Seruni.id – Beroda adalah salah satu cara untuk kita berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Dengan berdoa menunjukkan bahwa seorang hamba sangat bergantung pada Tuhannya. Mengulang-ulang doa boleh dilakukan. Terlebih, ketika doa yang kamu layangkan belum mendapat jawaban.
Jika diibaratkan, doa itu ibarat kayuhan sepeda yang dialkukan terus-menerus, maka akan sampai pada tempat tujuan. Jadi, jangan pernah bosan mengulang-ulang doa, karena ada beberapa keutamaan yang akan kamu dapatkan.
1. Sunnah Rasulullah
Mengulang-ulang doa merupakan salah satu kebiasaan Rasulullah yang sudah semestinya menjadi teladan bagi kita.
Dari Ibnu Mas’ud:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ يَدْعُوَ ثَلاَثًا وَيَسْتَغْفِرَ ثَلاَثًا.
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai berdoa (dengan mengulang) tiga kali dan istighfar tiga kali.”
2. Mendapatkan Pahala
Doa merupakan sebuah ibadah yang harus dilakukan. Dengan berdoa artinya kita percaya bahwa kita bukanlah apa-apa di hapadan-Nya. Maka dengan mengulang-ulang doa, kita akan mendapatkan pahala berkali-kali. Sebagaimana yang telah Nabi sabdakan,
“Do’a adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1479, At Tirmidzi no. 2969, Ibnu Majah no. 3828 dan Ahmad 4/267; dari An Nu’man bin Basyir)
3. Menghindari Murkanya Allah
Allah berfirman, “Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. [Ghafir : 60].
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang tidak mau memohon kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.”
Dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Bukhari juga meriwayatkan sebuah hadits yang isinya adalah:
“Barangsiapa yang tidak mau berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka Allah akan murka kepadanya.”
4. Doanya Pasti Didengar
Kita mungkin pernah merasa bosan ketika sebuah keinginan belum juga terkabul. Mungkin saja, permintaan tersebut bukanlah yang terbaik menurut-Nya. Atau keinginan tersebut akan Allah kabulkan pada waktu yang tepat. Bersabarlah, karena Allah pasti mendengar setiap doa yang kita panjatkan kepada-Nya.
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3/18, dari Abu Sa’id. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid)
5. Menunjukkan Ketaqwaan
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 60)
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah-lah kalian betawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-Maidah: 23).
6. Menguatkan Keimanan
Selain sebagai bentuk ketaqwaan kepada Allah SWT. Mengulang-ulang doa tanpa lelah, dapat mengukatkan keimanan kita sebagai seorang hamba yang lemah. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah:
مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَمَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا يَعْنِى أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ ».
“Barang siapa di antara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah diminta sesuatu yang lebih Dia senangi dari pada diminta kesehatan (atau keselamatan).”
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ »
Dan Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa.” (HR. At-Tirmidzi V/552 no.3548, dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. Dihasankan oleh syaikh Al-Albani)
7. Senjata Paling Ampuh
Ketika berada dalam situasi genting berusaha keluar dari situasi tersebut memang perlu kita lakukan. Namun, ada hal yang tak kalah pentingnya, yaitu berdoa. Sebagaimana yang terjadi pada perang Badar berlangsung, Rasul melihat jumlah pasukan Muslim kalah banyak dibandingkan musuh. Maka ia pun segera mengangkat kedua tangannya ke atas dan berdoa.
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ ». فَمَازَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ. وَقَالَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ
“Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini.”
Rasulullah SAW terus melantunkan doa kepada Allah seraya membentangkan kedua tangan beliau menghadap ke kiblat hingga selempangnya jatuh, lalu datanglah Abu Bakar mengambil selempang Rasulullah SAW dan meletakkannya di atas pundaknya dan menjaganya dari belakang dan berkata:
“Wahai Nabi Allah, doa engkau kepada Tuhanmu sudah cukup, karena Dia pasti akan mewujudkan apa yang Dia janjikan untukmu.” (HR. Muslim III/1383 no.1763, dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu)
8. Jauh dari Kegelisahan
Rasa gelisah biasanya akan dirasakan oleh mereka yang jauh dari Allah SWT. Maka dengan berdoa Allah akan menjauhkan rasa gelisah tersebut dari diri mereka. Dan Allah akan menggantikannya dengan ketenangan. Sabda Rasulullah SAW:
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَیْهِ
“Barang siapa tidak mau meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya.” (HR. Ahmad II/442 no.9699, dan At-Tirmidzi V/456 no.3373, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Dan dihasankan syaikh Al-Albani)
9. Dapat Merubah Takdir
Sabda Rasulullah SAW:
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَلاَ يَزِيدُ فِى الْعُمُرِ إِلاَّ الْبِرُّ
“Tidakada yang bisa menolak qadha kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali perbuatan baik” (HR. Tirmidzi)
10. Doanya Dikabulkan
Doanya dikabulkan
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
“Barangsiapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika lapang.” (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6290)
11. Ibadah yang Mulia
Doa merupakan salah satu perbuatan yang termasuk ke dalam ibadah yang sangat mulia. Maka, jangan pernah segan untuk berdoa kepada-Nya. Sebab, Allah akan senang apabila hamba-Nya mengulang-ulang doa dan percaya bahwa Allah mendengarnya.
Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu yang paling mulia bagi Allah Ta’ala daripada doa.” (HR. Ahmad, Bukhari dalam Adabul Mufrad, Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5392)
12. Mendapat perlindungan
Rasulullah SAW bersabda:
مَا اسْتَجَارَ عَبْدٌ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مِرَارٍ إِلَّا قَالَتِ النَّارُ: اللهُمَّ أَجِرْهُ مِنِّي، وَلَا يَسْأَلُ الْجَنَّةَ إِلَّا قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللهُمَّ أَدْخِلْهُ إِيَّايَ
“Tidaklah seorang hamba meminta perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, kecuali neraka akan berkata, “Ya Allah, lindungilah dia dariku.” Dan tidaklah ia meminta surga kecuali, surga akan berkata, “Ya Allah, masukkanlah ia kepadaku.” (HR. Ahmad, Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Hadis shahih, dan isnad ini hasan karena ada Yunus bin Abu Ishaq, namun ia dimutaba’ahkan.”)