Asma merupakan jenis penyakit jangka panjang atau kritis pada saluran pernafasan yang ditandai dengan peradangan serta penyempitan saluran napas yang menyebabkan sesak atau susah bernapas. Tidak hanya susah bernapas, penderita asma dapat juga mengalami tanda-tanda lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, serta mengi. Asma dapat diderita oleh semua kelompok umur, baik muda atau tua.
Walau penyebab pasti asma belum diketahui dengan jelas, tetapi ada banyak hal yang sering memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan juga terkena zat kimia.
Untuk seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernafasannya lebih sensitif dibanding orang lain yang tidak hidup dengan keadaan ini. Saat paru-paru teriritasi pemicu asma, maka otot-otot saluran pernafasan penderita asma akan kaku serta membuat saluran itu menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang membuat bernapas semakin sulit dilakukan.
Penderita Asma di Indonesia
Laporan riset kesehatan dasar oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 memprediksi jumlah pasien asma di Indonesia mencapai 4.5 persen dari keseluruhan jumlah penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah menempati peringkat penderita asma paling banyak sebanyak 7.8 persen dari keseluruhan masyarakat di daerah itu.
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka kematian akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24. 773 orang atau sekitar 1, 77 persen dari keseluruhan jumlah kematian penduduk. Sesudah dilakukan penyesuaian usia dari beragam penduduk, data ini sekaligus meletakkan Indonesia di urutan ke-19 di dunia tentang kematian akibat asma.
Pengobatan Asma
Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma, yakni meredakan tanda-tanda asma serta mencegah tanda-tanda tersebut kambuh. Untuk mendukung tujuan itu, dibutuhkan ide pengobatan dari dokter yang sesuai dengan keadaan pasien. Rencana penyembuhan mencakup cara mengenali serta mengatasi tanda-tanda yang memburuk, dan obat-obatan apa yang perlu digunakan.
Penting untuk pasien agar mengetahui beberapa hal yang bisa menyebabkan asma mereka supaya bisa menghindarinya. Bila tanda-tanda asma muncul, obat yang umum dianjurkan yaitu inhaler pereda.
Bila terjadi serangan asma dengan tanda-tanda yang selalu memburuk (secara perlahan atau cepat) walau telah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan yang lain, maka penderita harus langsung memperoleh penanganan di rumah sakit. Walau jarang terjadi, serangan asma mungkin membahayakan nyawa. Untuk penderita asma kronis, peradangan pada saluran napas yang telah berjalan lama serta berulang-ulang dapat mengakibatkan penyempitan permanen.
Komplikasi Asma
Di bawah ini merupakan dampak akibat penyakit asma yang mungkin terjadi:
- Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi).
- Berkurangnya performa di sekolah atau di pekerjaan.
- Tubuh sering merasa lelah.
- Masalah pertumbuhan serta pubertas pada anak-anak.
- Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi normal).
- Pneumonia.
- Gagal pernafasan.
- Kerusakan pada paru-paru.
- Kematian.
Mengendalikan Penyakit Asma
Bila Anda menderita asma atau hidup dengan asma sejak lama, jangan khawatir dengan keadaan ini karena asma adalah penyakit yang masih bisa dikendalikan, asalkan:
- Mengetahui serta menghindari penyebab asma.
- Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat dokter.
- Mengenali serangan asma serta melakukan langkah penyembuhan yang tepat.
- Memakai obat-obatan asma yang dianjurkan oleh dokter dengan teratur.
- Memantau keadaan saluran napas Anda.
Bila pemakaian inhaler pereda asma reaksi cepat semakin meningkat, segera konsultasikan pada dokter supaya rencana penanganan asma Anda sesuai kembali. Selain itu, dianjurkan untuk melakukan vaksinasi influenza serta pneumonia dengan teratur untuk mencegah memburuknya penyakit asma yang dikarenakan kedua penyakit itu.
