Seruni.id – Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar kata ‘horor’? Beberapa orang mungkin biasa saja, tetapi tak jarang banyak orang yang lantas merasa takut hingga membuat bulu kuduk merinding. Namun, meski demikian, film horor selalu dinanti-nantikan. Terbukti dari film Siksa Kubur karya Joko Anwar yang kian ramai peminatnya. Film bergenre horor dengan balutan mistis yang kental, berhasil mengundang rasa penasaran para penonton. Turut jadi incaran, film Badarawuhi di Desa Penari berhasil cetak 2 juta penonton pada penayangan di hari keenam.
Kamu pasti penasaran, kenapa sih banyak dari kita yang gemar menonton film horor? Walaupun saat menyaksikannya tak jarang kita ketakutan dan malah menutup mata. Berikut ini Seruni telah merangkum sejumlah fakta psikologis dari berbagai sumber, buku The Sciences of Psychology dari Laura King, situs GSP Global, dan Psychology Today. Yuk simak faktanya di bawah ini:
1. Memacu Adrenalin dan Ketegangan
Menurut penelitian Professor Glenn Spark, para penggemar film horor merasakan kesenangan tersendiri saat menonton film tersebut. Adrenalin mereka terpacu akibat ketegangan yang diciptakan oleh adegan-adegan menyeramkan dan mengejutkan.
Hal ini justru membuat mereka penasaran dan ingin menantikan kelanjutan cerita. Ia menemukan bahwa rasa takut yang dirasakan saat menonton film horor dapat memicu pelepasan hormon dopamin di otak. Dopamin adalah hormon yang berkaitan dengan kesenangan dan penghargaan.
Dengan kata lain, menonton film horor dapat memberikan sensasi “high” bagi para penggemarnya. Ketegangan dan rasa takut yang mereka rasakan diubah menjadi kesenangan oleh otak.
2. Kedekatan dengan Realita Penonton
Mengapa film horor diminati banyak orang? Menurut penelitian psikologi yang dikaji oleh Psikolog Glenn Walters, hal ini karena film horor sangat dekat dengan keseharian hidup seseorang. Apalagi, di Indonesia sendiri, hal-hal yang berbau supranatrual dan mistis masih sangat kental, dan jadi kebiasaan yang kerap dibahas di lingkup keluarga atau pertemanan.
Film horor sangat dekat adegan yang menimbulkan rasa takut, sekaligus menegangkan dan menyedihkan di sisi lainnya. Contohnya, ada korban yang menjadi sasaran dan dikejar oleh tokoh antagonisnya. Hal ini pun menguras emosi penonton yang mungkin dapat menempatkan diri mereka berada di tokoh yang sedang berjuang supaya tidak jadi korban atau berusaha menyelamatkan teman-temannya.
3. Adanya Bias
Nuansa film horor memang identik dengan unsur supranatural yang kental, sesuatu yang sulit dibuktikan secara sains. Namun, menariknya, penelitian psikologi sosial menunjukkan adanya bias yang membuat orang mudah percaya pada hal-hal berunsur mistis.
Misalnya, kamu bisa membayangkan ketika kamu pergi menemui seorang peramal, dan peramal tersebut berkata bahwa ada hal-hal mistis yang menghambat pekerjaanmu saat ini. Kebetulan, kamu memang sedang dihadapkan dengan berbagai masalah pekerjaan. Hal ini bisa membuatmu langsung percaya dengan perkataan tersebut.
Atau bisa pula, ketika kamu berkemah di hutan dan merasa tempat tersebut angker, kamu mungkin akan semakin percaya dengan cerita temanmu yang menyaksikan kejadian misterius di sana. Apalagi jika cerita tersebut sesuai dengan apa yang digambarkan dalam film-film horor.
Fenomena ini dikenal sebagai “confirmation bias” dalam psikologi. Confirmation bias adalah kecenderungan hanya mencari dan mempercayai informasi yang mendukung keyakinan yang sudah ada, dan mengabaikan informasi yang bertentangan.
4. Tren dan Konformitas
Lingkungan pertemanan ternyata juga berpengaruh terhadap film yang akan kamu tonton. Seperti film horor ini. Ketika kamu berkumpul dan bergaul dengan teman yang memang gemar menyaksikan film horor, bukan tidak mungkin akan mendorongmu untuk turut ikut tren tersebut. Padahal sebelumnya mungkin kamu tidak terlalu suka.
Namun, agar tetap kompak, kamu mungkin menjadikannya sebagai tntangan dan momen kebersamaan. Meski menyeramkan kalau ditonton bersama sahabat, pasti akan tetap terasa seru. Dikutip dari buku Social Psychology dari Baron dan Branscombe, keinginan untuk memiliki minat yang sama dengan kelompoknya dikenal dengan istilah konformitas.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Film Siksa Kubur, Tembus 2 Juta Penonton!
Itulah alasan psikologis kenapa orang Indonesia gemar menyaksikan film horor meskipun menakutkan. Apakah kamu juga menyukai film bergenre horor?