Seruni.id – Menunaikan ibadah haji menjadi impian bagi banyak orang. Tak terkecuali bagi pasangan suami istri asal Purwokerto ini, Nashrullah Ong (57) dan Erma Hanura Sari (57). Pasutri yang diketahui merupakan warga Perumahan Griya Satria Indah 2, Kalisari, Sumampir, Purwokerto ini berniat untuk melakukan ibadah haji bersama. Uniknya, mereka tidak ikut dalam rombongan haji pada umumnya, melainkan ditempuh dengan menaiki sepeda ontel.
Kabarnya, mereka butuh waktu 12 bulan atau satu tahun untuk sampai ke tanah suci. Kisah romantis, namun bikin geleng kepala yang dilakukan oleh pasangan suami istri asal Purwokerto ini, bermula saat istrinya ingin sekali naik haji untuk yang pertama kalinya.
Keinginan tersebut diungkapkan sang istri pada tahun lalu. Namun, karena antrean daftar haji di Indonesia cukup padat dan lama, akhirnya Nashrullah mengajak istrinya mengayuh sepeda untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.
Terus Bertalih Sepeda Setiap Hari
Tanpa ada penolakan, ajakan tersebut langsung disambut positif oleh sang istri. Sebelum benar-benar mengayuh sepedanya sampai ke tanah suci, mereka setiap harinya terus berlatih sepeda dengan jarak tempuh yang semakin bertambah setiap harinya. Dari berkeliling sekitaran Purwokerto sampai akhirnya gowes ke Jogja berdua dalam waktu tiga hari.
“Persiapannya sudah lama, sekitar satu tahunan. Tadinya mau sendiri-sendiri. Bukan sepeda tandem. Karena lebih sulit, tapi istri saya penginnya begitu,” kata Nashrullah.
Sebenarnya, sang anak pernah menawarkan untuk menunaikan umrah terlebih dahulu. Namun, sang istri menolak dan tetap ingin menunaikan ibadah haji. Sebelum memutuskan untuk berangkat haji dengan sepeda, ia sempat berpikir untuk menggunakan motor. Namun, ia mengurungkan niat tersebut karena dirasa terlalu sulit.
“Istri saya sudah ditawari anak-anak buat umrah dulu. Tapi tidak mau. Ya sudah, tadinya mau pakai motor. Cari informasi ternyata pakai motor lebih ribet. Belum lagi kalau rusak di jalan, sparepart belum tentu ada.” jelasnya.
Selain itu, jika menggunakan sepeda motor, maka ia harus menyiapkan uang jaminan untuk aturan internasional. Lain halnya jika touring dengan sepeda, cenderung lebih dimudahkan.
“Masuk ke perbatasan pasti ditanya lebih banyak kalau naik motor,” ujarnya.
Salah satu alasan mengapa pasangan suami istri asal Purwokerto ini rela menggunakan sepeda untuk sampai ke tanah suci, yakni karena daftar tunggu haji yang cukup lama. Dan kebetulan, mereka baru ada rezeki untuk menunaikan rukun Islam kelima baru-baru ini.
“Alhamdulillah Allah lagi kasih kemudahan rezeki. Terus kalau daftar sekarang masa tunggunya agak lama. Kami tidak menyalahkan pemerintah. Orang Indonesia minat hajinya sangat tinggi,” ungkapnya.
Menjual Mobil untuk Bekal di Perjalanan
Untuk bisa berangkat haji bersama sang istri, Nashrullah harus merelakan mobilnya untuk dijual dengan harga Rp60 juta. Meski ia menyadari uang tersebut tidak cukup untuk bekal di perjalanan. Namun, ia tetap yakin dengan niatnya itu. Bahkan, sambil melakukan perjalanan, ia juga sambil berdagang obat herbal.
“Saya jual mobil saya seharga Rp60 juta. Sebenarnya kalau dihitung tidak cukup dengan hitungan manusia. Tapi ya sudahlah saya bismillah saja,” jelasnya.
