Seruni.id – Hari Puisi Sedunia diperingati pada tanggal 21 Maret setiap tahunnya. Publik, khususnya para pencinta puisi, biasanya akan merayakan hari peringatan ini dengan mengapresiasi karya para penyair Indonesia dan dunia. Tepat pada Hari Puisi Sedunia biasanya agensi pemerintah, guru-guru, komunitas, dan individu turut berpartisipasi dalam mempromosikan Hari Puisi Sedunia.
Ini menjadi kesempatan emas untuk kita memperkenalkan puisi kepada anak-anak, sebagai sarana menarik minat dan bakat mereka. Bukan hanya itu, pada Hari Puisi Sedunia, menjadi waktu di mana anak-anak dan orang dewasa dapat duduk bersama dan meresap intisari dari setiap kata dan makna yang terkandung pada karya sastra ini. Namun, sebelum merayakannya, kita perlu tahu sejarah di baliknya. Untuk itu, mari simak ulasannya berikut ini, ya:
Sejarah Hari Puisi Sedunia
Hari Puisi Sedunia pertama kali disahkan pada November 1999 oleh UNESCO (the United Nations Educational, Scientific adn Cultural Organization). Mungkin, sebagian dari kita masih banyak yang penasaran, mengapa UNESCO mendeklarasikan Hari Puisi Sedunia?
Adapun tujuan UNESCO mengesahkan Hari Puisi Sedunia adalah untuk mendukung keragaman linguistik melalui ekspresi puitis, serta menjaga agar nilai-nilai bahasa tidak punah di makan zaman.
Mereka juga percaya, bahwa puisi memiliki peranan penting dalam sejarah, seni dan budaya masyarakat di zaman dahulu hingga kini. Ini juga menjadi sarana untuk memeberi ruang dan dukungan kepada penulis puisi yang belum diketahui khalayak ramai.
Selain itu, UNESCO juga menginginkan agar semangat menggebu-gebu yang ditorehkan dalam recital puisi dapat dihidupkan kembali. Mereka juga menegaskan agar hubungan puisi dan karya seni lain seperti drama, tari, musik, lukisan tidak hilang dimakan oleh waktu.
Terlebih, anak-anak zaman sekarang, banyak yang telah melupakan bahasa daerahnya masing-masing dan lebih memilih untuk menggunakan bahasa yang dianggap lebih gaul. Tentu saja hal ini menjadi kekhawatiran bagi UNESCO. Dengan tercetusnya Hari Puisi Sedunia yang jatuh pada 21 Maret, diharapkan anak-anak muda di seluruh dunia lebih menghargai bahasa tradisional dari negara asal mereka.
Deretan Sastrawan Indonesia
Di Hari Puisi Sedunia ini, selain harus tahu teknik berpuisi, kita juga harus kenal dengan para sastrawan Indonesia yang telah melahirkan banyak karya. Dengan mengenal mereka, diharapkan kita menjadi lebih semangat dan lebih menghargai karya orang lain. Siapa saja mereka?
1. Chairil Anwar
Mungkin nama ini sudah tak asing di telinga kita, Chairil Anwar, merupakan salah seorang sastrawan yang hingga kini karyanya masih terus dikenang. Pria yang lahir di Medan 26 Juli 1992 ini, telah melahirkan banyak karya puisi dengan berbagai tema, mulai dari esistensialisme, kematian, multi-interpretasi, hingga pemberontakan.
2. Sitor Situmorang
Pria kelahiran Sumatera Utara 2 Oktober 1923 ini, mulai meniti karier sebagai seroang jurnalis, Sitor Situmorang disebut-sebut sebagai penyair tersohor setelah meninggalnya Chairil Anwar. Berbagai karya yang ia ciptakan, selalu sarat akan makna. Meski ia sudah kembali ke pangkuan Sang Pencipta pada usia ke-91 tahun, tapi karyanya masih terus terkenang hingga saat ini.