Gejala Asma
Gejala utama asma meliputi susah bernapas (terkadang dapat membuat penderita megap-megap), batuk-batuk, dada sesak, serta mengi (suara yang dihasilkan saat udara mengalir lewat saluran napas yang menyempit). Jika gejala ini kumat, seringkali penderita asma menjadi susah tidur.
Tingkat keparahan gejala asma beragam, dari mulai yang ringan sampai parah. Memburuknya gejala umumnya berlangsung saat malam hari atau dini hari. Seringkali hal semacam ini membuat penderita asma menjadi susah tidur serta kebutuhan inhaler makin sering. Selain itu, memburuknya gejala dapat juga dipicu oleh reaksi alergi atau kegiatan fisik.
Gejala asma yang tambah buruk secara signifikan disebut serangan asma. Serangan asma umumnya berlangsung dalam kurun waktu 6-24 jam, atau bahkan juga beberapa hari. Walau demikian, terdapat banyak penderita yang tanda-tanda asmanya memburuk dengan sangat cepat kurang dari waktu itu.
Selain susah bernapas, sesak dada, serta mengi yang tambah buruk secara signifikan, tanda-tanda lain serangan asma parah bisa mencakup:
- Inhaler pereda yang tidak ampuh lagi dalam menangani gejala.
- Gejala batuk, mengi serta sesak di dada makin parah serta sering.
- Susah bicara, makan, atau tidur akibat susah bernapas.
- Bibir serta jari-jari yang tampak biru.
- Denyut jantung yang meningkat.
- Pusing, lelah, atau mengantuk.
- Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.
- Jangan abaikan bila Anda atau keluarga Anda mengalami tanda-tanda serangan asma di atas. Segera datangi dokter untuk memperoleh penanganan selanjutnya.
Penyebab Asma
Penyebab asma secara pasti masihlah belum diketahui. Walau begitu, ada banyak hal yang bisa menyebabkan kemunculan tanda-tanda penyakit ini, di antaranya:
- Infeksi paru-paru serta saluran napas yang biasanya menyerang saluran napas bagian atas seperti flu.
- Alergen (bulu hewan, tungau debu, serta serbuk bunga).
- Paparan zat di udara, contohnya asap kimia, asap rokok, serta polusi udara.
- Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, serta pergantian suhu yang drastis.
- Keadaan interior ruangan yang lembap, berjamur, serta berdebu.
- Stres.
- Emosi yang berlebihan (perasaan sedih yang berlarut-larut, marah terlalu berlebih, serta tertawa terbahak-bahak).
- Aktivitas fisik (misalnya berolahraga).
- Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, naproxen, serta ibuprofen) dan obat penghambat beta (umumnya diberikan pada penderita masalah jantung atau hipertensi).
- Makanan atau minuman yang memiliki kandungan sulfit (zat alami yang terkadang dipakai sebagai pengawet), misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir, serta wine.
- Alergi makanan.
- Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam lambung kembali naik ke kerongkongan sehingga mengiritasi saluran cerna bagian atas.
Sangat penting untuk mengetahui apa yang sering menyebabkan timbulnya tanda-tanda jika Anda merupakan seorang penderita asma. Sesudah mengetahuinya, jauhi hal-hal itu sebagai langkah paling baik untuk Anda agar terhindar dari terjadinya serangan asma.
Faktor-Faktor Resiko Asma
Saluran pernafasan orang yang mempunyai asma lebih sensitif serta mudah mengalami inflamasi dibanding dengan orang-orang normal ketika teriritasi oleh penyebab asma.
Ketika tanda-tanda asma muncul, saluran pernafasan akan menyempit serta otot-otot di sekitaran saluran itu mengencang. Selain itu, ada peningkatan peradangan pada lapisan saluran pernafasan serta produksi dahak yang semakin menambah penyempitan pada saluran pernafasan. Dengan menyempitnya beberapa bagian saluran pernafasan, maka udara semakin lebih sulit mengalir serta penderita jadi semakin sulit bernapas.
