Alfian, Hafiz Al-Qur’an Asal Mojokerto yang Terpilih Menjadi Imam di UEA

Alfian, Hafiz Al-Qur'an Asal Mojokerto yang Terpilih Menjadi Imam di UEA
news.detik.com

Seruni.id – Rahmat Alfian Hidayat (27) adalah pemuda penghafal Al-Qur’an asal Kabupaten Mojokerto, yang merupakan calon imam masjid di Uni Emirat Arab (UEA).

Alfian, Hafiz Al-Qur'an Asal Mojokerto yang Terpilih Menjadi Imam di UEA
beritajatim.com

Salah Satu dari 27 Hafiz yang Terpilih

Pemuda kelahiran 22 Juli 1994 yang lebih akrab disapa Alfian ini, merupakan 1 dari 27 hafiz asal Indonesia yang terpilih menjadi imam masjid di negara yang kaya akan minyak tersebut.

Bukan perjuangan singkat bagi dirinya untuk bisa menjadi imam masjid di UEA. Tentunya saja ia harus melalui perjalanan panjang, bahkan ia pun harus melalui seleksi ketat.

Alfian, warga Jalan Pasar Sedati, Desa Sedati, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto ini menceritakan bagaimana perjuangannya mengikuti seleksi imam masjid di UEA.

Hal tersebut bermula ketika ia mendaftarkan diri melalui email ke Kementerian Agama (Kemenag) pada 20 Oktober 2020 lalu.

Semula Merasa Ragu

Ia mengaku saat itu dirinya harus bersaing ketat, bahkan semula ia pun ragu untuk mengikuti seleksi. Sebab, terdapat lebih dari 300 hafiz yang mendaftar. Meski ada yang mendaftar dari Mesir dan Malaysia, tapi semuanya merupakan warga Indonesia.

“Awalnya saya tidak mau mendaftar, tapi dipaksa teman. Karena saat itu kuliah saya masih semester 7, belum lulus kuliah,” kata Alfian.

Beruntungnya, pendaftaran kala itu berjalan dengan mulus dan sesuai rencana. Penghafal Al-Qur’an jeblolan Ma’had Umar bin Khattab Surabaya dan Pondok Pesantren Ibnu Ali Sidoarjo ini menjadi satu dari 205 pendaftar yang lolos seleksi dokumen di Kemenag.

Kemudian, ia bersama 204 peserta lainnya harus menjalani dua kali tes di Hotel Golden Boutique, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Ujian tahap pertama melibatkan juri yang ditunjuk Kemenag pada 2-4 Desember 2020. Hasilnya, hanya 90 hafiz yang lolos untuk melaju ke tes kedua.

“Dari 205 orang diambil 90 orang. Sebenarnya 100 orang yang diambil, tapi yang hadir 90 orang,” terangnya.

Putra sulung dari empat bersaudara dari pasangan Hidayat Ma’arif (56) dan Suprapti (51) itu berhasil lolos unutk mengikuti ujian tahap kedua pada 3-5 Maret 2021.

Dijurikan Langsung oleh Ulama Asal UEA

Namun, saat itu, penjurian bukan lagi dari Kemenag. Penilaian dilakukan secara langsung oleh lima syekh atau ulama besar yang berasal dari UEA.

“Dua tes itu terkait kefasihan bacaan, kelancaran hafalan 30 juz Alquran, pendalaman ilmu Fiqih imam dan ibadah secara umum, serta kemampuan khotbah dalam Bahasa Arab,” ujar Alfian.

Ia akhirnya terpilih menjadi imam masjid di UEA. Alfian menjadi 1 dari 27 hafiz yang akan diterbangkan ke negara kaya minyak itu Juni nanti. Seperti yang tertulis dalam surat dari Kedutaan Besar RI untuk UEA di Abu Dhabi nomor B-00166/Abu Dhabi/210414 tanggal 14 April 2021 tentang Hasil Seleksi Imam Asal Indonesia.

“Hari ketiga Ramadan ada pengumuman di grup WhatsApp peserta seleksi yang lolos tes tahap pertama. Alhamdulillah saya lolos, di daftarnya saya urutan pertama,” ungkapnya.

Sudah Menjadi Impiannya Sejak Lama

Terpilihnya menjadi imam masjid di UEA tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mahasiswa semester akhir program studi Manajemen Dakwah di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar Rahmah Surabaya ini. Sebab, mencari pengalaman di luar negeri sudah menjadi impiannya sejak lama.

“Saya sendiri memang punya cita-cita untuk belajar, cari pengalaman dan dakwah di luar negeri. Keinginan saya kalau tidak di Timur Tengah ya Eropa,” cetusnya.

Ia dan 26 hafiz lainnya yang terpilih menjadi imam masjid di UEA telah melengkapi dokumen yang diperlukan ke Kemenag pada 30 April kemarin.

Kini mereka hanya tinggal menunggu untuk diterbangkan ke UEA, yang rencananya pada bulan Juni 2021 mendatang.

Baca Juga: Siti Aisah, Nenek 80 Tahun yang Diwisuda Sebagai Hafizah

Selain tanggal keberangkatan, Alfian juga belum tahu akan ditempatkan di masjid mana. Karena UEA mempunyai 7 negara bagian. Yaitu Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Qaiwain.

“Masjidnya belum ditentukan. Informasi dari senior-senior di sana, tiga bulan setelah berangkat baru ditempatkan secara tetap di sebuah masjid,” tandasnya.