Seruni.id – Siapa yang kenal Monas (Monumen Nasional)? Kebanyakan dari kita mungkin sudah tahu, apalagi kini kita bisa menemukan gambaran Monas dengan mudah melalui internet.
Tapi, sudahkah kamu tahu tentang sejarah Monas? Karena Monas merupakan salah satu bangunan yang memiliki sejarah, maka penting sekali untuk kita ketahui. Untuk menambah ilmu pengetahuanmu, mari simak bersama-sama sejarah Monas berikut ini.
Sejarah Monas
Monas adalah salah satu tugu yang melambangkan perjuangan Indonesia. Sejarah berdirinya Monas pun tak main-main, karena disertai berbagai aral melintang. Sejarah Monas dimulai setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949.
Saat itu, Presiden RI pertama, Ir. Soekarno mulai merencanakan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Nah, tujuan dibangunnya Monas sendiri, tak lain adalah untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generai penerus bangsa.
Tepat pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan Monas digelar pada tahun 1955. Saat sayembara berlangsung, kurang lebih ada 51 karya yang masuk. Namun, hanya satu gambaran Monas yang dipilih. Yakni karya yang dibuat oleh Frederich Silaban. Sebab, karya yang ia kiriman ternyata memenuhi kriteria yang ditentukan oleh kotime, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad.
Sayembara kedua digelar pada tahun 1960, tapi dari 136 peserta yang mengikuti, tak ada satupun yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno. Hingga akhirnya, Soekarno tertarik dengan desain tersebut dan menginginkan monumen berbentuk lingga dan yoni. Kemudian, Silaban juga dmininta untuk merancang monumen dengan tema seperti itu, namun rancangan yang ia buat, terlalu luar biasa. Tentunya akan membutuhkan biaya yang besar, sedangkan negara tidak mampu menanggung anggaran tersebut, apalagi saat itu kondisi ekonomi sedang terpuruk.
Namun, Silaban menolak merancang gambaran Monas yang lebih kecil. Ia pun menyarankan untuk menunda pembangunan monumen tersebut hingga kondisi ekonomi RI pulih kembali. Soekarno kemudain meminta salah seorang arsitek beranama R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan gambaran Monas tersebut. Soedarsono memasukkan anga 17, 8, dan 45, yang melambangkan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangin di aeral seluas 80 hektare. Jadi, tugu Monas ini merupakan rancangan dua orang arsitek yakni Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dan mulai dibangin pada 17 Agustus 1961.
Bagian-bagian dari Monas
Monas lebih dari sekadar tugu peringatan yang menjulang. Namun, ada beberapa bagian bangunan dengan nilai sejarah tersendiri. Para arsitek sengaja membuat bangunan tersebut bukan hanya bernilai seni, tapi juga memiliki filosofis. Ia membuat bangunan yang berbentuk gelombang, riak dengan segala keunikannya yang akan berujung di sebuah puncak emas yang melambangkan semangat rakyat Indonesia. Adapun bagian-bagian dari Monas yang perlu kita ketahui:
1. Puncak Monumen
Ketika kita melihat gambaran Monas dari internet atau melihatnya secara langsung, di bagian puncak monumen tersebut terdapat lidah api yang tak kunjung padam dan mengandung emas. Api yang berada di bagian paling atas monumen tersebut memiliki filosofi tersendiri, yakni sebagai lambang semangat rakyat yang akan selalu menyala-nyala. Pelataran yang ada di puncak Monas ini jika diukur dari tanah berkedudukan di 115 meter menjulang ke atas.
Di sana, terdapat emas sebanyak 18 kg dari 38 kg emas yang menjadi pelapis awal obor semangat di puncak Monas. Ternyata, emas-emas tersebut merupakan hasil sumbangan dari seorang penguasaha sukses di tanah Aceh, yang bernama Teuku Markam. Selain dikenal sebagai penyumbang emas bagi kemegahan Monas, Teuku Markam ternyata adalah salah satu pembebas tanah Senayan yang kini digunakan sebagai kawasan olahraga nasional, loh.
Oh ya, di bagian pelataran puncak Monas, bisa menampung kurang lebih hingga 50 otang. Selain itu, yang termahal dari bagian puncak Monas ini adalah lidah api kemerdekaan. Sebenarnya lidah api itu bukan hanya satu bagian utuh. Tetapi terdiri dari 77 bagian terpisah yang disatukan menjadi 1 bagian utuh. Diameternya mencapai 6 meter dengan tinggi hingga 14 meter. Di puncak Monas juga terdapat sebuah cawan lampu yang terbuat dari perunggu. Bahan perunggu yang digunakan total sebanyak 14,5 ton. Perunggu sebegitu banyaknya masih juga diberi lapisan emas sebanyak 38 kg. Namun untuk memperingati Dirgahayu Indonesia saat itu, pada tahun 1995 lapisan emas di puncak Monas ini ditambah lagi hingga beratnya terhitung 50 kg.
