Kisah Sarjana Pendidikan Jadi Tukang Ojek untuk Hidupkan Rumah Baca di Flores

Kisah Sarjana Pendidikan Jadi Tukang Ojek untuk Hidupkan Rumah Baca di Flores
kompas.com

Seruni.id – Menjadi bermanfaat untuk orang lain adalah cita-cita setiap orang, begitupun dengan seorang sarjana pendidikan bernama Yuliana Ida. Ia adalah wanita yang berasal dari Desa Terong, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sosok Inspiratif

Wanita yang memiliki gelar sarjana pendidikan itu, adalah salah satu sosok inspiratif yang patut dibanggakan. Sebab, dirinya rela berjuang demi pendidikan anak-anak di desanya, ia berinisiatif membangun rumah baca yang diberi nama Rumah Baca Woang (RBW).

Bangunan tersebut berdiri dengan dilatarbelakangi oleh kondisi pendidikan anak-anak yang memprihatinkan, terlebih sejak awal kemunculan Covid-19. Pandemi yang telah terjadi selama dua tahun ini, melumpuhkan banyak sektor kehidupan di sana. Termasuk pendidikan.

Pandemi membuat segalanya menjadi berubah, membuat para siswa-siswi harus beradapatasi dengan tugas-tugas sekolah yang dikerjakan secara online. Namun, anak-anak di daerahnya, kesulitan untuk mengikuti pelajaran. Sebab, tak ada buku maupun ponsel yang memadai.

Maka dari itu, Liana berinisiatf membangun sebuah perpustakaan atau rumah literasi sebagai tempat bagi anak-anak untuk menimba ilmu, demi dapat mengerjakan tugas sekolah.

Bermodalkan Tekad dan Niat

Berpondasi tekad dan niat, Liana akhirnya memberanikan diri membuka tempat belajar di rumahnya, dengan nama Rumah Baca Woang. Nama tersebut diambil sesuai dengan tempat tinggalnya, yakni Kampung Woang.

“Saya buat itu atas dasar keprihatinan pribadi, melihat anak-anak bermain tidak jelas karena karena tidak ada belajar tatap muka. Hati pun tergerak, sesuai moto hidup saya, coba bermanfaat bagi orang lain tanpa pamrih,” ungkap lulusan Universitas Dwijendra Denpasar itu.

Karena dirinya merupakan seorang sarjana pendidikan, membuatnya lebih mudah untuk beradaptasi dengan anak-anak. Biasanya, Liana akan memberikan materi sesuai dengan permintaan mereka. Setelah itu, dilanjut dengan literasi selama kurang lebih 10 menit.

Rumah Baca Woang masih sangat sederhana, bahkan tempat tersebut masih kekurangan fasilitas. Termasuk buku. Namun, kekurangan tersebut tidak menjadi benteng penghalang baginya untuk menerapkan kepedulian terhadap generasi muda di desanya.

Demi dapat membiayai Rumah Baca Woang, Liana rela menjadi tukang ojek. Penghasilkan yang ia dapatkan setiap kali mengojek, ia pergunakan untuk membeli perlengkapan di Rumah Baca Woang.

“Uang hasil ojek saya gunakan untuk beli buku untuk anak-anak belajar. Lumayan lah, bisa tambah buku-buku yang saya bawa dari Bali,” ungkapnya.

Liana mengakui, awalnya memang sulit membimbing anak-anak untuk mau datang ke Rumah Baca Wonag, tapi seiring berjalannya waktu, anak-anak mulai antusias dan enjoy mengikuti pejalaran.

“Tidak hanya anak-anak yang senang, orangtua di kampung juga turut senang. Mereka sangat mendukung apa yang saya buat,” pungkasnya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif, Anak Driver Ojol yang Sukses Bekerja di WHO