Seruni.id – Baru-baru ini jagat media sosial dihebohkan dengan sebuah potret bocah SD yang terlihat sedang duduk di kursi KRL sambil mengangkat kedua kakinya, sembari matanya menatap ke sekitar. Tas sekolahnya pun diletakkannya di lantai ke reta.
Ia adalah Karim Maullah (10) siswa kelas 3 SD non-formal Masjid Terminal (Master) Depok. Untuk menuju ke sekolah, Karim harus menempuh jarak yang cukup jauh, yaitu Kemayoran-Depok, dengan menggunakan KRL. Setiap harinya ia berangkat dari rumah pukul 03.00 pagi, tanpa diantar, pun tidak dibekali uang jajan.
Diketahui, Karim merupakan seorang yatim piatu, ia tinggal bersama dengan sang nenek yang menderita kelumpuhan. Saat dilihat, bocah itu sekolah tidak memakai sepatu melainkan sandal. Ketika ditanya kenapa pakai sandal, bocah itu menjawab kalau dirinya tidak punya sepatu, sejak awal masuk sekolah hingga kini.
Melansir dari okezone.com, ketika disambangi ke sekolahnya, di Master Depok, sekolah yang menampung anak marjinal dan anak jalanan tepatnya di samping Terminal Terpadu Kota Depok atau Metropolitan Stasiun Terminal (Metro Stater) Depok. Ternyata, Karim sedang tidak masuk sekolah, lantaran sedang sakit.
Anti, salah satu guru di sekolah tersebut membenarkan, bahwa anak yang sedang viral itu bersekolah di Master Depok. Anti juga menceritakan, bahwasanya sebelum tinggal di Kemayoran, ternyata bocah malang itu tinggal di wilayah Situ Lio, Depok. Namun, menurut kabar yang beredar, Karim yang tinggal bersama neneknya itu sudah pindah ke wilayah Kemayoran, Jakpus.
“Memang benar anak yang sedang viral itu bersekolah di sini sekolah Master Depok, namanya Karim Maullah, dia tinggal di Kemayoran, Jakarta Pusat. Dulu setahu saya sewaktu mengajar Karim dia tinggal sama neneknya ikut mulung di Depok tapi ternyata sekarang sudah pindah,” ucap Anti saat berada di ruang guru sekolah Master (25/19).
Namun, setelah Karim duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar, guru-guru yang pernah mengajar Karim terkejut. Rupanya bocah itu sudah tak tinggal di Depok. Anti dan guru barunya Marwan terpana mendapatkan kabar kepindahan Karim.
“Pantesan ya sering lihat Karim terlambat dan kalau belajar suka ngantuk di kelas ternyata rumahnya jauh. Saya kalau lagi ngajar melihat dia suka tidur-tiduran sampai tidur di kelas,” imbuh Marwan, guru kelas 3 Karim.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Rute Perjalanan Saka, Bocah yang Lintasi Dua Negara Jika ke Sekolah
[/su_box]
Melihat kondisi Karim yang hanya di asuh oleh neneknya yang sudah tua, pihak sekolah Master berharap ada seorang dermawan yang mau bantu menyekolahkan Karim di Jakarta. Sebab, jarak yang jauh para guru menilai kegiatan belakar Karim tidak efektif.
“Saya sih pengennya ada donatur yang mau bantu menyekolahkan Karim yang dekat di rumahnya jadi gak capai harus ke Depok,” ujarnya.