Menurut riset, terdapat banyak aspek yang bisa meningkatkan resiko seseorang untuk terserang penyakit asma, di antaranya:
- Mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit asma atau
alergi atopik (keadaan yang terkait dengan alergi, misalnya alergi makanan serta eksim). - Menderita penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru ketika masih kecil.
- Lahir dengan berat badan di bawah normal, yakni kurang dari dua kilogram.
- Kelahiran prematur, terutama bila memerlukan ventilator.
- Terkena asap rokok ketikamasih kecil. Pada masalah ibu yang merokok saat hamil, resiko anak untuk menderita asma akan bertambah.
Diagnosis Asma
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit asma, dokter perlu melakukan beberapa tes. Tetapi sebelum tes dijalankan, dokter umumnya akan mengajukan pertanyaan seputar tanda-tanda yang dirasa, contohnya apakah pasien suka mengalami sesak napas, nyeri dada, mengi, susah bicara, serta keadaan bibir atau kuku berubah warna jadi kebiruan.
Bila jawabannya positif, maka setelah itu dokter akan bertanya tentang waktu kemunculan tanda-tanda tersebut . Misalnya apakah saat malam hari atau dini hari, saat olahraga, saat merokok, saat ada di dekat binatang berbulu, saat tertawa, saat terasa stres, atau tidak dapat diprediksi. Selain itu, dokter juga perlu bertanya apakah pasien mempunyai keluarga yang mempunyai riwayat penyakit asma atau alergi.
Bila semua info yang didapatkan dari pasien mengarah pada penyakit asma, maka setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik serta tes laboratorium. Tes laboratorium dapat dilakukan untuk menguatkan bukti. Tes yang paling sering dilaksanakan yaitu spirometri. Di dalam tes ini, pasien akan diminta dokter untuk menarik napas dalam-dalam serta mengembuskannya secepat mungkin ke satu alat yang diberi nama spirometer. Tujuan tes ini yaitu untuk mengukur kemampuan paru-paru dengan berpatokan pada volume udara yang bisa pasien embuskan dalam satu detik serta jumlah keseluruhan udara yang diembuskan. Adanya hambatan pada saluran pernafasan yang mengarah pada asma bisa diketahui oleh dokter sesudah membandingkan data yang di dapat dengan ukuran yang dianggap sehat pada orang-orang seusia pasien. Selain berpatokan pada ukuran sehat, asma dapat juga dideteksi lewat spirometri dengan cara membandingkan data awal dengan data sesudah pasien diberikan obat inhaler. Bila sesudah diberikan inhaler hasilnya jadi lebih bagus, maka pasien besar kemungkinan menderita asma.
Tes selanjutnya yang dapat digunakan untuk mendiagnosis asma yaitu tes kadar arus ekspirasi puncak. Di dalam tes yang dibantu dengan alat bernama peak flow meter (PFM) ini, kecepatan udara dari paru-paru dalam sekali napas yang dapat diembuskan oleh pasien akan diukur guna memperoleh data tingkat arus ekspirasi puncak (PEFR). Dokter umumnya merekomendasikan pasien untuk membeli sebuah PFM untuk dipakai di rumah, dan membuat catatan PEFR setiap harinya. Selain itu, pasien akan disarankan untuk mencatat setiap tanda-tanda yang terlihat agar dokter dapat mengetahui kapan asma memburuk.
Bila pasien merasa kalau tanda-tanda gangguan pernafasan sering pulih saat sedang tak bekerja, kemungkinan pasien menderita asma yang terkait dengan kondisi pekerjaan. Kemungkinan di tempat pasien bekerja ada zat-zat yang menyebabkan kambuhnya tanda-tanda asma. Hal ini umumnya terjadi pada orang-orang yang berprofesi sebagai perawat, pegawai pabrik pengolahan bahan kimia, staf laboratorium, tukang cat, tukang las, pekerja pengolahan kayu, pengurus hewan, serta pekerja pengolahan makanan. Untuk mendukung diagnosis, umumnya dokter akan meminta pasien melakukan tes aliran ekspirasi puncak (PEFR) dengan memakai peak flow meter (PFM), baik di tempat bekerja ataupun di luar lingkungan kerja. Dari data yang didapat, dokter dapat memprediksi apakah pasien menderita asma akibat pekerjaan.
