5 Jenis Kekerasan Psikologis pada Anak yang Jarang Diketahui Orang Tua

5 Jenis Kekerasan Psikologis pada Anak yang Jarang Diketahui Orang Tua
hellosehat.com

Seruni.id – Masa kanak-kanak merupakan periode emas bagi perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Di masa ini, mereka bagaikan spons yang menyerap segala informasi dan pengalaman yang mereka dapatkan di lingkungannya. Namun, tak jarang masa indah ini ternoda oleh berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan psikologis. Kekerasan psikologis pada anak adalah segala tindakan yang menyebabkan anak mengalami rasa sakit emosional, ketakutan, dan trauma.

5 Jenis Kekerasan Psikologis pada Anak yang Jarang Diketahui Orang Tua
hellosehat.com

Meski tidak meninggalkan luka fisik, kekerasan psikologis dapat membekas jauh lebih dalam dan memiliki dampak jangka panjang bagi perkembangan anak. Namun sayangnya, para orang tua kerap tidak sadar telah melakukan hal tersebut pada anak. Maka dari itu, melalui artikel ini, Seruni akan membahas beberapa jenis kekerasan psikologis pada anak beserta dampaknya. Yuk simak di bawah ini:

 

1. Bersikap Tidak Peduli

Hubungan yang erat antara orang tua dan anak, merupakan faktor penting dalam mendukung perkembangan emosional anak. Namun, karena hubungan antara orang tua dan anak itu dinamis, sehingga tidak semua bisa berjalan dengan lancar. Sebab, terkadang ada beberapa tindakan dari orang tua, disengaja atau tidak, dapat membuat anak merasa tidak nyaman secara emosional, termasuk merasa diabaikan.

Pada kasus orang tua yang terlalu sibuk bekerja misalnya, membuat mereka jarang berinteraksi dengan anak. Tanpa disadari, orang tua munkin mulai mengabaikan kehadiran si kecil. Mungkin banyak yang menganggap ini merupakan hal biasa. Namun, siapa sangka, sikap tersebut bisa membuat anak merasa rendah diri.

Contoh sikap orang tua yang bisa membuat anak merasa terabaikan adalah ketika si kecil memberikan pertanyaan, tetapi orang tua tidak menjawab dan mengabaikannya. Hal ini akan membuat mereka merasa tidak penting dan tidak dihargai. Begitu pula ketika anak mencoba berbicara atau menunjukkan sesuatu yang penting bagi mereka, namun orang tua tidak memberikan respons, anak akan merasa kesepian dan terabaikan.

Terlihat sepele memang. Namun, jika sikap seperti ini terus dilakukan, tidak menutup kemungkinan akan menganggu perkembangan emosional anak, menyebabkan mereka merasa rendah diri anak tidak percaya diri dalam mengungkapkan perasaan atau pendapat mereka.

 

2. Menjauhkan Anak dari Lingkungannya

Jenis kekerasan psikologis pada anak berikutnya adalah melarang mereka untuk bermain bersama teman-temannya. Para orang tua mungkin sering melakukan hal ini, dengan dalih “demi kebaikan anak”. Padahal, tindakan ini bisa merusak sisi emosional anak yang akan berdampak pada kehidupannya di masa depan.

Hal lainnya adalah orang tua terlalu mengendalikan setiap aspek kehidupan anak, termasuk memilih siapa yang boleh bermain dengan mereka, aktivitas apa yang boleh dilakukan, dan kapan mereka boleh keluar rumah. Tahukah kamu? Tindakan demikian akan membuat anak merasa tidak memiliki kebebasan dan kehilangan kesempatan untuk belajar membuat keputusan sendiri.

Contoh lainnya, ketika anak melakukan sebuah kesalahan, orang tua akan memberikan hukuman dalam bentuk isolasi, seperti mengurung anak di kamar atau tidak mengizinkan mereka berinteraksi dengan orang lain. Padahal, tanpa disadari, hukuman tersebut dapat menyebabkan trauma emosional dan memperburuk perasaan kesepian dan penolakan pada anak.

