5 Stigma Masyarakat Terhadap Wanita

5 Stigma Masyarakat Terhadap Wanita
greatmind.id

Seruni.id – Apakah kamu pernah mendengar ungkapan “perempuan lemah”, “tempatnya perempuan di dapur”, atau “kecantikan adalah modal utama perempuan”? Ungkapan-ungkapan tersebut hanyalah contoh kecil dari stigma masyarakat terhadap wanita di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Stigma masyarakat terhadap wanita bukan hanya sebatas pada kata-kata, tetapi menjadi realitas pahit yang menghambat langkah perempuan untuk maju dan berkarya. Stigma ini bagaikan belenggu yang merenggut hak dan kebebasan perempuan.

Perempuan kerap kali dihakimi atas pilihan hidup mereka, diragukan kemampuannya, dan bahkan menjadi korban kekerasan. Stigma ini juga memicu rasa tidak percaya diri dan menghambat perempuan untuk bisa meraih mimpi mereka.

Berikut Seruni telah merangkum beberapa stigma masyarakat terhadap wanita yang masih terus terjadi sampai saat ini, di antaranya:

 

1. Stigma di Tempat Kerja

Bayangkan kamu telah bekerja keras, menyelesaikan tugas yang sama dengan para pria, namun kamu harus menerima gaji yang lebih rendah daripada mereka. Realitas pahit ini dialami oleh banyak perempuan di seluruh dunia, di mana bias gender masih menjadi akar permasalahan utama kesenjangan di tempat kerja.

Meski memiliki kualifikasi dan pengalaman yang setara, tetapi perempuan, terutama perempuan kulit hitam, penduduk asli, dan orang-orang berwarna lainnya, masih terjebak dalam siklus diskriminasi upah.

Bahkan, berdasarkan sebuah survei menunjukkan, bahwa perempuan kulit hitam yang bekerja penuh waktu, mereka hanya mendapatkan bayaran sekitar 35 persen lebih rendah dari pria non-penduduk asli.

 

2. Stigma Perempuan Marah

Perempuan yang berani menyuarakan pendapat dan menunjukkan sikap tegas, sering kali disalahartikan sebagai sosok yang penuh amarah dan agresif. Stigma masyarakat terhadap wanita yang satu ini, seolah menjadi belenggu yang membungkam suara perempuan.

Akibat adanya stigma tersebut, mereka dipaksa menyembunyikan ketegasannya demi menghindari penilaian negatif dan diskriminasi. Perlu diketahui, bahwa dampak dari stigma yang satu ini sangatlah besar.

Mereka yang dibungkam ketegasannya akan kehilangan kesempatan untuk memimpin, berinovasi, dan berkontribusi secara maksimal di masyarakat. Kepercayaan diri mereka terkikis, digantikan oleh rasa ragu dan ketakutan untuk tampil berbeda.

 

3. Stigma Tentang Menyusui

Ibu yang memilih untuk menyusui di tempat umum tak jarang mendapatkan pandangan aneh dan komentar merendahkan. Seolah-olah tindakan menyusui di depan umum adalah hal yang tabu dan tidak senonoh. Stigma ini membuat ibu-ibu menyusui merasa tidak nyaman dan malu, bahkan terkadang diusir dari tempat umum.

Di sisi lain, ibu yang memilih untuk tidak menyusui juga tak luput dari cibiran dan tuduhan. Dianggap tidak sayang anak, tidak peduli dengan kesehatan bayinya, dan bahkan egois. Hal ini tentu saja menambah beban mental bagi para ibu yang sudah dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam mengasuh anak.

Dilema menyusui ini mencerminkan budaya patriarki yang masih mengakar kuat dalam masyarakat. Perempuan sering kali dihakimi atas pilihannya dalam mengurus anak, seolah-olah mereka tidak memiliki hak untuk menentukan apa yang terbaik bagi buah hati mereka.

 

4. Stigma Umum Gender

Anak perempuan sering kali dipuji atas penampilan mereka daripada keberanian atau kecerdasan mereka. Anak perempuan juga sering merasa sulit untuk berbicara karena perasaan tidak nyaman akibat gender mereka, yang berpotensi menghambat potensi dan ide-ide brilian yang bisa mereka sumbangkan.

 

5. Stigma Usia

Perempuan yang berada di usia tua sering dianggap tidak relevan dalam masyarakat. Padahal, dengan bertambahnya usia, mereka memiliki pengalaman, kebijaksanaan, dan kesuksesan yang berharga.

Namun, mereka sering kali merasa tidak dihargai dan bahkan diabaikan. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dan merugikan bagi mereka yang sebenarnya memiliki banyak kontribusi positif yang bisa diberikan.

Baca Juga: 5 Cara Menjadi Wanita Independen Agar Tidak Mudah Diremehkan Orang Lain

Itulah beberapa stigma masyarakat terhadap wanita yang masih sangat sering terjadi. Dengan begitu, kita harus bisa menciptakan masyarkaat yang lebih adil dan inklusif, sebagai salah satu cara mengatasi berbagai stigma yang masih menghalangi kemajuan perempuan. Melalui kesadaran, pendidikan, dan tindakan nyata, kita dapat memperbaiki perlakuan yang tidak adil dan memberikan ruang bagi semua orang tanpa memandang gender.