Bila Anda terdiagnosis menderita asma akibat paparan zat di lingkungan pekerjaan, infokan hasil diagnosis itu pada perusahaan tempat Anda bekerja, terutama di bagian layanan kesehatan kerja. Perusahaan mempunyai tanggung jawab untuk menjamin kesehatan karyawan.
Misalnya, jika asma Anda dipicu kandungan zat yang ada pada bahan baku produksi, maka minta perusahaan untuk memberi Anda peralatan yang bisa melindungi diri dari paparan zat itu atau memindahkan Anda ke divisi lain yang tidak melibatkan pengolahan secara langsung. Hal semacam ini dapat coba Anda utarakan jika perusahaan tak memungkinkan untuk mengganti bahan-bahan produksi itu dengan bahan-bahan yang lebih aman.
Bila dalam waktu setahun Anda tetap sering terserang asma saat ada di tempat kerja, maka pikirkan untuk mencari pekerjaan baru.
Tes Lainnya
Selain spirometri serta tes kadar arus ekspirasi puncak, beberapa tes yang lain mungkin saja diperlukan pasien untuk menguatkan dugaan asma atau membantu mendeteksi penyakit-penyakit selain asma. Contoh-contoh tes itu yaitu:
Tes untuk melihat ada peradangan pada saluran napas. Dalam tes ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas saat pasien bernapas. Bila kandungan zat itu tinggi, maka mungkin saja merupakan sinyal tanda peradangan pada saluran pernafasan. Selain oksida nitrat, dokter akan mengambil sampel dahak untuk mengecek apakah paru-paru pasien mengalami radang.
Tes responsivitas saluran napas (uji provokasi bronkus). Tes ini dipakai untuk memastikan bagaimana saluran pernafasan pasien bereaksi saat terkena salah satu penyebab asma. Dalam tes ini, pasien umumnya akan diminta menghirup serbuk kering (mannitol). Kemudian pasien akan diminta untuk hembuskan napas ke dalam spirometer untuk mengukur seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 serta FVC sesudah terserang pemicu. Bila hasilnya turun drastis, maka bisa diperkirakan pasien menderita asma. Pada anak-anak, selain mannitol, media yang dapat digunakan untuk memicu asma yaitu olah raga.
Pemeriksaan status alergi. Pemeriksaan ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah beberapa gejala asma yang dirasa oleh pasien dikarenakan oleh alergi. Misalnya alergi pada makanan, tungau, debu, serbuk sari, atau gigitan serangga.
CT Scan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh dokter apabila mencurigai kalau tanda-tanda sesak napas pada diri pasien bukanlah dikarenakan oleh asma, tetapi infeksi di dalam paru-paru atau kelainan struktur rongga hidung.
Pemeriksaan rontgen. Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan CT Scan, yakni untuk melihat apakah masalah pernafasan disebabkan oleh keadaan lain.
Pengobatan Asma
Tujuan pengobatan asma yaitu mengendalikan tanda-tanda serta mencegah munculnya kembali serangan. Untuk sebagian besar penderita asma, obat-obatan serta cara penyembuhan yang ada sekarang ini telah terbukti efektif dalam menjaga agar tanda-tanda asma tetap terkontrol.
Untuk memperoleh hasil yang efektif, dokter harus menyesuaikan pengobatan dengan gejala-gejala asma yang terlihat. Selain itu, pasien harus melakukan pemeriksaan secara teratur (sedikitnya sekali dalam setahun) untuk memastikan pengobatannya tepat serta penyakit asma sudah berada dalam kendali. Kadang-kadang pasien memerlukan tingkat pengobatan yang lebih tinggi pada jangka waktu tertentu.
