Seruni.id – Fathimah Azzahra, adalah salah satu sosok wanita tangguh yang wajib kita teladani. Fathimah, putri Rasulullah dikenal dengan sebutan Ummu Abiha, yaitu Ibu dari Ayahnya.
Fathimah mendapat julukan demikian, karena sepeninggal Khodijah, ibunya, Fathimah berperan sebagai putri sekaligus Ibu bagi ayahnya. Fathimahlah yang mengurusi segala keperluan ayahnya mulai dari memasak, menyiapkan pakaiannya, dan juga sampai melindungi ayahnya dari kaum kafir quraisy. Fathimah dengan keberanian dan ketegasannya, selalu siap sedia berada di garda terdepan demi mendukung dan juga menjaga ayahnya.
Fathimah juga layak disebut sebagai wanita tangguh karena dia berjuang untuk menjaga kesucian dirinya. wanita yang mampu menjaga dirinya, menahan hawa nafsunya, karena dia takut pada Allah dan selalu ingat ayat Allah yang berbunyi “Jangan engkau dekati zina”.
Walaupun Fathimah sejak kecil sudah jatuh cinta kepada Ali bin Abi Thalib, namun tidak ada seorang pun yang tahu. Bahkan digambarkan bahwa setan pun tak tahu tentang perasaan Fathimah ini saking rapat disimpannya.
Rasa menyukai dan mencintai seseorang itu adalah fitrah dari Allah, tetapi Allah meminta kita untuk menjaganya, menahannya, karena orang itu belum halal bagi kita. Jadi, simpan, pendam, dan doakanlah orang yang kau cintai, seperti yang dilakukan Fathimah kepada Ali.
Kisah cinta Fathimah dan Ali mengalahkan keromantisan Rangga dan Cinta, maupun Dilan dan Milea. Tak ada puisi seperti yang Rangga buat, tak ada juga TTS seperti yang Dilan hadiahkan untuk Milea.
Kisah cinta mereka begitu romantisnya karena keduanya saling merahasiakan dari siapapun. Hingga malam pertama ketika akhirnya mereka menikah, Fathimah menyampaikan,
“Suamiku, sesungguhnya sejak dulu telah ada satu laki-laki yang aku cintai, “
Ali pun terkejut dan mengatakan,
“Wahai istriku, mengapa engkau menerima lamaranku sedangkan engkau mencintai laki-laki lain?”
Fathimah pun menjawab,
“Suamiku, laki-laki yang aku cintai sejak dulu itu adalah engkau.”
Nah, belajar dari kisah cinta yang halal milik Fathimah dan Ali, sesungguhnya mencintai dalam diam ternyata jauh lebih menyenangkan dan terhindar dari dosa.
Seperti puisi Rumi yang berbunyi,
Aku memilih mencintaimu dalam diam. Karena dalam diam tak akan ada penolakan.
Aku memilih mencintaimu dalam kesepian. Karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memilikimu, kecuali aku.
Aku memilih memujamu dari kejauhan. Karena kejauhan melindungiku dari rasa sakit.
Aku memilih menciummu dalam angin. Bukankah bibirku juga akan merasakan kelembutan dari angin?
Aku memilih memilikimu dalam mimpi. Karena dalam mimpiku, kamu tidak akan pernah mati.
Sudah siapkah kamu menjadi wanita tangguh seperti Fathimah?
-Anggraini-