Seruni.id – Saat ini, ngopi tak lagi sekedar untuk menyeruput kenikmatan dari secangkir minuman hangat berwarna hitam. Namun, ngopi juga telah dijadikan ajang bersosialisasi, menjadi gaya hidup. Mulai dari meeting dengan klien, kongkow bersama rekan dan sahabat, melepas penat, hingga sekedar menunggu berkurangnya kemacetan pada jam pulang kantor.
Baca juga: Inspiratif! 5 Artis ini Konsisten Banget Jalani Gaya Hidup Sehat, Sederhana dan Makin Awet Muda!
Tren gaya hidup ini pun disambut baik para pengusaha dan pengelola untuk menghadirkan sebuah tempat ngopi yang nyaman dan cozy. Mereka pun tidak hanya menyajikan beragam jenis minuman kopi, tetapi juga melengkapi kedainya dengan berbagai fasilitas. Salah satu fasilitas wajib sebuah kedai kopi modern adalah layanan internet nirkabel.
Tak heran, meskipun harga yang dibandrol jauh lebih tinggi dibanding warkop, kedai kopi tak pernah sepi pengunjung. Mulai dari pagi, siang, sore, hingga malam hari, tetap ramai pengunjung. Bahkan, beberapa kedai melayani pelanggan selama 24 jam nonstop.
Menjamurnya kedai kopi di penjuru negeri ini juga didorong oleh fakta bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kopi arabika terbaik di dunia. Dari tujuh jenis kopi arabika, enam di antaranya dihasilkan di Indonesia, yaitu Gayo (Aceh), Mandheling (Sumut), Java (Jawa), Kintamani (Bali), Kalosi Toraja (Sulawesi), dan Mangkuraja (Bengkulu). Sementara, satu jenis lainnya dihasilkan di Jamaika yang dikenal sebagai Blue Mountain, kopi yang memiliki cita rasa enak, mantap, dan—tentu saja, mahal.
Kopi arabika ini merupakan jenis kopi yang menguasai 70% pasar kopi di dunia. Sementara, sisanya (30%) diisi oleh kopi robusta. Adapun keistimewaan kopi arabika adalah kualitasnya yang tinggi dan beraroma harum. Sedangkan, kualitas robusta berada di bawah arabika, cenderung berasa asam dan pahit, serta kandungan kafein yang lebih tinggi (2—3 kali) arabika.
Fakta vs Mitos
Di balik kenikmatannya, kopi seringkali dikaitkan dengan mitos maupun anggapan negatif tentang kopi. Misalnya saja, kopi yang bisa menyebabkan adiksi, keropos tulang, maupun hipertensi. Semua anggapan tersebut pun seolah-olah menunjuk kafein sebagai penyebabnya. Padahal, tak selamanya kafein berefek negatif, selama dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.
Hal ini sesuai dengan hasil studi Dr. J. Murdoch Ritchie, dalam “The Pharmacological Basis of Therapeutics”, yaitu kafein dalam 1—2 cangkir kopi dapat menambah kecepatan berpikir dan inspirasi, membuat badan lebih segar, serta mengobati rasa kantuk dan lelah. Namun, dapat berefek racun jika dikonsumsi dalam jumlah besar (10 cangkir) berturut-turut yang menyebabkan kecemasan, gelisah, insomnia, dan diare. Sedangkan, konsumsi sebesar 10 g (sekitar 100 cangkir) secara berturut-turut bisa menyebabkan kematian.
Selain kafein, kopi juga mengandung beberapa zat lainnya, seperti zat besi, magnesium, fosfor, kalium, dan fluoride. Kandungan polifenolnya pun bersifat sebagai zat antioksidan. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa mengonsumsi 1—3 cangkir kopi dalam sehari bisa bermanfaat bagi kesehatan, yaitu mengurangi risiko kanker usus besar, batu empedu, sirosis hati, Parkinson, serta serangan asma.
(Berbagai sumber)