3. W. S. Rendra
Sastrawan Indonesia kelahiran Solo 1935 ini, memiliki karya puisi yang berdampak besar pada kesusatraan Indonesia. Hal ini karena estetika puisi yang ia ciptakan tak pernha gagal memikat para penikmat sajak.
4. Sapardi Djoko Damono
Sastrawan berikutnya ada Sapardi Djoko Damono, ia juga merupakan salah satu penyair ternama di Indonesia. Setiap karya puisinya, memiliki tampilan lirik yang sederhana, tapi kaya akan makna. Tak heran kalau hal ini membuat para penikmatnya mengagumi karya dari seorang penyair kelahiran 20 Maret 1940 ini.
5. Sutardji Calzoum Bachri
Memiliki julukan sebagai presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bahcri merupakan salah satu pelopor penyair Indonesia angkatan 1970 yang cukup populer. Gaya bahasa yang tertuang pada setiap tulisannya pun cenderung lebih figuratif dan tafsir yang berbeda.
6. Putu Wijiaya
Selanjutnya ada Putu Wijaya, lahir pada 11 April 1944 di Tabanan, Bali. Sastrawan Indonesia yang satu ini sangat produktif dan selalu menorehkan prestasi di bidang seni.
7. Remy Sylado
Banyak orang yang mengenalnya dengan nama pena Remy Silado, tapi pria kelahiran Makassar 12 Juli 1945 ini memiliki nama asli Yapi Panda Abdiel Tambayong. Penyair yang satu ini memiliki gaya kepenulisan yang sering memakai kata-kata arkais dan kata yang jarang digunakan.
8. Joko Pinurbo
Pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat ini, tak jarang melahirkan karya yang mengandung unsur berkesan ‘nakal’. Selain itu, ia memiliki gaya kepenulisan yang memadukan elemen naratif.
9. Wiji Thukul
Wiji Thukul lahir di Surakarta pada 23 Agustus 1963. Melalui karya puisi, ia melakukan orasi perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Namun, sastrawan Indonesia ini dinyatakan hilang ketika ia berusia 34 tahun. Hingga kini, tak ada yang mengetahui keberadaannya.
Teknik Berpuisi yang Harus Kamu Ketahui
Untuk merayakan Hari Puisi Sedunia ini, banyak kegiatan seru dan bermanfaat yang bisa dilakukan. Misalnya dengan membaca atau menulis sebuah puisi. Namun, usahakan untuk tidak menulis puisi dengan pola yang itu-itu saja, ya. Di hari spesial ini, maka buatlah puisi yang spesial juga, dengan teknik berpuisi berikut ini.
Akrostik
Apa sih teknik akrostik itu? Akrostik merupakan teknik yang cukup unik dalam berpuisi. Sebab, kamu harus membuat puisi sesuai dengan judulnya. Setiap barisnya pun, diawali dengan huruf yang merangkai judul dari puisi itu, makna puisinya pun harus sesuai dengan judul yang dibuat. Contohnya:
Bunga
Bau harummu memabukkan
Untukmu kukobrankan waktu
Namun, siram, merawatmu
Gubahan dari Sang Pencipta
Adakah yang lebih indah?
Oleh: Alya Rekha Anjani
Patidusa
Teknik berikutnya ada patisuda. Teknik yang ditemukan oleh sastrawan bernama Agung Wibowo ini juga cukup unik. Di mana patidusa merupakan akronim dari Empat, Tiga, Dua, Satu, maksudnya adalah puisi ini berpatokan pada jumlah kata, bisa empat, tiga, atau satu kata yang ada pada tiap barisnya.