Kini, pasangan suami istri asal Purwokerto itu sudah sampai di Bekasi untuk singgah di rumah teman lamanya. Ia memiliki target untuk bisa mengayuh sepedanya sejauh 60 kilometer per harinya sejak awal berangkat pada Minggu (7/5/2023).
“Saat ini sedang istirahat di Bekasi tempat teman lama saya di Purwokerto. Lagi mencuci pakaian. Tidak gowes hari ini. Alhamdulillah kondisi sehat. Karena perubahan cuaca saja. Di sini kan panas banget. Biasanya kalau di rumah kan pakai kipas angin terus. Ini jadi sedikit serak suara saya. Ibu sehat, lebih sehat dari saya,” katannya.
“Dalam satu hari targetnya 60 km dalam kondisi jalan rata. Dari kemarin alhamdulillah memenuhi target. Malah sempat jalan satu hari 80 km. Start pagi kadang ja 6 atau 7, habis ashar sudah berhenti,” imbuhnya.
Rencananya, ia bersama sang istri akan mengayuh sepedanya melalui rute Pulau Sumatera wilayah timur dan singgah di Pekanbaru di rumah saudaranya. Kemudian lanjut ke Pulau Batam, dan menyebrang ke Singapura dan menyusuri jalan ke arah utara sampai Arab Saudi.
“Menyeberangnya nanti dari Batam terus ke Singapore, Malaysia, Thailand, Myanmar kalau bisa masuk ya, karena saya dengar belum bisa masuk ini Myanmar. Targetnya 12 bulan sampai. Jadi untuk haji tahun 2024. Tapi di dalamnya kan ada umrahnya,” terangnya.
Mereka hanya berbekal pakaian masing-masing tiga set. Lalu pakaian resmi satu set. Serta membawa obat herbal, sparepart seperti ban dalam, rem, dan tak lupa membawa alat rekam video untuk mengabadikan momen selama perjalanan.
Sempat Ditentang oleh Anak-anaknya
Keputusan tersebut semula tak disetuji oleh kelima anak mereka. Mengingat usia keduanya yang tak lagi muda serta jarak tempuh yang sangat jauh. Kelimat anaknya itu bahkan baru mengetahui Nashrullah dan Erma akan berangkat naik haji menggunakan sepeda tandem baru sekitar dua bulan lalu.
“Saya sebagai keluarganya itu tidak mendukung awal mula. Karena faktor usia, lalu pernah sakit kena gejala stroke sampai tidak bisa beraktivitas. Terus kita khawatir, bisa berangkat ke sana tapi ya tidak harus sepeda,” kata Nasrudin (46), menantu anak ketiga Nashrullah.
Ketika itu, mereka sedang santai. Lalu, tiba-tiba saja Nashrulalh izin unutk berangkat haji berdua naik sepeda. Awalnya, mereka mengira itu hanya candaan semata. Namun, rupanya mertuanya itu juga sudah pamit ke rekan komunitas dan jemaah masjid tempat biasanya dia ibadah.
“Posisi kami lagi santai ngobrol sambil makan di rumah. Terus beliau menyampaikan, awalnya tak pikir hanya bercanda. Tapi dua bulan yang lalu itu beliau menyampaikan secara serius keinginannya mengantar ibu mertua naik haji,” ungkapnya.
Nashrullah sebenarnya sudah pernah berhaji. Namun, keberangkatannya kali ini ia niatkan untuk menaikkan haji kedua orangtuanya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
“Memang kalau beliau sendiri bapak mertua saya sudah pernah haji. Terus ibu belum. Nah ini berangkat haji menemani ibu mertua. Beliau sendiri hajinya akan dihadiahkan untuk bapak ibunya yang mualaf sebelum meninggal dunia,” jelasnya.
“Bapak mertua saya sudah mualaf sejak punya anak kedua. Ibunya beliau mualaf sejak tiga bulan sebelum meninggal dunia. Kalau bapaknya mualaf setahun sebelum meninggal,” pungkasnya.
Baca Juga: 8 Persiapan Sebelum Melakukan Ibadah Haji