Seruni.id – Menjadi seorang Ayah dan Ibu untuk sang buah hati pertama kalinya adalah sebuah pengalaman yang sangat luar biasa, menyenangkan, sekaligus menimbulkan kecemasan besar bagi calon Ayah dan Ibu. Peran sebagai seorang Ayah dan Ibu bukanlah hal yang mudah dan sepele karena di balik peran tersebut, ada tanggung jawab besar yang harus diemban orangtua. Untuk itu, para calon Ayah dan Ibu harus benar-benar mempersiapkan diri dalam menyambut kehadiran sang buah hati.
Gejolak emosi tak jarang melanda para calon Ayah dan Ibu. Gejolak emosi ini, bahkan, kerap pula menyebabkan kecemasan berlebih yang memicu stres. Karenanya, agar gejolak emosi tidak merajalela, para calon Ayah dan Ibu hendaknya melakukan persiapan, baik fisik maupun mental. Sebaiknya, persiapan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah kehamilan si buah hati.
Kesiapan fisik dan mental ini harus dimiliki, baik oleh calon Ayah maupun Ibu. Kendati, ibulah yang mengandung dan melahirkan, Ayah juga memiliki peranan penting selama masa kehamilan hingga menjelang persalinan. Dengan kata lain, calon Ayah dan Ibu harus bisa menjadi sebuah tim yang solid untuk menjalankan peran barunya kelak bagi sang buah hati.
Baca juga: Permainan yang Paling Baik untuk Anak Usia Dini adalah Tubuh Ayah dan Ibunya
Persiapan Fisik
Idealnya, persiapan untuk memiliki momongan dilakukan sejak 6 bulan sebelum kehamilan terjadi. Namun, jika hal tersebut terlewatkan, mulailah sejak kehamilan terjadi dan dinyatakan positif. Anda bisa memulainya dengan mengubah gaya hidup tak sehat Anda menjadi lebih sehat. Misalnya saja, menghentikan kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol. Sekalipun ibu adalah seorang perokok pasif, asap rokok yang terhirup dapat meningkatkan risiko terhadap janin dalam kandungan. Minuman alkohol juga akan melemahkan kandungan ibu sehingga berisiko terjadinya keguguran.
Penuhilah kebutuhan gizi ibu hamil dengan mengonsumsi makanan bergizi. Ibu hamil membutuhkan lebih banyak kalsium zat besi, protein, vitamin, dan asam folat. Zat gizi tersebu bisa diperoleh dari beragam jenis sayuran—terutama sayuran berdaun hijau, buah-buahan, kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, susu, dan yoghurt. Selain itu, ibu hamil dianjurkan untuk membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi.
Menjaga kualitas dan kuantitas asupan makanan sangat penting untuk menjaga berat badan. Idealnya, kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 12—14 kg. Berat badan kehamilan yang iedal akan sangat membantu dalam persalinan. Persalinan menjadi lebih mudah dan tanpa komplikasi. Selain itu, juga akan lebih mudah mengembalikan bentuk tubuh seperti berat badan semula setelah persalinan.
Selama kehamilan, ibu sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri secara rutin. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada kunjungan pertama, termasuk tes urin dan tes darah untuk memastikan kesehatan janin dan calon ibu. Kemudian, ibu dianjurkan untuk imunisasi di trimester 2 atau 3. Tidak semua jenis imunisasi bisa diberikan semasa hamil. Umumnya, ibu hamil diberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid), hepatitis, dan MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Pada trimester akhir, biasanya di usia kehamilan 16—20 minggu, ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti kelas senam hamil. Olahraga selama masa hamil akan membantu mengatasi berbagai keluhan yang muncul selama hamil, menyehatkan, mempermudah proses persalinan, mengurangi stres, dan membantu calon ibu agar lebih siap menghadapi persalinan.
Baca juga: 7 Perbedaan Lucu antara Ayah dan Ibu Dalam Hal Mengasuh Anak, Ada-ada Aja Dah Kelakuan Para Ayah Ini
Persiapan Mental
Kehamilan menjadi masa-masa menyenangkan sekaligus penuh “tantangan”. Tidak hanya bagi calon ibu, tetapi juga calon Ayah. Umumnya, ibu hamil akan mengalami masa-masa emosi yang labil akibat pengaruh hormonal. Saat hamil, hormon akan mengalami perubahan yang sangat drastis. Gejala yang timbul adalah ibu hamil menjadi lebih sensitif, merasa mual, tidak tahan bau-bauan, mudah marah, dan merasakan ngidam.
Disamping pengaruh hormonal, perubahan fisik juga sangat memengaruhi perasaan ibu hamil. Saat perut kian membesar, bentuk payudara yang semakin penuh, berat badan terus bertambah, dan berjerawat, ibu hamil kerap merasa tak menarik lagi di mata suami. Kondisi ini terkadang dapat memengaruhi hubungan suami istri. Hal seperti ini memang tidak bisa dicegah, tetapi calon ibu dapat meminimalkan risikonya terhadap perasaan dengan mencari lebih banyak informasi dari berbagai sumber.
Dalam kondisi emosi istri yang labil, suami harus siap menghadapinya. Hendaknya, suami memahami dan menerima sang istri dengan segala perubahan yang dialaminya. Hindari menanggapi dengan emosi negatif karena justru akan berujung pada perselisihan. Sebaiknya, suami juga mencari tahu lebih banyak dari berbagai sumber.
Persiapan Calon Ayah
Sebenarnya, setiap calon Ayah juga mengalami gejolak emosi saat mengetahui akan menjalani peran barunya. Hanya saja, gejolak emosi ini tidak tampak secara langsung, seperti halnya yang dialami calon Ibu. Kecemasan pun kerap mendera para calon Ayah. Untuk menghindari rasa cemas berlebih, Anda—para calon Ayah bisa melakukan beberapa hal berikut ini.
- Dampingi istri Anda setiap kali pemeriksaan rutin. Sesi kunjungan dokter ini bisa Anda manfaatkan untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang kehamilan sekaligus mengetahui kondisi kehamilan sang istri dan bayi yang dikandungnya.
- Ikuti kelas persiapan kehamilan bersama istri. Di kelas ini, Anda akan diajarkan cara merawat bayi dan berbagi pengalaman dengan calon ayah lainnya.
- Dampingi istri saat mengikuti kelas senam hamil. Biasanya, dalam kelas ini, suami juga diajak untuk berperan aktif dalam berlatih teknik-teknik persalinan.
- Bersiap menghadapi persalinan bersama sang istri. Diharapkan Anda bisa berada di sampingnya saat persalinan berlangsung. Kehadiran Anda sangat dibutuhkan untuk menenangkan, menyemangati, dan menguatkan istri yang sedang berjuang. Selain itu, menyaksikan secara langsung kehadiran sang buah hati akan menjadi pengalaman paling berharga yang takkan terlupakan.
- Menyiapkan diri secara finansial. Hal ini sudah harus Anda lakukan, paling tidak, sejak Anda mengetahui kehamilan istri Anda. Cari tahu biaya persalinan sejak jauh-jauh hari. Anggarkan pula sejumlah dana untuk membeli keperluan si kecil dan dana cadangan.
- Jadilah suami siaga yang siap mendampingi istri selama dan sesudah kehamilan.
(Berbagai sumber)