Seruni.id – Pada tahun 2001 lalu terdapat sebuah penelitian mengenai ikigai. Penulis Akihiro Hasegawa, seorang psikolog klinis dan profesor di Toyo Eiwa University, menempatkan kata ikigai sebagai bagian dari bahasa sehari-hari Jepang. Hal tersebut terdiri dari dua kata: iki, yang berarti kehidupan dan gai, yang berarti nilai.
Menurut Hasegawa, kata ikigai muncul di periode Heian (794 ke 1185). “Gai datang dari kata kai (“tempurung kerang” dalam bahasa Jepang) yang dianggap sangat bernilai, dan dari situ ikigai diartikan sebagai kata yang berarti nilai kehidupan.” Sehingga Ikigai bisa disebut sebagai filosofi pembangkit semangat bagi orang-orang jepang yang masih merasa hidupnya belum memiliki makna dan kurang bahagia.
Dalam Bahasa Indonesia Ikigai bisa diartikan sebagai tujuan hidup. Ikigai memiliki elemen sendiri yang terdiri dari gairah (passion), misi (mission), profesi (profession), serta pekerjaan (vocation) dan memiliki gabungan antar elemen.
Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apa hal yang paling kamu cinta? Apa hal yang kamu paling terampil melakukannya? Apa hal yang kamu layak dibayar ketika mengerjakannya? Dan apa yang sebenarnya diperlukan oleh dunia?
Ikigai sendiri terdiri dari dua bagian yakni objek dan perasaan. Objek ikigai terbagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan sementara perasaan ikigai akan menimbulkan realisasi diri dan kehendak rasa pemenuhan dalam kehidupan sehari – hari, memotivasi diri untuk hidup, eksistensi dan lain sebagainya.
Gordon Matthews, profesor antropologi di Chinese University of Hong Kong sekaligus pengarang buku What Makes Life worth Living?, mengatakan, ikigai bisa membuat hidup seseorang menjadi lebih bermakna. “Sebab, kita selalu memiliki sesuatu yang ingin diperjuangkan,” ujarnya. Jadi ikigai bukan hanya digunakan untuk hidup atau alasan mengapa seseorang bangun kala pagi hari. “Ini sesuatu yang jauh lebih khusus dan nyata buat Anda,” katanya.
Orang Jepang percaya kebahagiaan kecil dalam kehidupan sehari – hari menghasilkan kehidupan utuh dan memuaskan. Orang tanpa ikigai biasanya adalah orang yang tidak menikah, tidak bekerja, berpendidikan rendah, tidak sehat, memiliki tingkat stress yang tinggi, memiliki keterbatasan fisik, beresiko mengidap penyakit mematikan.
-dari berbagai sumber-