Rencana Penanganan Asma
Info tentang obat-obatan harus disertakan dalam rencana penanganan asma. Rencana penanganan ini dapat juga membantu Anda untuk mengetahui kapan tanda-tanda dapat lebih buruk serta langkah apa yang perlu diambil. Setidaknya sekali dalam setahun, rencana penanganan asma itu harus Anda tinjau lagi dengan dokter. Bahkan juga peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan bila tanda-tanda asma sudah mencapai tingkat parah.
Anda mungkin saja akan direkomendasikan untuk membeli peak flow meter (PFM) atau alat pengukur aliran ekspirasi puncak sebagai bagian dari penyembuhan. Dengan langkah tersebut Anda bisa memonitor asma Anda sendiri sehingga bisa mengetahui serangan asma lebih dini serta mengambil langkah yang diperlukan.
Obat-Obatan Asma yang Disarankan
Umumnya obat-obatan asma diberikan lewat alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk asma). Alat ini bisa mengirimkan obat ke dalam saluran pernafasan secara langsung lewat cara dihirup melalui mulut. Memakai obat asma dengan cara dihirup dinilai efisien karena obat itu langsung menuju paru-paru. Meski begitu, setiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Umumnya dokter akan mengajari Anda langkah memakai alat itu serta melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Selain inhaler, ada pula yang disebut sebagai spacer. Ini adalah wadah dari logam atau plastik yang dilengkapi dengan corong isap di satu ujungnya serta lubang di ujung yang lain untuk dipasangkan inhaler. Ketika inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer serta dihirup lewat corong spacer tersebut. Spacer dapat juga mengurangi resiko sariawan di mulut atau tenggorokan akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.
Spacer dapat meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru serta mengurangi efek sampingnya. Sebagian orang bahkan juga merasa lebih mudah menggunakan spacer daripada inhaler saja. Pada kenyataannya karena bisa meningkatkan distribusi obat ke paru-paru, pemakaian spacer sering direkomendasikan.
Sebagai bagian dari penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan kalau dokter atau apoteker mengajari langkah memakai inhaler dengan benar.
Langkah Penanganan Serangan Asma Dengan Inhaler
Bila mendadak tanda-tanda asma Anda kambuh, lakukan tiga hal utama berikut. Pertama,segera keluarkan inhaler jenis pereda serta isap 1 atau 2 kali. Kemudian, lakukan langkah kedua dengan cara duduk tenang serta coba bernapas secara stabil. Jika tanda-tanda asma masih belum mereda, maka lakukan langkah ketiga dengan cara menghisap inhaler Anda kembali 2 kali (atau sampai 10 kali bila dibutuhkan) setiap dua menit sekali.
Jika semua langkah tersebut tetaplah tak meredakan tanda-tanda asma serta Anda khawatir keadaan dapat menjadi lebih buruk, maka segeralah telepon ambulans atau minta orang-orang di sekitar Anda untuk membawa Anda ke rumah sakit. Sebelum Anda benar-benar memperoleh penanganan rumah sakit, ulangilah selalu langkah ketiga.
Obat-Obatan Asma Lainnya
Selain dengan inhaler, penanganan asma dapat juga dilakukan dengan obat-obatan seperti:
Steroid oral. Tablet steroid mungkin saja akan diresepkan dokter bila asma Anda masih belum dapat dikendalikan. Penyembuhan ini umumnya diawasi oleh dokter spesialis paru yang menangani penderita asma karena bila dipakai secara jangka panjang (misalnya lebih dari tiga bulan), berisiko mengakibatkan efek samping tertentu, seperti hipertensi, kenaikan berat badan, otot melemah, pengeroposan tulang, kulit menipis serta mudah memar. Selain itu, efek samping lebih serius yang mungkin terjadi yaitu katarak serta glaukoma. Oleh karenanya penyembuhan dengan steroid oral hanya disarankan bila Anda sudah melakukan langkah penyembuhan yang lain, tetapi belum berhasil. Sebagian besar orang hanya perlu memakai steroid oral selama 1-2 minggu serta sebagai obat tambahan untuk mengatasi infeksi tambahan (seperti infeksi pada paru). Umumnya mereka akan kembali pada pengobatan setelah sebelumnya asma bisa dikendalikan. Sebaiknya Anda teratur memeriksakan diri agar terbebas dari osteoporosis, diabetes, serta tekanan darah tinggi.
