NEGARA CINA memiliki Hari Jomblo yang dirayakan setiap tanggal 11 November. Para jomblowan dan jomblowati di Negeri Tirai Bambu itu biasanya berbelanja daring (dalam jaringan/online) buat memanjakan diri.
Seorang pria dari Provinsi Guangzhou, China, bahkan rela membeli sebanyak 99 telepon seluler keluaran terbaru dari Apple yakni iPhone 6s buat melamar kekasihnya di Hari Jomblo. Dia bahkan sudah merancang acara lamaran itu di tengah teman-teman yang sudah siap mengabadikan saat-saat romantis itu. Namun sayang seribu sayang, lamarannya ditolak.
Meski mempunyai Hari Jomblo, namun China tidak termasuk dalam jajaran lima negara dengan populasi jomblo terbanyak di dunia. Negara-negara mana saja yang masuk dalam daftar itu? Simak ulasannya berikut ini seperti dilansir Seruni.id dari laman therichest.com.
1. Negara Swedia sebanyak 47 persen jomblo.
Hampir separuh dari rumah tangga di Swedia berisi orang tua tunggal atau para jomblo. Sekitar 47 persen warga dari total 9,5 juta jiwa (data 2013) di Swedia hidup menjomblo.
Hidup melajang di Swedia termasuk normal dan mudah dilakukan karena tersedianya banyak apartemen murah bagi orang yang hidup menjomblo.
Sementara pada 1960-an pemerintah menggenjot pembangunan apartemen itu hingga mencapai lebih dari satu juta unit. Kondisi negara yang cukup makmur membuat generasi muda Swedia bisa tinggal hidup sendiri di apartemen selepas mereka lulus sekolah menengah atas.
2. Negara Inggris sebanyak 34 persen jomblo
Di zaman modern ini jumlah pernikahan di Inggris terus menurun. Seiring dengan kenyataan itu jumlah orang hidup menjomblo terus meningkat. Sebagian kalangan mengkritik kondisi itu dengan menyatakan, mereka yang hidup melajang hanya ingin memanfaatkan fasilitas tunjangan dari negara bagi orang yang hidup melajang dan pengangguran.
Kalangan muda Inggris berusia 20-an tahun kini sudah jamak tinggal sendiri karena mereka ingin mencari kebebasan hidup. Saat ini ada sekitar 34 persen warga jomblo di antara 53 juta penduduk (data 2011).
3. Negara Jepang sebanyak 31 persen jomblo
Mereka memilih hidup sendiri hingga maut menjemput
Jumlah rata-rata anggota keluarga di Ibu Kota Tokyo, Jepang, kini terus merosot menjadi di bawah dua orang. Kenyataan itu menjadikan Tokyo sebagai kota paling banyak jomblonya di dunia. Gaya hidup melajang di Jepang ini sudah berlangsung dalam beberapa dekade terakhir dan menjadi tantangan bagi pemerintah.
Fenomena ‘Kodokushi’ alias ‘mati sepi sendiri’ semakin meningkat. Mereka memilih hidup sendiri hingga maut menjemput. Mayat mereka biasanya baru ditemukan setelah beberapa waktu kemudian.
Tren hidup menjomblo di Jepang senada dengan makin menurunnya angka pernikahan dan Negeri Matahari Terbit itu juga kini dikenal sebagai negara dengan angka hubungan seks paling rendah di dunia. Dari sekitar 127 juta jiwa di Jepang (data 2013), sekitar 31 persennya adalah jomblo.
4. Negara Italia dengan jumlah populas jomblo 29 persen
Kondisi murahnya harga rumah ini semakin memudahkan orang jomblo hidup melajang
Ternyata makin banyaknya orang jomblo di Italia menjadi masalah bagi rakyat negeri itu. Profesor Sosiologi asal Amsterdam, Belanda, The van Tilburg menyebutkan warga Italia kini dihinggapi sindrom kesepian.
5. Negara Amerika Serikat sebanyak 28 persen jomblo
Hidup melajang di Amerika sudah cukup normal dan sering kita lihat di serial televisi bikinan Hollywood. Dari 316 juta jiwa penduduk Amerika (data 2013)ada sekitar 28 persen hidup menjomblo. Meski para imigran lebih banyak ingin hidup dalam keluarga, warga asli kelahiran Amerika lebih memilih hidup menjomblo karena sesuai dengan isi dompet mereka.
Dalam satu dekade terakhir warga Negeri Paman Sam yang menikah di usia ‘terlambat’ kian meningkat. Di kawasan Manhattan, Negara Bagian New York, dan Kota San Fransisco, ada sekitar 40 persen orang hidup menjomblo. (DP)