mengubah Indonesia menjadi negara komunis. G30S PKI merupakan peristiwa terbesar dan menegangkan yang pernah terjadi di Indonesia.

Peristiwa ini terjadi ketika Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa Letkol (Inf) Untuk Sutopo memerintahkan pada pasukan Resimen Tjakrabirawa untuk menculik beberapa jenderal petinggi dari Angkatan Darat, agar mereka dapat dieksekusi di Lubang Buaya. Peristiwa ini pun menjadi titik awal dari jatuhnya kekuasan Presiden Soekarno yang kemudian digantikan oleh Jenderal Soeharto.

Kronologi Terjadinya G30S PKI

G30S PKI merupakan peristiwa berdarah yang bertujuan untuk mengkudeta kepemimpinan dari Presiden Soekarno pada Kamis, 30 September 1965 malam. Pada malam tersebut, terjadilah penculikan terhadap tujuh jenderal dengan rencana tiap target akan dieksekusi di tempat.

Operasi malam itu dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Sutopo, ia adalah Komandan Batalyon Resimen Tjakrabirawa yang tak lain merupakan pasukan pribadi Presiden Soekarno. Mereka yang berhasil diculik kemudian dibawa ke Pondok Gede atau kini lebih dikenal dengan Lubang Buaya.

1 Oktober 1965 menjadi puncak peristiwa tersebut, yang kita kenal dengan sebuah operasi bernama Operasi Penumpasan G30S PKI dan dipimpin oleh Panglima Kostrad. Peristiwa ini mendapat bantuan pasukan dari Divisi Siliwangi Kaveleri, dan RPKAD atau Resimen Para Komando Angkatan Darat yang berada di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo.

Ketujuh jenazah yang telah diekseskusi itu ditemukan pada tanggal 3 Oktober 1965, pengangkatan jenazah tersebut dilakukan pada keesokan harinya. Kemudian pada 5 Oktober, seluruh korban pun dimakamkan di Taman Makan Pahlawan dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Nama Korban Peristiwa G30S PKI

Sebanyak enam jenderal dan seorang perwira TNI AD gugur dalam peristiwa tersebut. Mereka yang telah gugur, lantas ditetapkan sebagai pahlawan revolusi oleh Presiden Soekarno. Siapa sajakah mereka?

1. Mayjen S. Parman

Siswondo Parman adalah seorang perwira TNI AD yang lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918 silam. Pada tahun 1962, ia diberi tugas untuk menjadi Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) yang mengurusi bidang intelejen pada masa kepemimpinan Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat.

S. Parman merupakan salah satu target penculikan dan juga korban dalam tragedi berdarah tersebut. Sebab, ia mengetahui banyak pergerakan dan kegiatan rahasia PKI. Ia dianugerahi gelar sebagai pahlawan revolusi pada 5 Oktober 1965 yang tertulis dalam Surat Keputusan Presiden No. III/KOTI/1965.

2. Mayjen R. Soeprapto

Bernama lengkap Raden Soeprapto, pria yang lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada 20 Juni 1920 ini, pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar Soedirman selama hampir dua tahun. Hingga pada akhir Desember 1950, ia diangkat sebagai Kepala Bagian II di Staf Umum Angkatan Darat.

Kemudian, dari Staf Angkatan Darat, ia dipindahkan ke Kementerian Pertahanan sebagai Sekretaris Gabungan Kepala Staf (GKS) per 1 Juli 1956. Enam tahun setelahnya Soeprapto dipercaya menjadi Deputi Administrasi Menteri/Panglima Angkatan Darat. Ia menjadi salah satu orang yang gugur atas kekejaman PKI dan dianugerahi sebagai pahlawan revolusi.

3. Jenderal Ahmad Yani

Lahir di Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922. Ahmad Yani merupakan salah satu pahlawan revolusi yang gugur dalam Gerakan 30 September. Dalam karier militernya, ia dikenal berprestasi. Bahkan, ia pernah dipercaya menjadi Komandan Operasi 17 Agustus untuk memberantas PRRI di Sumatera Barat.

