Hijrah  

Kagumi Kehidupan Nabi Muhammad, Knneth L. Jenkins Memeluk Islam

dignitymemorial.com

Seruni.id – Knneth L. Jenkins dulunya adalah seorang pendeta di sebuah gereja Pantekosta di Amerika Serikat. Jauh sebelum memeluk Islam, Jenkins hidup dan dibesarkan di lingkungan yang tergolong agamis. Namun, setelah ia mendapatkan pekerjaan di Arab Saudi. Dari sana ia menemukan perbedaan yang mencolok. Melalui pencariannya, timbul keinginan untuk mempelajari Islam lebih jauh. Dan kerena rasa kagum dengan kehidupan Nabi Muhammad, Knneth L. Jenkins akhirnya memeluk Islam.

Gambar terkait
warta.sumedang.info

[read more]

Bagi Knneth L. Jenkins, pertemuannya dengan Islam membawa perubahan besar dalam hidupnya. ”Setelah memeluk Islam, saya merasa sungguh-sungguh perlu untuk membantu orang-orang yang belum mendapatkan cahaya Islam,” ujarnya.

Saat kecil, ia hidup bersama Ibunya yang merupakan orangtua tunggal. Dan mengharuskan sang Ibu untuk menafkahi keluarga, hal tersebut membuat Jenkins lebih banyak berada dalam pengasuhan sang nenek yang notabennya seroang Kristen Pantekosta yang sangat taat.

Itulah yang membuat Jenkins saat kecil sudah terbiasa dengan kehidupan gereja. Menurutnya, komunitas gereja Pantekosta sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Maka tak heran jika usia enam tahun, Jenkins sudah memahami ajaran dari kitab Injil yang diyakini oleh para pemeluk Pantekosta.

Namun, sejak sang kakek terserang stroke, Jenkins dan keluarga jarang menghadiri peribadatan di gereja. Ketika ia menginjak usia 16 tahun, Jenkins mulai aktif kembali menghadiri acara peribadatan di gereja. Biasanya ia datang bersama dengan seorang teman Ayahnya yang merupakan pastor di gereja tersebut.

Setelah ia lulus SMA dan masuk Universitas, Jenkins menjadi lebih aktif lagi diberbgai kegiatan keagamaan. Setiap saat ia datang dan mempelajari kitab Injil, serta menghadiri kuliah yang diberikan oleh para pemuka agama Kristen. Hal ini yang membuat Jenkins lebih terlihat menonjol dibanding dengan jemaat lainnya.

Dan pada saat usianya memasuki 21 tahun, pihak gereja memintanya untuk bergabung. Sejak itulah Jenkins mulai memberikan khutbah kepada jemaat yang lain. Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas, Jenkins kemudian memutuskan untuk bekerja secara penuh di gereja sebagai seorang pendakwah. Sasaran utamanya adalah komunitas berkulit hitam Amerika. Ketika melakukan interaksi, Jenkins mendapati kenyataan, bahwa diantara pemuka gereja banyak yang menggunakan Injil semata-mata hanya untuk kepetingan politik saja.

Akhirnya, Jenkins memutuskan untuk pindah ke Texas. Ia sempat bergabung dengan dua gereja Pantekosta yang berbeda. Sayangnya, lagi-lagi ia mendapati hal yang sama. Ternyata, para pendeta di sana melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi norma dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi gereja.

Ia menemukan fakta di lapangan bahwa sejumlah pemimpin gereja telah melakukan perbuatan yang menyimpang tanpa tersentuh hukum. Mendapati berbagai kenyataan seperti ini, mulai timbul pertanyaan dalam diri Jenkins atas keyakinan yang dianutnya. Jenkins berpikir untuk mencari perubahan dalam hidupnya.

Akhrinya, perubahan hidup yang diinginkan Jankins datang juga. Dimana ia mendapatkan tawaran pekerjaan di Arab Saudi. Ketika sampai di sana, ia menemukan perbedaan anatara gaya hidup seorang Muslim. Timbul keinginan dalam diri Jenkins untuk mempelajari Islam lebih jauh.

Jenkins sangat mengagumi kehidupan Nabi Muhammad. Karena rasa penasarannya, ia akhirnya meminjam buku-buku yang terkait dengan Islam oleh salah seorang kerabatnya yang sangat dekat dengan komunitas Muslim. Satu per satu buku-buku tersebut ia baca. Dinatara buku yang ia pinjam, terdapat terjemahan Alquran. Dalam waktu kurang lebih empat bulan, ia menyelesaikan terjemahan Alquran tersebut.

Tak segan ia sering menanyakan kepada teman Muslimnya mengenai Islam. Namun, jika temannya belum mendapatkan jawaban, maka meraka akan menanyakan hal terserbut kepada orang yang lebih paham. Pada hari berikutnya, akhirnya Jenkins menemukan jwaban atas pertanyaannya itu. Rasa persaudaraan dan sikap rendah hati yang ditunjukkan oleh teman Muslimnya membuat Jenkins tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam. Rasa kagumnya juga ia tunjujukkan untuk kaum Muslimah di sana.

Ia mengagumi wanita yang menutup tubuh mereka, dari kepala sampai bagian kaki. Menurutnya, Islam tidak mengenal status sosial. Dari banyak hal yang telah disaksikan selama di Arab Saudi, ia merasa itu adalah sesutau hal yang indah. Kendati demikian, Jenkins mengaku ada keraguan dalam dirinya. Antara berpindah ke Islam dan menjadi mualaf, atau tetap dengan keyakinan yang sudah dianutnya sejak kecil.

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]

Aminah Assilmi Yakin Menjadi Mualaf Meski Hampir Dibunuh Sang Ayah
[/su_box]

Namun akhirnya, terjawab sudah segala keraguannya tentang Islam, manakala salah seorang teman Muslim memberikannya sebuah kaset video yang berisi perdebatan Syekh Ahmed Deedat dan Pendeta Jimmy Swaggrt. Setelah menonton video itu, akhirnya ia tersadar dan kemudian memutuskan menjadi seorang Muslim.

Bersama temannya, Jenkins diantar untuk menemui seorang ulama setempat, Syekh Abduah bin Abdulaziz bin Baz. Dan dihadapan sang ulama, ia dibimbing mengucapkan dua kalimat syahadat. Knneth L. Jenkins diberikan sejumlah nasihat, bagaiaman mempersiapkan diri menghadapi berbagai rintangan ke depan yang mungkin akan ia hadapi.

Kabar mengenai masuk Islamnya Jenkins, ternyata telah sampai ke telinga para rekan-rekannya sesama pendeta dan aktivis gereja. Karena itu, setibanya di Amerika Serikat, berbagai hujatan dan kritikan bertubi-tubi datang kepadanya.

[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]

Aminah Assilmi Yakin Menjadi Mualaf Meski Hampir Dibunuh Sang Ayah
[/su_box]

Tak hanya itu, Jenkins juga dicap dengan berbagai label, mulai dari orang murtad hingga tercela. Ia juga dikucilkan dari lingkungan tempat tinggalnya. Lagi-lagi, semua hujatan itu tidak membuat dirinya gentar dan berplaing dari Islam. Menurut Knneth L. Jenkins, Islam telah membuatnya seperti terlahir kembali, dari kegelapan menjadi terang. Dia pun tak pernah merasa terganggu dengan semua itu, karena ia merasa sangat bahagia bahwa Allah Maha Kuasa yang telah memberikan petunjuk padanya.

[/read]