Candaan Ala Gus Miftah: Di Mana Batasan Humor dalam Hubungan?

Ilustrasi dua sisi humor dalam hubungan: pasangan bahagia tertawa bersama di sisi kiri dan pasangan dengan satu pihak terlihat kesal sementara yang lain tertawa di sisi kanan, menunjukkan humor positif dan negatif.

“Candaan itu bumbu rumah tangga!”—Kalimat ini pasti sering banget kita dengar, terutama buat pasangan yang hobi saling ledek-ledekan buat seru-seruan.

Tapi, gimana ceritanya kalau candaan itu malah jadi salah paham dan dianggap “kasar”? Contohnya, yang baru-baru ini bikin rame di media: Gus Miftah dengan candaannya ke istrinya yang dianggap sebagian orang kelewat batas.

Nah, daripada sibuk cari siapa yang salah atau benar, yuk kita coba bahas dari sisi kesehatan mental, apakah candaan kayak gini sehat buat hubungan atau malah bisa jadi masalah!

 

Candaan dalam Hubungan: Cinta atau Cuma Balutan Kekerasan Verbal?

Nggak bisa dipungkiri, humor memang penting banget dalam hubungan. Rasanya kalau hubungan terlalu serius, duh, bisa-bisa kaku dan gampang bosenin.

Tapi, ada batasannya, lho. Journal of Social and Personal Relationships pernah bahas kalau humor itu bisa jadi “lem” yang bikin hubungan makin kuat, tapi syaratnya: harus sama-sama paham konteks dan maksudnya.

Coba bayangin, kalau satu pihak udah ketawa-ketiwi tapi yang satunya malah nyengir kecut karena tersinggung, itu udah jelas sinyal kalau candaan itu nggak “nyambung”.

Sebuah studi di Personality and Social Psychology Bulletin juga nunjukin kalau humor bisa jadi cara ampuh buat ngurangin konflik, asal dua-duanya ngerti dan enjoy. Kalau nggak, bisa-bisa malah jadi benih pertengkaran, lho.

 

Candaan yang Kelewat Batas: Bahaya atau Biasa Aja?

Sebenernya, candaan yang kelewat batas bisa ngerusak lho, pelan-pelan tapi pasti. Menurut pakar pernikahan, Dr. John Gottman, salah satu hal yang bisa bikin hubungan hancur adalah penghinaan. Nah, seringnya ini berkamuflase dalam bentuk candaan. Kalau terus-terusan diejek atau direndahin lewat candaan, bisa bikin pasangan kehilangan rasa saling menghormati dan makin nggak nyaman.

Apalagi kita di Indonesia, kadang norma budaya bikin kita menganggap hal kayak gini biasa aja. Banyak yang ngerasa kalau pasangan bercanda kasar itu wajar, toh namanya juga bercanda. Padahal, dari segi kesehatan mental, candaan yang kesannya “biasa aja” ini bisa bikin seseorang jadi insecure dan bahkan tertekan. Apalagi kalau terus-terusan dijadiin bahan bercanda.

 

Humor Itu Ibarat Minyak Pelumas, Bukan Racun!

Humor dalam hubungan itu harusnya kayak minyak pelumas buat mesin.

Bikin segalanya berjalan lebih lancar dan nyaman. Tapi kalau pelumasnya udah kotor atau, parahnya lagi, racun—yah, bakal bikin mesin malah cepet rusak, kan?

Guyonan dalam hubungan harusnya bikin dua-duanya ketawa, bikin deket, dan saling sayang.

Tapi, kalau malah jadi candaan yang merendahkan atau bikin pasangan malu di depan orang lain, ini udah masuk kategori “racun” yang nggak sehat buat hubungan.

Penelitian dari Journal of Family Psychology nunjukin kalau humor yang positif, kayak lelucon ringan tentang hal-hal sehari-hari, bisa meningkatkan kualitas hubungan.

Sementara, aggressive humor atau humor yang lebih ke arah serangan, malah bikin hubungan makin nggak nyaman.

 

Belajar Komunikasi yang Sehat Supaya Guyonan Nggak Salah Paham

Biar humor nggak jadi masalah, penting banget buat ngerti yang namanya komunikasi asertif.

Ini tuh semacam kemampuan untuk ngomong jujur dan jelas tanpa harus bikin pasangan sakit hati.

Candaan yang kasar kadang muncul karena kurangnya kemampuan buat ngomong jujur secara baik-baik.

Jadinya, keluhan atau perasaan negatif malah disampaikan dalam bentuk candaan, padahal maksudnya serius.

Contoh aja, pasangan A sama B lagi ngomongin kebiasaan masing-masing.