Para pengunjung dapat menikmati pemandangan modern kota Jakarta dari puncak Monas, loh. Saat kamu berada di sana, kamu juga akan disuguhkan dengan keindahan gunung Salak. Kabarnya ada patung seorang wanita yang rambutnya tergerai di puncak Monas. Namun, keberadaan patung ini hanya dapat dilihat dari sudut tertentu di Istana Merdeka. Sampai sekarang patung wanita misterius itu belum dapat dijelaskan fungsi filosofisnya dan alasan mengapa dibangun secara samar.
2. Ruang Kemerdekaan
Selain ada puncak Monas, juga ada ruang kemerdekaan yang juga mengandung bahan-bahan berlapis emas dan perunggu. Di dalam ruangan yang hening ini, kita akan merasakan betapa berjuangan para pahlawan yang telah memperjuangan kemerdekaan Indonesia dengan senegap tumpah darah mereka. Bukan hanya itu saja, sensasi perjuangan akan terasa ketka sebuah pintu mekanik dari campuran perunggu dan emas akan terbuka sendiri, sambil memperdengarkan lagu “Padamu Negeri”, sekaligus naskah proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno.
Ada pula sebuah kotak kaca berlapis emas yang digunakan sebagai tempat penyimpanan naskah asli proklamasi. Juga da peta negara Indonesia yang terbentang luas dilengkapi dengan lambang negara. Namun sayangnya, bendera pusaka yang pertama kali berkibar pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur Raya Nomor 56 sudah tak lagi dikibarkan di sana. Sebab, konisi kain yang semakin berumur tidak memungkinkan untuk dipertontonkan. Lebih dari itu, lambang-lambang negara yang lain yang ada di ruangan ini semuanya dibuat dari lapisan emas atau perunggu.
3. Museum Sejarah
Jika ingin melihat sejarah terlengkap skala nasional, maka jangan lupa untuk mengunjungi museum sejarah ketika datang ke Monas. Di museum ini, terdapat 51 diorama. Sehingga kamu bisa mengetahui sejarah lengkap tentang Indonesia. Mulailah perjalanan dari bagian timur laut di ruang museum lalu bergeraklah ke kanan hingga menyelesaikan diorama.
Melalui diorama tersebut, para pengunjung seolah dibawa pada masa keadaan Indonesia dahulu. Kamu akan diberitahu bagaimana keadaan Indonesia pada zaman pra sejarah kemudian berlanjut ke zaman kerajaan yang sempat membesarkan nama Indonesia. Diorama ini mengakhiri perjalanan Indonesia sampai pasca kemerdekaan era orde baru.
4. Relief Sejarah
Seperti yang kita lihat dari gambar Monas, bentuknya hanya menjulang tinggi dengan lidah api di bagian puncaknya. Namun ternyata, Monas memiliki bagian-bagian penting lainnya, seperti relief sejarah yang terletak di bagian luar monumen. Kamu akan menjumpai relief sejarah lengkap Indonesia di setiap sudut yang berada di halaman luar. Relief sejarah ini hampir sama dengan diorama yang ada di museum sejarah nasional Relief timbul yang dibuat berjajar menceritakan sejarah Indonesia secara kronologis.
Yang membedakan adalah tentang sejarah yang diceritakannya. Pada relief tersebut menceritakan sejarah nusantara yang dimulai dengan adanya sistem kerjaan di tanah air. Dimulai dengan kerajaan paling jaya di masa silam, sejarah kerajaan majapahit dan juga sejarah kerajaan singosari. Keduanya tentu memiliki kelebihan masing-masing, yang bisa kita teladani. Kemudian relief berjalan ke kanan untuk menceritakan mengenai tanah pertiwi yang dijajah oleh bangsa asing.
Mulai dari zaman kedatangan hingga melakukan berbagai usaha perlawanan terhadap kolonialimse tercantun dalam relief tersebut. Begitu pun dengan perubahan strategi Indonesia yang sangat ingin lepas dari Hindia-Belanda. Strategi yang dulu melawan Belanda secara berkelompok sesuai daerah dan kepentingannya sendiri kemudian mulai menyusun strategi. Hingga akhirnya, mereka mencoba untuk menyatukan tanah air dengan mendirikan organisasi yang dapat mewadahi kepentingan semua pihak.
Kemudian, berdirilah sebuah organisasi bernama Boedi Oetomo yang memotivasi pendirian organisasi-organisasi lain di Hindia-Belanda pada waktu itu. Relief di sini juga memuat cerita mengenai sumpah pemuda hingga bagaimana kondisi Indonesia di era modern.
