Seruni.id – Keinginan yang kuat untuk berbakti kepada agama, mendekatkan diri dengan Allah, membuat pemuda berusia kepala dua, bernama Mohammad Shukri Minhat ini memutuskan untuk bekerja, meski penghasilan yang ia dapatkan terbilang kecil. Sejak 2015, ia sudah diberikan kepercayaan untuk menjadi marbot di Masjid Al-Mujib, Kampung Durian Daun, Masjid Tanah.
Gaji yang ia dapatkan setiap bulanannya hanya 300 ringgit, atau setara Rp954 ribu. Namun, dia tidak mengeluh. Dengan gaji yang tak cukup menopang biaya hidupnya, Minhat tetap menjalankan tugasnya membersihkan masjid dengan tulus.
Dikutip dari Harian Malaysia, Minhat merasa bekerja di masjid membuat hatinya lebih tenang. Karena salat lima waktunya bisa lebih terjaga. Sebelumnya, ia pernah bekerja di Kuala Lumpur selama beberapa bulan dengan gaji yang lumayan tinggi, setelah mengikuti ujian Sijil Pelajaran Malaysia (SPM).
Sedangkan sebagai marbot termuda di Malaysia, Minhat bekerja membersihkan masjid mulai dari tengah hari hingga lewat tengah malam. Namun, anak bungsu dari enam bersaudara yang tinggal di Kampung Durian Daun, Masjid Tanah, Alor Gajah itu mengatakan jika setelah pulang kampung dari Kuala Lumpur, dia sudah terbiasa membantu membersihkan masjid, tanpa mengharapkan upah. Hingga akhirnya, dia ditawari untuk menjadi marbot oleh pengurus masjid.
“Pagi hari saya bekerja sebagai penjaga toko. Jam 12 siang saya pergi ke masjid untuk sholat Zuhur dan memulai tugas saya. Pekerjaan ini tidak populer, tapi saya berterima kasih kepada pengurus masjid yang memberi kepercayaan kepada saya,” ujarnya.
Minhat tidak merasa malu dengan pekerjaannya ini, ia justru berharap tetap bisa menjadi marbot hingga akhir hayatnya.
Baca Juga: “Kenapa Ayah Izinkan Saya Masuk Islam?”
“Saya tak pernah malu melakukan pekerjaan ini, malah saya ingin terus melakukannya sampai saya meninggal dunia nanti, saya lebih tenang duduk di masjid walaupun gaji saya kecil. Sebenarnya, inilah cara terbaik bagi saya untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT dan menjaga tiang agama, yakni salat lima waktu,” tuturnya.
Karena, sebelum bekerja sebagai marbot, Minhat mengaku kerap meninggalkan sholat. Itulah sebabnya lambat laun ia memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halamannya. Minhat juga mengatakan jika ia kerap membantu memasangkan sistem audio setiap kali ada pendakwah yang akan menyampaikan ceramah di masjid.
“Tidak ada hiburan tidak apa-apa, karena saya suka dengan pekerjaan saya sekarang. Lebih baik duduk di masjid daripada melakukan kegiatan yang tidak ada manfaatnya,” tutup Minhat.