Uniknya, teknik yang satu ini, harus memiliki makna yang sama ketika dibaca dari atas maupun bawah. Patidusa memiliki empat format. Pertama bentuk original (4321-1234-4321-1234), kedua bias (1234-4321-1234-4321), ketiga cemaran (1234-1234-1234-1234), dan tangga (4321-4321-4321-4321). Contohnya:
Jahat
Ejeken
Juga celaan
Dilemparkan berbagai cacian
Kuatkan batin untuk bertahan
Tertindas
Menahan amarah
Mengguncang jiwa raga
Menjatuhkan orang yang lemah
Berputar
Roda motor
Kadang di atas
Kadang berada di bawah
Kobarkanlah
Semangat baja
Jangan patah harapan
Yakinlah kelak akan cerah
Oleh: Alya Rekha Anjani
Haiku
Teknik yang berikut ini berasal dari Jepang, namanya haiku. Pola yang diterapkan pada puisi pendek ini berpatokan pada jumlah suku kata tiap barisnya. Suku katanya pun sudah ditentukan, yaitu 5-7-5 suku kata setiap barisnya. Contoh:
Lover
In the rain garden
I keep walk in the darkness
Just to my lover
Oleh: Alya Rekha Anjani
Alea
Teknik yang satu ini tidak jauh berbeda dengan patidusa, yang berpatokan dengan jumlah kata. Namun, bedanya hanya pada pola ganjil-genap jumlah kata pada setiap baitnya. Puisi ini memiliki pola 135-246/246-135 atau bisa dibalik dari jumlah kata yang banyak seperti 531-642/642-531 dihitung per kata. Contoh:
Sendu
Hati pilu
Aakhirnya berlalu
Bagai paku, yang dipukul tanpa palu
Sendu
Kini telah bertransformasi
Bagai merah, biru yang berpadu
Oleh: Alya Rekha Anjani
Prosais
Sesuai dengan namanya, pola yang satu ini haruslah menyajikan puisi dalam bentuk prosa. Jika biasanya kamu menemukan atau membuat puisi dalam bentuk baris, berbeda dengan prosais, yang menyajikan puis berbentuk beberapa paragraf. Prosais sendiri adalah akronim dari prosa liris, mengapa namanya liris? Hal ini karena berisi curahan hati dari sang penulisnya. Contoh:
Kecewa
Tuturmu selalu berhasil memenangkan hatiku. Perilakumu selalu menarik untuk kuperhatikan. Ajaranmu selalu sukses menghipnotis pikiranku. Bahkan nasihatmu selalu menggiring untuk kulakukan tanpa lagi pikir panjang. Kuanggap semua yang dirimu lakukan adalah sebuah kebenaran hingga tega melabeli bahwa orang lainlah yang salah. Mengapa semua orang tidak menjadi sepertimu?
Namun kini, simpatiku sungguh telah runtuh bersama pujian yang pernah kuucap. Semua hormatku hampir hilang terbawa oleh rasa kecewa yang begitu dalam terlukai, tercabik, hingga cacat menilaimu. Walau begitu, hati ini masih saja bebal berteriak bahwa kamu takkan tega melakukannya. Pun, logika ini tak mencapai paham atas semua yang sudah kamu lakukan padaku.
Memanglah aku yang salah, begitu percaya pada apa yang kamu ucapkan pun kamu lakukan, dulu. Aku salah sepenuhnya menggantungkan kebenaran pada dirimu. Seharusnya bukan padamu semuanya kutaruh, seharusnya kutahu dirimu hanya akan menyisakan kecewa yang menyesakkan.
Oleh: Alya Rekha Anjani
Baca Juga: Kumpulan Puisi Chairil Anwar Penuh Inspirasi dan Menyentuh Hati
Itulah sejarah singkat Hari Puisi Sedunia, beserta deretan sastrawan Indonesia yang perlu kita ketahui. Pada intinya, Hari Puisi Sedunia bertujuan untuk menghilangkan image ‘kuno’ yang melekat pada puisi. Semoga dengan mengetahui sejarahnya, membuka mata kita untuk mengenal puisi lebih dalam lagi.