Seruni.id – Tidak hanya untuk mempercantik mempelai pengantin di hari istimewanya, ternyata ada makna di balik penggunaan mahkota pengantin wanita, loh. Untuk tahu apa maknanya, simak ulasan selengkapnya berikut ini yuk:
Pernikahan adalah momen istimewa, momen yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan. Saat melangsungkan pernikahan, tentulah kedua memepelai harus tampil menawan. Khususnya bagi mempelai wanita yang menggunakan busana serta mahkota agar terlihat anggun layaknya seorang ratu. Bukan hanya agar terlihat anggun, ternyata mahkota yang dikenakan oleh pengantin juga memiliki makna tersendiri, apalagi jika menggunakannya sesuai dengan adat masing-masing. Lantas, apa sih makna mahkota pengantin wanita dari berbagai adat di Indonesia?
1. Siger, Adat Sunda
Siger merupakan salah satu mahkota pengantin wanita Sunda. Tak hanya sekadar penghias kepala saja, tapi tersimpan makna di baliknya. Mahkota yang dikenakan pada saat akan melaksanakan akad nikah ini, bersimbol sebagai harapan dan doa bagi pengantin. Adapun makna di baliknya adalah pengantin perempuan yang telah meletakan rasa hormat, kearifan, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sedangkan, makna dari kembang sanggul yang berjumlah enam pasang memiliki arti kesetiaan.
2. Bulang Emas, Adat Sumatera Utara
Pengantin wanita yang berasal dari Sumatera Utara biasanya mengenakan mahkota adat Mandailing yang disebut sebagai bulang emas. Mahkota bertingkat tersebut berbentuk tanduk kerbau yang memiliki makna tersendiri. Tingkatan mahkkota melambangkan jumlah hewan kerbau yang disembelih ketika melangsungkan upacara adat. Selain itu, mahkota dengan bobot mencapai lima kilogram tersebut, melambangkan harapan agar kedua mempelai dapat menjalankan dan melewati segala masa-masa sulit dalam kehidupan pernikahan.
Dulu, bulang terbuat dari emas murni yang beratnya mencapai delapan kilogram. Namun, seiring berkembangnya zaman, demi kenyamanan pengantin wanita, bulang dibuat dari campuran logam yang lebih ringan atau sepuhan emas. Makna mahkota pengantin wanita dengan warna keemasan ini, mencerminkan kebesaran dan kemuliaan, serta simbol status sosial seseorang. Ada tiga macam bulang yang biasa digunakan pengantin, yakni bulang barbo bertingkat tiga, bulang bambeng bertingkat dua, dan bulang tak bertingkat.
3. Suntiang Gadang, Adat Minang
Suntiang Gadang adalah mahkota pengantin wanita yang berasal dari Minang, Sumatera Barat. Mahkota ini terdiri dari tujuh hingga 11 tingkatan. Mahkota yang terlihat mewah dan berat ini, memiliki makna berupa kekuatan dan ketangguhan dari pihak perempuan pada saat menjalani kehidupan berumah tangga.
4. Gelungan Payas Agung, Adat Bali
Mempelai wanita asal Bali, juga mengenakan mahkota yang bernama gelungan payas agung. Dahulu, mahkota ini hanya diperuntukan oleh para raja di Bali saja. Namun kini, gelungan agung dijadikan sebagai aksesoris pengantin pada pernikahan di Bali. Ketika dikenakan oleh mempelai wanita, gelungan dibentuk dengan susunan bunga sendat emas dengan dihiasi mahkota emas dan sirnata berupa lengkungan simestris emas di dahi.
Bunga yang ada di kepala wanita, berjumlah puluhan hingga ratusan dengan berat mencapai tinga hingga empat kilogram. Sedangkan pada mempelai pria, jumlah bunga emas pada mahkota lebih sedikit dan dilengkapi dengan mahkota lain yang memiliki sebuatan gelung garuda mungkur.