Karena keberhasilannya dalam memberantas PRRI, ia menjadi dikenal dan menjadi sangat dekat dengan Presiden Soekarno kala itu. Kemudian ia dilantik untuk menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) oleh Soekarno pada tahun 1962.

Jabatan tersebut membuat ia menjadi salah satu sasaran utama dalam Gerakan 30 September 1965. Ia gugur karen mendapatkan beberapa tembakan di tubuhnya. Setelah itu, ia dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan ke dalam sumur bersama enam korban lainnya.

4. Brigjen Sutoyo Siswodiharjo

Sutoyo Siswodiharjo, lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 28 Agustus 1922 silam. Kariernya dalam dunia TNI AD kian meroket pasca dirinya diberi mandat untuk menjadi ajudan Gatot Soebroto di bulan Juni 1946. Pada 1961, ia mengemban jabatan penting sebagai Inspektur Kehakiman atau Jaksa Militer Utama.

Sutoyo menjadi salah satu perwira TNI AD yang menjadi korban Gerakan 30 September 1965. Ia ditetapkan menjadi pahlawan revolusi pada 5 Oktober 1965, tepat pada hari peringatan HUT TNI, yang ketika itu masih disebut ABRI.

5. Mayjen M.T Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono atau lebih dikenal dengan M.T Haryono adalah salah satu pahlawan revolusi yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 29 Januari 1924. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda. Adapun jabatan yang terkahir diembannya adalah Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).

Ia juga menjadi salah satu korban gugur akibat diberondong tembakan, karena menolak adanya Angkatan Kelima yang digagas oleh PKI. Sebab, ia berpendapat, bahwa ada maksud terselubung dari gagasan tersebut, yaitu mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi Komunis.

6. Brigjend D.I Pandjaditan

D.I Pandjaditan alias Donlad Isaac Pandjaitan adalah putera Sumatera yang lahir di Balige, Tapanuli, Sumatera Utara, pada 9 Juni 1925. Ia mulai mengikuti kursus Militer Atase pada 1956 dan ditugaskan di Bonn, Jerman Barat.

Setelah tugasnya di sana selesai, ia kembali mendapatkan tugas sebagai perwira diperbantukan di Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).Pandjaitan menjadi salah satu target PKI karena ia berhasil membongkar rahasia PKI atas pengiriman senjata dari Republik Rakyat China (RRC) yang diselundupkan ke dalam peti-peti bahan bangunan. Setelah gugur, ia dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 yang tertuang dalam Surat Keputusan Presiden No. lll/KOTI/1965

7. Pierre Andries Tendean

Pierre Andries Tendean adalah perwira TNI AD berpangkat Letnan Satu (Lettu). Ia lahir di Batavia, 21 Februari 1939. Melansir dari buku ‘Sang Patriot’ yang merupakan buku biografi resmi dirinya, Pierre mengawali karier militer dengan menempuh pendidikan di Akademi Zeni Angkatan Darat pada tahun 1958. Perjalanannya semakin cemerlang, ketika ia berhasil menyusup ke Malaysia dengan menyamar sebagai turis saat operasi Dwikora. Lanjutnya, Pierre didapuk menjadi ajudan Jenderal A.H Nasution pada April 1965.

Pierre menjadi target salah sasaran pasukan Tjakrabirawa, ketikaa menyusup ke rumah A.H Nasution pada 1 Oktober 1965 dini hari. Alhasil, ia dibawa dan dieksekusi di Lubang Buaya. Ia ditetapkan sebagai pahlawan pada 5 Oktober 1965, tepat di hari pemakamannya.

Baca Juga: Sejarah Singkat Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober

Itulah sejarah singkat mengenai G30S PKI beserta nama-nama pahlawan revolusi yang gugur dalam kejadian tersebut. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kalian mengenai sejarah Indonesia.