A bilang, “Duh, B ini kalau masak kayak eksperimen ilmiah aja, berantakan semua!” Kalau B bisa ngetawain itu bareng-bareng, fine, itu artinya candaan itu diterima dengan baik.

Tapi kalau B diem aja atau malah keliatan sakit hati, itu udah tanda kalau candaan itu mungkin kelewat batas.

Studi di The American Journal of Family Therapy juga bilang kalau kunci dari humor yang sehat itu adalah rasa saling menghargai.

Kalau satu pihak udah mulai ngerasa nggak dihargai, humor pun nggak bakal terasa lucu lagi, malah nyakitin.

 

Candaan Bisa Jadi Gaslighting?

Gaslighting adalah situasi di mana seseorang bikin orang lain ngerasa ragu sama dirinya sendiri, sampe akhirnya ngerasa semua salahnya ada di dia.

Dalam candaan yang terlalu kasar, gaslighting bisa aja kejadian ketika pasangan yang jadi target candaan dibilang, “Kamu tuh terlalu sensitif sih!” atau “Ah, kamu nggak bisa diajak bercanda nih.”

 

Ini mungkin nggak sengaja, tapi dampaknya bisa jadi serius.

Yang kena candaan terus-terusan bisa ngerasa bingung, terisolasi, dan akhirnya malah jadi rendah diri.

Menurut Psychology Today, gaslighting dalam jangka panjang bisa bikin orang kehilangan kepercayaan diri dan bergantung banget sama pasangannya—dan ini jelas nggak sehat.

 

Candaan Udah Mulai Toxic? Gimana Mengatasinya?

Kalau udah mulai kerasa candaannya nggak sehat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

  • Ngobrol Sama Pasangan: Jujur aja ngomong kalau candaan itu bikin nggak nyaman. Pake kata-kata kayak, “Aku ngerasa nggak enak pas kamu bilang…” daripada langsung nyalahin, “Kamu tuh kasar banget sih!”
  • Tetapin Batasan: Setiap orang punya batasan. Kalau pasangan terus-terusan melanggar batas itu, kita harus tegas ngasih tahu apa yang kita nggak suka.
  • Cari Bantuan Profesional: Kalau udah nggak bisa diselesaikan sendiri, mungkin bisa coba konseling atau terapi pasangan. Kadang ada hal yang susah dibahas berdua, dan butuh pandangan dari orang luar yang netral.

 

Humor yang Sehat, Bikin Hubungan Makin Lengket

Tapi di sisi lain, humor yang positif itu adalah salah satu kunci biar hubungan tetap langgeng.

Guyonan bisa bantu nge-reduce ketegangan habis bertengkar atau bikin suasana jadi lebih santai.

Misalnya, kalau salah satu pasangan lupa bawa dompet terus satunya ngomong, “Lagi-lagi kamu bikin kita makan angin, nih!” kalau dengan nada yang ringan dan sama-sama ngerti konteksnya, ya malah jadi momen lucu dan nggak berujung pada ribut.

Menurut The Gottman Institute, pasangan yang bisa menertawakan kekurangan masing-masing dengan cara yang saling menghargai punya peluang besar buat punya hubungan yang lebih bahagia dan awet.

Ini karena mereka merasa diterima apa adanya, tanpa rasa takut dihakimi.

 

Candaan Itu Cerminan Kesehatan Hubungan

Pada akhirnya, candaan itu mencerminkan gimana hubungan kita dengan pasangan.

Kalau candaan seringnya merendahkan atau bikin malu, ya mungkin ada yang salah dengan dinamikanya.

Sebaliknya, kalau humor membawa tawa dan bikin nyaman, itu tanda hubungan yang sehat.

Dari kasus Gus Miftah dan istrinya, kita bisa belajar bahwa humor dalam rumah tangga itu emang nggak sederhana.

Mungkin maksudnya nggak jahat, tapi buat orang lain bisa jadi interpretasi yang berbeda. Jadi, penting banget untuk saling ngerti dan punya batasan yang jelas dalam hal bercanda.

 

Tertawa Bareng, Bukan Tertawa Sendiri

Candaan adalah bumbu rumah tangga, tapi kalau nggak dipakai dengan hati-hati bisa jadi racun yang malah bikin hubungan rusak.

Sebaiknya, kita selalu coba saling menghargai, ngerti batasan masing-masing, dan pastikan setiap candaan yang kita lempar itu bikin pasangan kita tertawa dengan bahagia, bukan karena mereka terpaksa tersenyum buat ngilangin rasa sakit.

Ingat, mulutmu adalah harimaumu! Candaan yang salah bisa jadi berbahaya kalau terus-terusan diulang.

Jadi, yuk, kita jadikan humor sebagai alat untuk lebih dekat, bukan malah bikin jarak makin lebar.