Tablet theophylline. Obat yang dapat digunakan sebagai obat pencegah tanda-tanda asma ini bekerja dengan cara memperlebar saluran napas dengan melemaskan otot-otot di sekitarnya. Pada sebagian orang, tablet theophylline diketahui mengakibatkan efek samping, seperti mual, sakit kepala, muntah, insomnia, dangangguan perut. Tetapi hal semacam ini umumnya bisa dihindari dengan penyesuaian dosis.
Tablet leukotriene receptor antagonist (montelukast). Obat ini bekerja melalui cara menghambat bagian dari reaksi kimia yang mengakibatkan radang di dalam saluran pernafasan. Sama dengan theophylline, obat ini dipakai untuk mencegah tanda-tanda asma. Leukotriene receptor antagonist bisa menyebabkan efek samping sakit kepala serta gangguan perut.
Ipratropium. Walau lebih banyak diresepkan pada masalah bronkitis kronis serta emfisema, ipratropium dapat juga dipakai untuk menanggulangi serangan asma. Obat ini dapat memperlancar aliran pernafasan dengan cara melemaskan otot-otot saluran pernafasan yang mengencang saat tanda-tanda asma kambuh.
Omalizumab. Obat ini dapat menurunkan resiko terjadinya peradangan saluran pernafasan dengan cara mengikat salah satu protein yang ikut serta di dalam respons imun serta mengurangi kadar pada darah. Biasanya, omalizumab direferensikan untuk penderita yang menderita asma karena alergi serta kerap mengalami serangan asma. Sebagai obat yang umumnya hanya diresepkan oleh dokter spesialis, omalizumab diberikan lewat cara disuntikkan setiap 2-4 minggu sekali. Pemakaian omalizumab harus dihentikan bila obat ini tidak berhasil mengendalikan asma dalam kurun waktu enam belas minggu.
Bronchial thermoplasty. Ini adalah prosedur penyembuhan asma baru yang masih terus diteliti serta belum ada di Indonesia. Dalam beberapa masalah, prosedur ini dipakai untuk menyembuhkan asma kronis dengan cara merusak otot-otot sekitar saluran napas yang bisa mengurangi penyempitan pada saluran pernafasan. Terdapat banyak bukti yang menunjukkan kalau prosedur ini bisa mengurangi serangan asma serta memperbaiki kualitas hidup penderita asma kronis. Meski begitu, keuntungan ataupun kerugian secara jangka panjangnya belum seutuhnya diketahui.
Metode Pengobatan yang Sifatnya Pelengkap
Latihan pernafasan adalah metode pelengkap pengobatan penyakit asma yang paling dianjurkan. Serta ada bukti kalau metode ini bisa mengurangi tanda-tanda asma dan kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian orang. Latihan pernafasan dapat mencakup yoga, teknik pernafasan Buteyko, serta teknik pernafasan yang diajarkan fisioterapis.
Selain latihan pernafasan, metode pengobatan pelengkap yang lain yaitu:
- Akupunktur
- Obat herbal tradisional Tiongkok
- Homeopati
- Terapi suplemen oral
- Hipnosis
- Terapi Ionisasi
- Chiropractic
Walau demikian, di antara seluruh pengobatan pelengkap yang sudah dijelaskan, hanya latihan pernafasan yang dapat dibuktikan efisien mengurangi tanda-tanda serta kebutuhan penderita akan obat asma. Untuk terapi pelengkap yang lain, masih diperlukan riset selanjutnya akan efeknya pada penyakit asma.
Baca juga: Sudah Kenal Dengan Orkes Hamba Allah? Kenalan Dulu Yuuuk…