5. Karsuhun, Adat Palembang
Adat dari Palembang, Sumatera Selatan ini, memiliki mahkota dengan nama karsuhun dan juga baju adat yang bernama aesan. Mahkota pengantin wanita yang bisa dikenakan memiliki bobot tiga kilogram, yang juga memiliki makna tersendiri. Warna emas pada mahkota melambangkan keagungan Raja Sriwijaya pada masanya. Selain itu, mahkota pengantian wanita juga berarti sifat keibuan dan kelembutan.
6. Siangko, Adat Betawi
Siangko merupakan sebuatan untuk mahkota pengantin wanita dari adat Betawi. Biasanya, mahkota ini dilengkapi dengan penutup wajah berwarna emas atau perak. Makan dari siangko ini adalah kesucian dari pengantin perempuan yang kelak akan menjadi seorang istri. Burung hong yang berjumlah empat buah pada setiap sisi mahkota ini melambangkan empat khalifah sahabat Nabi Muhammad SAW.
7. Paksian, Adat Bangka Belitung
Paksian merupakan salah satu mahkota pelengkap dari pakaian adat asal Bangka Belitung. Mahkota tersebut memiliki berat hingga tiga kilogram, loh. Biasanya, pengantin wanita akan mengenakan baju kurung berwarna merah yang terbuat dari sutra atau beludru dengan hiasan kepala berupa mahkota paksian.
Mahkota tersebut, berhiaskan bunga cempaka, bunga goyang, kuntum cempaka, daun bambu, sari bulan, pagar tenggalung, dan kembang hong. Kemudian, ada pula hiasan di samping telinga yang disebut sepit. Busana dan mahkota yang dikenakan oleh pengantin wanita ini merupakan perpaduan antara budaya Arab, Tionghoa, dan Melayu.
8. Sigor atau Siger, Adat Lampung
Namanya memang mirip dengan mahkota yang dikenakan oleh wanita Sunda, tapi siger yang satu ini berasal dari Lambung. Siger atau sigor, memiliki berat mencapai tiga hingga empat kilogram. Terbuat dari lempengan logam berupa emas, tembaga, dan kuningan, siger memiliki makna yakni siapapun wanita yang mengenakannya adalah wanita mandiri, ulet, dan gigih.
Pada zaman dahulu, siger dipakai oleh para ratu yang melambangkan kehormatan dan keanggunan sang pengantin. Terdapat tiga jenis siger dengan marga dan lapisan masyarakatnya, yakni siger saibatin untuk pengantin ningrat, siger pepadun untuk masyarakat pesisir, siger pepadun untuk cikal bakal ulun Lampung, dan siger tuha yang sudah digunakan sejak zaman animisme dan Hindu Budha.
9. Paes Ageng, Adat Solo dan Yograkarta
Meski sama-sama memiliki adat Jawa, tapi Paeng Solo dan Yogyakarata memiliki perbedaan, loh. Salah satu perbedaannya yang bisa dilihat adalah pola dari mahkota itu sendiri. Bentuk dari penunggul atau gajahan, pengapit, penitis dan godheg. Paes ageng Yogyakarta meliputi sanggul panda, cunduk mentul yang lebih sedikit dan gundulan. Hiasan mahkota ini sendiri memiliki bobot mencapai 1,5 kilogram.
10. Patam Dhoe
Patam dhoe merupakan mahkota pegantin wanita yang memiliki ukiran berupa daun sulur pada bagian tengah mahkota. Patam dhoe terbuat dari emas, serta memiliki motif bunga-bunga dan bulatan yang disebut dengan boengong. Corak ini menandakan bahwa sang mempelai perempuan telah menjadi tanggung jawab suami sepenuhnya dan resmi menyandang status sebagai seorang istri. Patam Dhoe biasanya dikenakan pada bagian dahi mempelai perempuan.
Baca Juga: 30 Rekomendasi Kado Pernikahan Murah yang Berkesan dan Bermanfaat
Itulah 10 mahkota yang dikenakan pengantin wanita yang berasal dari berbagai daerah, beserta maknanya. Kalau kamu, kira-kira akan pakai adat apa, nih?