Seruni.id – Setiap tahun biasanya banyak orang menunggu hari ulang tahunnya untuk mendapatkan hadiah. Selain hadiah mereka biasanya mendapatkan kue dengan lilin diatasnya, Lilin yang menyala tersebut akan ditiup setelah yang berulang tahun mengucapkan doa-doa. Asap yang keluar dari lilin tersebut akan melayang di udara dan dianggap sebagai penghantar doa –doa mereka.
Banyak simbol yang diasosiasikan atau berhubungan dengan ulang tahun sejak ratusan tahun lalu. Beberapa artikel mengatakan bahwa tradisi tiup lilin sudah lahir sejak zaman Yunani Kuno. Dalam sejarah disebutkan bahwa menyalakan lilin adalah sebuah cara khusus seseorang untuk membayar semacam upeti kepada dewi bulan, Artemis yang terdapat dalam mitologi Yunani.
Pada zaman dahulu, kue yang dipakai haruslah berbentuk bulat agar merepresentasikan bulan purnama kemudian diletakkan lilin diatasnya agar membuat kue tersebut terlihat terang menyala seperti bulan. Kebiasaan meniup lilin yang ada di atas kue inipun diikuti oleh orang Jerman dan orang Eropa lainnya. Di Indonesia, kebiasaan ini muncul saat orang Belanda datang.
Faktanya dengan memakan kue ulang tahun yang telah ditiupkan lilin diatasnya mengandung bakteri pada lapisan gula kue hinga 1,4%. Hal ini terjadi karena bioaerosols dalam napas manusia dapat menjadi sumber bakteri yang kemudian ditransfer ke permukaan kue. Bioaerosol sendiri adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup.
Oleh karena itu mulai sekarang akan lebih baik jika kita memakan kue ulang tahun tanpa tiupan lilin sebelumnya.
-dari berbagai sumber-