5. Kolam dan Patung Pangeran Diponegoro
Berikut ini sebenarnya bukanlah bagian utama dari Monas. Namun, kolam dan patung tersebut sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan, karena masih berada di area Monas. Kolam tersebut berfungsi untuk memperindah nilai seni yang sudah dibangun Monas. Kolam dengan luas 25 meter x 25 meter ini lengkap dengan pembangunan air mancur. Sedangkan patung Diponegoro berada di dekat kolam dibangun dari 8 ton perunggu sumbangan dari Dr. Mario Bross.
Wisata Monas
Jika ingin berkunjung ke Monas, ada banyak jenis transportasi yang bisa kamu gunakan. Kalau kamu pengguna kereta api, kamu bisa menggunakan KRL Jabodetabek kemudian berhenti di Stasiun Gambir. Anda pun dapat menggunakan fasilitas transportasi Bus Trans Jakarta. Tapi, kalau kamu menggunakan kendaraan pribadi, tersedia lapangan parkir khusus IRTI, atau kamu dapat memarkir kendaraan di Stasiun Gambir. Untuk dapat masuk ke bangunan Monas, Anda dapat melalui pintu masuk di sekitar patung Pangeran Diponegoro. Lalu kamu akan melewati lorong bawah tanah untuk masuk ke Monas. Kamu juga dapat melalui pintu masuk di pelataran Monas bagian utara. Jam buka Monas adalah jam 9.00 pagi hingga jam 16.00 sore.
Harga Tiket Masuk Monas
Untuk orang dewasa yang ingin naik ke puncak Monas adalah Rp15.000/orang, untuk masuk ke cawan dan museumnya adalah Rp.5000. Bagi para pelajar yang ingin ke puncak Monas mereka harus membayar Rp8.000 dan Rp3.000 untuk masuk ke cawan dan museum. Sementara untuk anak-anak hanya Rp4.000 untuk puncak Monas dan Rp2.000 unutk cawan dan museum.
Atau bisa dengan membeli tiket elektronik Monas bernama Jakcard, untuk mendapatkan tiket tersebut kamu harus membesar mulai dari Rp15.000 dengan saldo Rp20.000. Kartu elektronik selain bisa kamu gunakan sebagai tiket masuk tugu Monas, juga untuk fasilitas umum lainnya seperti untuk tiket bus Trans Jakarta. Pengunjung akan membayar tiket untuk memasuki cawan atau puncak monas. Bagi pengunjung yang tertarik untuk melihat kota dengan teropong, maka harus membeli koin seharga Rp2.000 saja. Teropong yang tersedia hanya sedikit sehingga pengunjung harus bergantian dengan wisatawan lainnya.
Waktu pembelian tiket Monas pun terbagi menjadi tiga sesi, yaitu pagi, siang, dan malam. Jika kamu membeli tiket di pagi hari, maka hanya boleh naik ke tugu Monumen Nasional di pagi hari. Begitu pun bagi pengunjung yang membeli tiket di siang atau sore hari. Pengunjung tidak boleh membeli tiket di pagi hari jika ingin masuk tugu di sore atau malam hari.
Gambar-gambar Monas
Gambaran Monas yang pertama ini, cukup unik sekali. Tampak seorang pria yang seolah bersandar dengan tugu Monas. Seperti yang kita tahu, sebenarnya bangunan tersebut sangatlah tinggi, tapi karena mengambilnya dari kejauhan, sehingga kelihatan kecil.
Siapa yang bisa mengangkat Monas? Tentunya tak ada yang bisa, ya. Karena membayangkan tinggi dan beratnya saja, kita sudah tak sanggup. Tapi dengan teknik foto yang satu ini, kamu tampak seolah sedang menanggat Monas, loh. Teknik gambaran Monas yang satu ini, harus mengambilnya dari jarak dekat.
Adakah manusia dengan tinggi yang melebihi tugu Monas? Pada kenyataannya memanglah tidak ada, tapi kamu bisa mengambil gambar dengan teknik yang satu ini, seolah-olah kamu lebih besar daripada Monas. Pengambilan foto ini dari jarak yang tidak terlalu jauh dan memotretnya dari bawah, sehingga akan membuatmu terlihat seperti lebih tinggi.
Gambaran Monas yang selanjutnya ini, terlihat seorang wanita sedang berselfie sambil memegang pucuk Monas. Apakah mungkin hal ini bisa kita lakukan? Jawabannya sangatlah bisa, kamu hanya perlu mencari spot untuk berfoto yang pas sehingga Monas tampak kecil.
Dan gambaran Monas yang terakhir ini memperlihatkan puncak Monas dari balik pagar. Meski hanya tampak pucuknya saja, tapi tetap saja terlihat sangat mewah.
Baca Juga: Keseruan Melihat Jakarta dari Puncak Monas!
Itulah sejarah singkat tentang Monumen Nasional yang perlu kita ketahui, serta bagian-bagian penting di dalamnya. Semoga informasi ini dapat menambah ilmu pengetahuanmu, ya.