 

3. Menolak Kehadiran Anak

Tindakan penolakan yang biasa dilakukan orang tua kepada anak, seperti meremehkan perasaannya merupakan salah satu jenis kekerasan psikologis. Misalnya, ketika si kecil menangis karena mainannya rusak atau hilang, orang tua justru berkata dengan nada yang menyepelekan, seperti “Ini kan hanya mainan, gak usah lebay”. Ini merupakan tindakan yang tidak mengakui perasaan anak, hingga membuat mereka merasa tidak penting.

Saat anak mengungkapkan pendapat atau idenya, tetapi orang tua langsung menolaknya tanpa mempertimbangkan perasaannya, akan membuat anak tumbuh dengan presepsi negatif tentang dirinya sendiri. Mereka mungkin merasa tidak berharga atau tidak cukup baik, yang dapat mempengaruhi keyakinan mereka dalam kemampuan diri sendiri. Penolakan yang dilakukan berulang kali dapat menyebabkan si kecil mengalami stres secara emosional. Dampaknya anak dapat mengalami kecemasan, depresi, atau perasaan putus asa. Mereka mungkin merasa tidak dicintai atau tidak diinginkan.

 

4. Melakukan Peneroran pada Anak

Apa sih yang dimaskud dengan sikap meneror anak? Meneror ini bisa diartikan sebagai tindakan-tindakan yang berupa ancan, teriakan, atau kutukan kepad anak. Contoh tindakan ancaman yang dimaksud adalah saat orang tua mengatakan kepada anak, bahwa mereka akan dihukum secara fisik atau akan kehilangan sesuatu yang berharga jika tidak menuruti perintah orang tua.

Misalnya, “Kalau kamu nakal, nanti mainannya ibu buang, ya” atau “Jadi anak yang nurut, kalau tidak kamu tidak boleh beli mainan lagi”. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tetapi tindakan ini bisa menimbulkan rasa takut yang mendalam pada anak, bahkan bisa membuat merasa merasa tidak aman dan cemas.

Bentuk teror lainnya berupa teriakan atau omelan dengan nada keras juga bisa menyebabkan anak merasa terintimidasi, tertekan, dan tidak dihargai. Ini juga bsia merusak hubungan antara anak dan orang tua, hingga membuat mereka enggan berkomunikasi.

Penting bagi orangtua untuk menyadari dampak negatif dari tindakan meneror dan berusaha untuk menggunakan pendekatan yang lebih positif dalam mendidik anak. Lebih baik, kamu bisa menggunakan nada bicara yang tenang dan lembut ketika berkomunikasi dengan anak, bahkan ketika mereka melakukan kesalahan dan menghindari penggunaan ancaman atau hukuman fisik sebagai metode disiplin, dan menggunakan pendekatan disiplin yang lebih positif dan efektif.

 

5. Menghina Anak dengan Kata-kata Kasar

Jenis kekerasan psikologis berikutnya yaitu tindakan penghinaan pada anak dengan menggunakan kata-kata kasar. Seperti “bodoh”, “tidak berguna” atau menyebutkan kelemahan fisik anak. Tindakan ini sebaiknya dihindarkan, ya. Pasalnya, memori anak akan merekam dan terus menyimpan semua perkataan tersebut sampai mereka dewasa.

Ini bisa sangat berpengaruh terhadap cara mereka melihat dirinya sendiri, hubungannya dengan orang lain, dan bahkan kepercayaan mereka terhadap orang tua atau otoritas lainnya. Jika anak terus-menerus diperlakukan dengan kata-kata yang merendahkan, mereka mungkin tumbuh dengan rasa rendah diri, kekurangan percaya diri, atau bahkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi.

Jadi, sangat penting bagi orangtua untuk memperhatikan bagaimana mereka berbicara dengan anak-anak mereka dan berusaha untuk memberikan dukungan, dorongan, dan komunikasi yang positif. Mendengarkan dan memahami perasaan anak juga penting untuk membangun hubungan yang sehat dan memastikan bahwa kata-kata yang diucapkan oleh orangtua memiliki dampak positif dalam perkembangan anak.

Baca Juga: Dampak Psikologis Anak yang Dijadikan Konten Medsos Orang Tua

Jadi, itulah jenis kekerasaan psikologis pada anak yang kerap dilakukan oleh orang tua. Dengan memahami jenis-jenis kekerasan ini, diharapkan orang tua, guru, dan masyarakat luas dapat lebih waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi anak-anak dari bahaya kekerasan psikologis.