Seruni.id – Pernahkah Momies mengalami atau mungkin mendengar percakapan seperti berikut ini?
“Ah, papa sama mama nggak gaul sih. Ini tuh lagi hits banget tau.”
“Duh, kok kamu begitu sih? Dulu di zaman papa sama mama nggak pernah tuh kayak begitu.”
Pastinya, percakapan ini seringkali terjadi antara anak dengan orang tuanya. Rasa-rasanya, sebuah perdebatan atau selisih paham antara orang tua dengan anaknya, khususnya yang masih remaja, merupakan sebuah hal yang lumrah terjadi. Keadaan inilah yang menggambarkan sebuah fenomena yang disebut generation gap. Generation gap merupakan fenomena yang disebabkan karena adanya perbedaan sikap antara individu yang berasal dari kelompok usia yang berbeda dan pada akhirnya menimbulkan ‘jarak’ antara mereka.Jarak ini disebabkan karena kurangnya pemahaman atau timbulnya kesalahpahaman antar individu. Kebayang dong bagaimana generation gap ini dapat menimbulkan berbagai macam konflik dalam sebuah keluarga?
Generation Gap dalam Keluarga
Nah, remaja dengan kedudukannya sebagai anak tentu saja memiliki perbedaan terkait dengan usia dengan orang tuanya, yaitu dalam hal tahap perkembangan. Menurut Erik Erikson, setiap individu pasti sedang berada dalam tahap perkembangan, tergantung pada usianya. “Namanya juga remaja, masih ABG, masih mencari jati diri”, kalimat ini menggambarkan betul tahap perkembangan seorang remaja, yaitu tahap identity vs. identity confusion atau tahap dimana remaja membutuhkan pengakuan sosial serta mencari identitas diri. Seorang remaja akan melakukan eksplorasi yang mungkin seringkali dianggap kurang tepat atau kurang baik oleh orang tua. Di sisi lain, orang tua pada umumnya sedang berada dalam tahap generativity vs. stagnation. Dalam tahap ini, individu cenderung ingin mendidik generasi selanjutnya atau dengan kata lain mendidik anaknya. Sebagai akibatnya, apabila orang tua tidak dapat mendidik anaknya dengan baik, mereka akan merasa gagal.
This is where generation gap kicks in. Sang anak yang masih remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sosialnya, termasuk dari orang tua, berusaha untuk mencari identitas diri. Misalnya, dengan melakukan kebiasaan yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tua. Kenyataannya, ini merupakan akibat dari generation gap; apa yang dianggap benar oleh sang anak, belum tentu dianggap benar serta dipahami oleh orang tua karena adanya perbedaan pemahaman. Apabila ‘jarak’ ini tidak dijembatani dengan baik, kedua belah pihak akan bersikeras dengan pola pikirnya masing-masing dan konflik yang ada tidak kunjung selesai. Sang anak akan merasa tidak didukung serta tidak dipahami oleh orang tuanya, padahal dukungan dari orang tua itu penting.
semoga bermanfaat ya Moms!
sumber : https://sehatmental.id