Seruni.id – Doa untuk orang yang sudah meninggal dunia, kerap kali kita ucapkan ketika mendengar kabar duka atas wafatnya seseorang. Bagi umat Islam, mendoakan mereka yang telah tiada menjadi sebuah keharusan.
Ketika meninggal dunia, tak ada lagi yang mereka harapkan selain untaian doa dari sanak saudara, tetangga, atau bahkan anak mereka yang masih hidup. Doa tersebut pun nantinya akan memberikan kebaikan tersendiri baginya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila seseorang telah meninggal dunia, seluruh amalnya akan terputus, kecuali 3 hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Ketika seseorang meninggal dunia, baik itu keluarga, teman, saudara, ataupun lainnya, kita wajib untuk mendoakannya. Adapun tujuan memberikan doa untuk orang yang sudah meninggal adalah agar segala dosanya diampuni oleh Allah SWT dan ditempatkan di sisi-Nya. Sebagaimana bunyi hadits yang tertuang dalam kitab al-Aszkar an-Nawawi, berikut ini,
“Dari Ummu Salamah r.a, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Ketika kalian menyaksikan orang sakit atau meninggal, maka berkatalah yang baik. Sesungguhnya malaikat mengamini terhadap apa yang kalian katakan.'” (HR. Muslim)
Lalu, seperti apa doa untuk orang yang sudah meninggal dunia? Berikut Seruni telah merangkumnya:
1. Doa Saat Mendengar Kabar Orang Meninggal
Dalam surat Al-Baqarah, terdapat sebuah doa ketika kita mendengar pun mengalami musibah, khususnya berita duka atas kematian seseorang. Maka, hendaknya seorang Muslim sabar dan tabah mengucapkan doa mendengar orang meninggal sesuai sunnah sebagai berikut:
“Innalillahi wa innailaihi raajiuun”
Artinya: “Sesungguhnya semua ini hanyalah milik Allah, dan hanya kepadanya kami kembali.“
Kemudian diikuti dengan lafadz:
“Allhamumagfirli wa lahu wa’qibni minhu ‘uqba hasanah”
Artinya: “Ya Allah, ampunilah diriku dan ia serta berikan kepadaku darinya pengganti yang lebih baik.“
2. Doa untuk Orang yang sudah Meninggal Laki-laki
Apabila seseorang yang meninggal dunia berjenis kelamin laki-laki, maka doa yang dipanjatkan pun berbeda dengan perempuan.
اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
“Allaahummaghfir lahu warham hu wa’aafi hii wa’fu anhu wa akrim nuzula hu wa wassi’ madkhola hu waghsil hu bilmaai wats-tsalji walbarodi wanaqqi hi minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minaddanasi wa abdil hu daaron khoiron min daari hi wa ahlan khoiron min ahli hi wazaujan khoiron min zaoji hi wa adkhil hul jannata wa ‘aidz hu min ‘adzaabil qobri wa fitnati hi wa min ‘adzaabin naar.”
Artinya: “Ya Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta istri yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia ke dalam surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnahnya dan dari siksa api neraka.”
3. Doa untuk Orang yang Sudah Meninggal Dunia Perempuan
Adapun doa untuk orang meninggal perempuan sesuai sunnah, sama seperti doa untuk laki-laki. Hanya saja, ada beberapa bagian yang diganti, yang menandakan seperti lafadz “hu” diganti menjadi “ha”. Berikut doanya:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَها وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيِرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهَا وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا، وَأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
“Allaahummaghfir laha warham ha wa’aafi ha wa’fu anha wa akrim nuzula ha wa wassi’ madkhola ha waghsil ha bil maa-i wats-tsalji wal barodi wa naqqi ha minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danasi wa abdil ha daaron khoiron min daari ha wa ahlan khoiron min ahli ha wazaujan khoiron min zaoji ha wa adkhil hal jannata wa ‘aidz ha min ‘adzaabil qobri wafitnati hi wa min ‘adzaabin naar.”
Artinya: “Ya Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskanlah ia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah ia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, cucilah ia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah ia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta suami yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia ke dalam surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnahnya dan dari siksa api neraka.”
4. Doa untuk Orangtua yang Telah Meninggal
Hubungan antara anak dan orangtua akan terputus ketika salah satunya meninggal dunia. Namun, meski kita tak lagi bisa melayani mereka secara langsung, kita masih isa mengirimkan doa kepada mereka. Agar segala dosanya terampuni dan mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Jika yang meninggal adalah ayahmu, maka kamu bisa membacakan doa untuk laki-laki. Pun jika ibumu yang meninggal, kamu bisa membacakan doa untuk perempuan. Adapun doa untuk orang tua meninggal, yakni sebagai berikut:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
“Rabbighfir li, wa li walidayya, warham huma kama rabbayani shaghira”
Artinya: “Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orangtuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayngiku di waktu kecil.”
5. Doa untuk Orang yang Meninggal dengan Surat Al-Fatihah
Ketika mendengar kabar meninggalnya seseorang, surat Al-Fatihah bisa diperuntukkan untuk jenazah. Surat pembuka dalam Al-Qur’an ini ternyata baik untuk jenazah.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِ يْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ.
“bismillāhir-raḥmānir-raḥīm, al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn, ar-raḥmānir-raḥīm, māliki yaumid-dīn, iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn, ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm, ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn.”
Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Lakukan Hal ini Jika Ingin Keluarga Tercinta yang Sudah Meninggal Mendapatkan Kebahagiaan
Tsabit Al Banani adalah orang yang biasa melakukan ziarah kubur setiap malam Jumat. Di sana ia bermunajat dan taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah hingga Subuh tiba.
Suatu ketika, Tsabit tertidur saat bermunajat, lalu bermimpi. Di dalam mimpinya ia melihat semua penghuni kubur keluar dari kubur mereka dengan mengenakan pakaian indah. Wajah mereka juga berseri-seri.
Kemudian setiap orang dari mereka mendapat hidangan makanan bermacam- macam. Namun di antara mereka ada juga seorang pemuda yang tampak bersedih. Wajahnya pucat, rambutnya kumal, pakaiannya jelek, kepalanya tertunduk, serta berlinangan air mata. Ia juga tidak mendapat hidangan seperti penghuni kubur lain.
Setelah itu para penghuni kubur kembali ke dalam kuburnya masing-masing dengan bahagia dan puas, kecuali pemuda itu. Ketika pemuda itu juga hendak kembali ke dalam kuburnya namun dengan penuh kesedihan, duka cita serta putus asa.
Tsabit pun berkata kepadanya, “Wahai anak muda, siapakah engkau? Mengapa mereka mendapat hidangan serta kembali ke kubur masing-masing dengan kegembiraan dan kebahagiaan, sedang engkau tidak mendapat hidangan, bahkan engkau kembali dengan kesedihan, duka cita, dan putus-asa?”
“Wahai Imam orang-orang mukmin, aku ini seorang pendatang yang terasing dan tak seorang pun mengingatku, mendoakan, maupun melakukan amal kebaikan karena aku. Sementara mereka (para penghuni kubur yang lain) mempunyai anak cucu, kerabat serta keluarga yang senantiasa mengingatnya dan mendoakannya, beramal baik dan bersedekah karenanya. Sehingga setiap malam Jumat selalu datang pada mereka pahala kebaikan dan sedekah dari anak cucu, kerabat serta keluarga mereka. Sebenarnya aku ini orang yang hendak berhaji bersama ibuku. Tapi ketika kami sampai di kota ini, ketetapan Allah (maut) berlaku untukku. Maka ibuku menguburkanku di tempat ini, kemudian ibu menikah dengan seorang laki-laki sehingga lupa padaku dan tak pernah mengingatku, mendoakanku, maupun mengirimkan pahala sedekah untukku. Sungguh, sepanjang waktu aku berada dalam keputusasaan dan dan kesedihan.”
Tsabit berkata, “Wahai anak muda, katakan padaku di mana ibumu tinggal saat ini? Aku akan memberitahunya tentang dirimu dan keadaanmu.”
Pemuda itu menjawab, “Wahai imam orang-orang mukmin, sesungguhnya ibuku tinggal di desa sana, rumahnya begini dan begini. Katakan padanya semua tentang diriku. Seandainya ia tidak memberi sedekah padamu maka katakan, ‘sesungguhnya di dalam kantongmu terdapat seratus keping uang perak warisan suami pertamamu. Sedangkan yang berhak memiliki uang itu adalah anakmu yang sudah meninggal dan terasing. Maka sedekahkanlah kepadaku apa yang seharusnya menjadi haknya.’”
Ketika terbangun dari tidur, Tsabit segera pergi mencari ibu si pemuda yang ditemuinya dalam mimpi itu.
Setelah bertemu ibu pemuda itu, Tsabit mengatakan tentang semua yang dialami anaknya, juga mengatakan tentang seratus keping uang perak yang menjadi hak anaknya, yang kini ia simpan.
Mendengar semua yang dikatakan Tsabit, perempuan itu jatuh pingsan karena sedih dan sesal yang amat dalam. Ketika siuman, perempuan itu segera menyerahkan seratus keping uang perak sembari berkata, “Aku pasarahkan padamu sedekah seratus keping ini demi anakku yang terasing.”
Maka Tsabit pun menerima uang itu, kemudian menyedekahkan semuanya demi si pemuda yang ia temui di dalam mimpinya.
Seperti biasa, malam Jumat berikutnya, Tsabit melakukan ziarah kubur lagi. Ia kembali ketiduran saat munajat, hingga bermimpi seperti kemarin. Hanya saja pemuda yang kemarin ia temui dalam mimpi itu kini mengenakan pakaian bagus dan wajahnya berbinar-binar. Ia tampak bahagia.
Pemuda itu berkata pada, “Wahai Imam orang-orang mukmin, semoga Allah membelas-kasihanimu sebagaimana engkau telah membelas — kasihani aku.”
Dari hikayat tersebut, nampak bahwasannya orang yang sudah meninggal merasakan kesedihan bilamana keluarganya yang masih hidup melakukan kejelekan atau tak beramal kebaikan.
Sebaliknya jika keluarganya melakukan amal-amal kebaikan, maka orang yang sudah meninggal akan merasakan kebahagiaan, karena mendapat bagian dari pahala mereka, tanpa sedikit pun terkurangi hitungan pahala milik mereka.
Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Tekanan Psikis Pasca Orang yang Dicintai Meninggal Dunia
Itulah kumpulan doa untuk orang yang sudah meninggal, di mana kita bisa mengucapkannya saat mendapatkan kabar duka. Marilah kita doakan, teman, saudara, keluarga, dan orang terkasih lainnya agar senantiasa diampuni segala dosanya, diterima di sisi-Nya, serta amal ibadahnya dapat Allah SWT terima. Aamiin.