Seruni.id – Apakah kamu salah satu orang yang terobsesi melakukan selfie di segala momen? Kalau iya, hati-hati kamu bisa terkena penyakit selfitis. Meski memotret diri sendiri dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, tapi jika dilakukan secara berlebihan dan tidak terkendali, kebiasaan ini bisa menjadi tanda dari gangguan mental. Maka dari itu, kita harus mengenalinya sejak dini agar bisa segera diatasi.
Apa itu Penyakit Selfitis?
Ini bukan sebuah penyakit buatan alias mengada-ngada, ya. Sebab, sebuah studi gabungan yang dilakukan oleh Nottingham Trent University dan Thiagarajar School of Management menyimpulkan, bahwa orang yang sering selfie disebut sebagai selfitis. Meski kondisi ini tidak separah kolera, tapi jika kamu ingat ada banyak sekali kejadian nahas akibat foto selfie sehingga bisa dikatakan penyakit selfitis ini cukup mematikan. Seperti yang telah banyak diberitakan beberapa tahun belakangan, puluhan orang meninggal dunia akibat selfie. Beberapa jatuh ke sungai dan tenggelam, sementara yang lain ditabrak kereta api.
Bahaya Penyakit Selfitis
Meski terkean tidak membahayakan diri sendiri pun orang lain, kondisi selfitis tidak boleh dibiarkan. Sebab, sebenarnya ada sejumlah bahaya selfie yang belum diketahui banyak orang, yakni selfitis dapat menyebabkan berbagai dampak kesehatan fisik dan mental. Sebuah studi yang dilakukan di India menunjukkan, bahwa remaja yang “kecanduan” berfoto selfie sangat rentan mengalami gangguan kepribadian narsistik.
Nah, gangguan kepribadian tersebut bisa ditandai dengan keyakinan bahwa dirinya jauh lebih baik dari orang lain, selalu membutuhkan pujian, kurang empati, arogan, dan cenderung tidak peduli dengan perasaan orang lain. Selain itu, mereka yang mengalami gangguan ini biasa akan sulit mempertahankan pekerjaan dan menemukan pasangan ketika beranjak dewasa.
Tak hanya itu, orang dengan selfitis juga lebih rentan mengalami depresi. Biasanya depresi dicetuskan oleh hal-hal yang terbilang sepele. Contohnya, komentar yang tidak menyenangkan di media sosial. Dampak selfie bagi kejiwaan tersebut dapat menyebabkan seseorang memilih ide untuk bunuh diri, loh.
Dalam studi tersebut, terhtung sejak 2014 silam, sedikitnya terdapat 76 kematian di India akibat usaha untuk melakukan swafoto. Kematian tersebut terjadi karena kecelakaan saat seseorang hendak melakukan swafoto di lokasi yang berbahaya, seperti di dalam air, di ketinggian, saat berpose dengan senjata, dan saat di dalam kendaraan yang sedang bergerak.
Bagaimana Cara Mendeteksi Penyakit Selfitis ini?
Untuk mendeteksi apakah kita mengidap selfitis atau tidak adalah dengan memberikan nilai dari satu sampai lima atas penyataan-pernyataan berikut ini:
- Saya merasa lebih terkenal ketika memposting swafoto di media sosial. (1, 2, 3, 4, 5)
- Dengan mempostingnya, saya berharap teman-teman saja akan memuji saja. (1, 2, 3, 4, 5)
- Ketika saya tidak mengambil swafoto, saya merasa terkucilkan dari grup teman saya. (1, 2, 3, 4, 5)
- Mengambil swafoto dengan pose yang berbeda akan meningkatkan status media sosial saya. (1, 2, 3, 4, 5)
- Saya menggunakan metode foto edit untuk membuat swafoto lebih baik dibandingkan yang lain. (1, 2, 3, 4, 5)
Apabila kamu memberikan nilai lima dari sebagian bersar pertanyaan di atas, menurut para peniliti, kemungkinan besar kamu memiliki rasa percaya diri yang rendah, tapi berusaha menyeimbangkannya dengan mencari perhatian orang lain secara berlebihan.
Cara Mengobati Selfitis
Kondisi ini memang memerlukan penanganan khusus. Di mana pengobatannya pun harus dilakukan oleh psikiater. Namun, perlu diketahui, bahwa pengobatan utamanya bukanlah dengan cara mengonsumsi obat tertentu, melainkan dengan melakukan psikoterapi. Psikoterapi adalah sebuah terapi yang bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku. Pengobatan ini tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, ya.
Umumnya kamu membutuhkan waktu sekitar enam bulan sampai benar-benar membaik. Pengobatan penyakit selfitis ini pun dilakukan dengan berbagai teknik, mulai dari konseling individual, konseling dalam grup, hingga terapi dalam keluarga. Obat-obatan tidak selalu diberikan untuk mengobati selfitis. Obat umumnya hanya diberikan bila terdapat komplikasi seperti depresi, cemas, atau muncul keinginan untuk bunuh diri akibat gangguan mental yang berat.
Baca Juga: Kumpulan Background Keren untuk Edit Foto
Di zaman yang sudah semakin canggih dan media sosial dapat diakses dengan mudah, selfie sudah menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Memotret diri sendiri memang sah-sah saja. Namun, kamu harus tetap mengendalikan diri agar tidak jatuh dalam gangguan mental selfitis.