Seruni.id – Kamu pernah mendengar kisah dari Eddies Adellia? Begitu panjang lika-liku yang ia lewati, hingga akhirnya Eddies memutuskan untuk hijrah dan menutup auratnya. Kini, setelah sempat masuk ke dalam penjara, Eddies ingin membagikan cerita hidup yang membuatnya semakin sadar, jika perintah Allah itu wajib ditaati. Baginya, penjara adalah pesantren kehidupan. Bagaimana kisahnya? Simak bersama Seruni!
“Bismillahirrahmanirrahim. Dari ukuran kacamata dunia, saya mengalami ujian berturut-turut, bahkan sampai masuk penjara. Meski berat, ketika Allah memberikan ujian terhadap kita, ketidaknyamanan, siap tidak siap, suka tidak suka, kita harus terima dengan sabar dan ikhlas, dan terus berusaha mencari hikmah di balik ujian tersebut,” ujarnya mengawali cerita.
“Saya mohon, jika ada keluarga, teman, atau kerabat yang sedang diuji, tolong jangan nyinyir. Sebab, dunia ini berputar. Bisa jadi hari ini teman kita yang sedang diuji, tapi kalau suatu hari kita yang diuji, bagaimana?”
“Awal hijrah, tahun 2010 pertama kali saya berhiijab, saya diuji. Sebenarnya, keinginan untuk berhijab sudah ada sejak 2003-2004. Namun, keinginan itu saya tahan, karena pada saat itu di dunia hiburan belum banyak yang menggunakan hijab. Hingga kemudian saya umrah, dan sadar jika suka tidak suka, cepat atau lambat, (sebagai Muslimah) saya harus berhijab,”
Baca Juga: Cerita Pilu Justru Meyakinkan Terry Putri untuk Hijrah
“Dan Allah memberikan ujian, teguran yang luar biasa itu ketika Almarhumah ibu saya wafat, di tahun 2008. Kehilangan dan rasa sedih yang luar biasa itu mendatangkan hidayah untuk diri saya. Pada waktu itu saya curhat ke salah satu Ustaz, karena saya mengalami kesedihan hingga berbulan-bulan,”
“Kalau sudah membicarakan ibu rasanya sedih, tapi kita doakan supaya Almarhumah ibu kita sudah dijaga Allah, sudah bahagia di sana, dan kelak bisa kembali berkumpul. Aamiin. Saya merasa belum cukup berbakti pada ibu saya, belum cukup membahagiakan ibu saya,”
“Tapi hidayah dari Allah datangnya justru dari situ. Saat curhat dengan Alm. Ustaz Jefri Al Buchori, beliau berkata, “Eddies, kamu ingin ibu kamu masuk surga? Ingin bisa bertemu dengan ibu di Jannahnya Allah?” Saya jawab pengin banget. Kemudian dia melanjutkan, “Doakan beliau setiap kamu ingat, setiap habis salat. Kirim doa untuk beliau, dan ingat, hanya doa anak soleh dan solehah yang dikabulkan oleh Allah,” Mendengar perkataan Ustaz, saya seperti tertampar dan bercermin,”
“Saya sudah solehah belum? Jauh! Taat saja enggak. Menutup aurat pun belum saya lakukan saat itu. Sejak 2008 itu, selama dua tahun saya belajar. Dan dalam proses belajar itu saya bertemu dengan Nadia (salah seorang temannya) di tahun 2009,”
“Saya mencari tahu kenapa kita harus berhijab, kenapa kita dilahirkan, ke mana tujuan hidup kita. Sampai akhirnya di 2010, dukungan hadir untuk saya menutup aurat dengan Bismillahirrahmanirrahim,”
“Namun, kita berhijab itu bukan hanya menutup aurat, kemudian selesai, tidak akan ada ujian lagi, dan hidup bahagia. Tidak seperti itu. Tapi justru ujian demi ujian datang dalam kehidupan saya. Tapi saya mensyukuri semua ujian tersebut, karena Alhamdulillah, hari ini bagi saya pribadi saya merasa menjadi diri yang lebih baik, kuat, dan sabar,”
“Kemudian saya menikah 2012, dan setahun setelah menikah kami diuji. Saya menjadi bulan-bulanan media selama tiga bulan, gak ada berita bagus, semuanya menghujat. Dan setahun kemudian saya masuk penjara. Dan teman yang awalnya saya anggap sahabat, justru ikut menghujat,”
“Tapi di situ justru Allah memperlihatkan, sahabat yang sesungguhnya adalah yang selalu ada saat suka pun duka. Semua ujian itu saya jadikan bahan introspeksi diri. Dan saya menyebut saat saya di penjara adalah sebagai pesantren kehidupan,”
“Saya introspeksi diri, saya banyak dosa, banyak salah. Pertama yang saya lakukan adalah muhasabah, saya bertafakur. Memang tidak mudah untuk ikhlas, tapi kita harus paksa untuk ikhlas. Maka itu, awalnya saya mohon ampun ke Bapak saya, karena Ibu sudah gak ada. Sama teman-teman pun saya minta maaf,”
“Menggunakan telepon umum, dari dalam penjara saya menyampaikan pada teman saya untuk sampaikan lagi pada si A, B, C, dan lain-lain untuk maafkan saya lahir batin, karena sebagai manusia, teman, saya pasti tidak lepas dari salah dan khilaf,”
“Dan Alhamdulillah saya di pesantren kehidupan (penjara) tidak lama, hanya tiga bulan. Tapi rasanya seperti 300 tahun. Karena memang ujian untuk bisa ada di sana sangat luar biasa. Singkat cerita saya keluar, qodratullah ada hal-hal dalam rumah tangga saya yang saya perjuangkan, sampai akhirnya 2016 kami bercerai,”
“Enam bulan atau setahun kemudian, sahabat-sahabat saya yang awalnya menghujat, satu per satu datang pada saya dan minta maaf. Maka, saat berteman bersahabat, kita meluruskan niat semuanya karena Allah. Agar kita tidak terhasut dalam keburukan,”
“Saya dihina, dicaci, dan sebagainya. Tapi yang membuat saya kuat melewati ujian-ujian tersebut adalah pemikiran kalau saya ikhlas dan sabar, insya Allah hal tersebut akan menjadi penebus dosa-dosa saya. Karena saya menyadari, betapa banyaknya dosa saya,”
“Dan saya bersyukur akhirnya Allah kirimkan ganti teman-teman sebelumnya dengan yang jauh lebih solehah, sampai detik ini. Alhamdulillah, walaupun saya sempat jatuh, sempat masuk penjara, dan rumah tangga saya harus kandas, saya ambil positifnya. Bahwa semua terjadi atas kehendak Allah,”
“Saya mulai bangkit dan berjuang setelah saya mengalami kejatuhan total. Saya mulai bekerja lagi, dan Alhamdulillah Allah kasih saya rezeki dan kepercayaan untuk merawat Bapak saya yang usianya 77 tahun. Alhamdulillah selama dua tahun ini saya bisa bangkit, berdiri tegak, semua pasti karena Allah Subhanahu wa Ta’ala,” tutup Eddies Adellia.