Seruni.id – Banyak orang tua yang kerap merasa frustasi ketika menghadapi anak yang sering tantrum. Apakah kamu salah satunya? Tantrum sendiri merupakan kondisi normal yang terjadi pada anak dalam masa perkembangannya. Tantrum bisa diartikan sebagai suatu letupan amarah anak yang kerap terjadi untuk menunjukkan sikap negativistik atau penolakan.
Kadang kala, kondisi ini sering membuat orang tua merasa kewalahan dan bingung bagaimana mengatasinya. Sebelum melakukan tindakan untuk mengatasi kondisi tersebut, sebaiknya para orang tua mencari tahu lebih dulu alasan di balik anak sering tantrum. Daripada kamu penasaran, yuk langsung simak beberapa alasan di balik anak tantrum dan cara mengatasinya secara bijak.
1. Ekspresi Emosi yang Belum Terkendali
Tantrum merupakan ledakan emosi yang umum terjadi pada anak-anak, khususnya di usia 1-4 tahun. Hal ini wajar terjadi karena pada usia tersebut, anak masih memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan perasaannya. Mereka masih dalam tahap belajar untuk memahami dan mengendalikan emosinya.
Seringkali, tantrum muncul ketika anak merasa frustrasi, kesal, atau kecewa. Namun, karena keterbatasan kemampuan verbalnya, mereka belum mampu menyampaikan perasaan tersebut dengan kata-kata. Hal ini mendorong mereka untuk meluapkan emosinya melalui cara yang lebih non-verbal, seperti menangis, berteriak, berguling-guling di lantai, atau bahkan melempar barang.
Sebagai orang tua, penting untuk memahami bahwa tantrum adalah bagian dari proses perkembangan anak. Jangan panik atau marah saat anak tantrum. Tetaplah tenang dan tunjukkan empati kepada anak. Bantulah mereka untuk memahami dan mengelola emosinya dengan cara yang lebih positif.
2. Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi
Tantrum tak hanya menjadi momok bagi anak-anak, tetapi juga bagi orang tua. Di balik luapan emosi yang meledak-ledak, terdapat berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Salah satu yang paling umum adalah ketidakpuasan kebutuhan dasar anak.
Ketika anak merasa lapar, lelah, haus, atau bosan, mereka akan mengalami ketidaknyamanan yang cukup signifikan. Rasa tidak nyaman ini, jika tidak dikomunikasikan dengan baik, dapat memicu kemarahan dan frustrasi. Hal inilah yang kemudian memicu tantrum sebagai cara mereka untuk mengekspresikan diri.
3. Batasan Diri yang Belum Terbentuk
Salah satu alasan mengapa anak tantrum adalah karena mereka masih dalam tahap belajar tentang batasan dan aturan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan atau tidak bisa melakukan apa yang mereka mau, mereka mungkin merasa frustrasi dan bingung. Kemampuan mereka untuk mengkomunikasikan perasaan ini dengan kata-kata masih terbatas, sehingga tantrum menjadi cara mereka untuk mengekspresikan diri.
4. Ketidakmampuan dalam Mengatasi Frustasi
Tantrum pada anak seringkali dipicu oleh rasa frustrasi dan kegagalan dalam menghadapi situasi tertentu. Hal ini berbeda dengan orang dewasa yang memiliki kemampuan yang lebih mumpuni untuk mengatasi perasaan tersebut.
Ketika anak sedang bermain, belajar, atau melakukan sesuatu, mereka mungkin menemui kesulitan atau hambatan yang tidak dapat mereka atasi. Ketidakmampuan ini kemudian memicu rasa frustrasi dan ketidakberdayaan.
5. Perhatian dan Penyesuaian Diri
Anak-anak kerap kali tantrum sebagai senjata untuk menarik perhatian orang dewasa, demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka belajar bahwa dengan merengek atau marah, mereka bisa mendapatkan perhatian dan respon dari orang tua atau pengasuh mereka.
Cara Mengatasi Anak yang Sering Tantrum
Jadi, bagaimana untuk mengatasi anak yang sering tantrum? Bagi para orang tua atau calon orang tua, kalian bisa menyimak beberapa caranya berikut ini, ya.
- Tetap Tenang dan Jangan Panik: Ketika terjadi tantrum pada anak, usahakan untuk tetap tenang dan tidak panik, ya. Karena panik hanya akan memperburuk situasi. Sebaiknya ambil napas dalam-dalam dan ingat bahwa tantrum adalah hal wajar dan akan segera berlalu.
- Menjauhkan Anak dari Bahaya: Tantrum terjadi karena anak belum bisa meregulasi emosinya dengan baik. Sehingga apapun bisa mereka lakukan. Tidak hanya berteriak dan menangis saja, tetapi melempar benda pun bisa dilakukannya. Jadi, jika terjadi tantrum pada anak sebaiknya segeralah menjauhkan anak dari benda atau tempat yang berbahaya ke tempat yang lebih aman.
- Validasi Perasaan Anak: Bukan hanya orang dewasa saja yang perasaannya perlu divalidasi, tetapi anak-anak pun memerlukan hal yang sama. Ketika mereka sedang tantrum, cobalah katakan padanya bahwa kamu mengerti perasaannya.
- Menawarkan Bantuan: Tanyakan pada anak apakah ada yang bisa kamu bantu untuk menenangkan mereka. Contohnya, “Apakah kamu mau minum air atau dipeluk?”
- Mengalihkan Perhatian nak: Jika memungkinkan, cobalah alihkan perhatian anak dengan hal lain yang menarik. Contohnya, ajak mereka bermain, baca buku cerita, atau tunjukkan sesuatu yang menarik di sekitar.
- Abaikan Perilaku Negatif: Jika anak tantrum karena ingin mendapatkan sesuatu, jangan berikan. Tetaplah konsisten dengan aturan yang kamu buat.
- Berikan Waktu untuk Tenang: Jika anak sudah mulai tenang, ajak mereka ke tempat yang tenang untuk duduk dan berbicara tentang apa yang terjadi.
Baca Juga:Â Rahasia Agar Lebih Dekat dengan Anak
Demikianlah beberapa alasan mengapa anak kerap tantrum serta cara mengatasinya. Ingatlah bahwa kesabaran dan kasih sayang adalah kunci utama dalam menghadapi tantrum anak. Dengan memahami dan mencintai anak, kita dapat membantu mereka belajar cara mengelola emosinya dengan cara yang lebih sehat.