Ira Koesno menjadi perhatian hampir seluruh masyarakat Indonesia setelah dirinya dipilih oleh KPUD DKI Jakarta untuk menjadi moderator dalam debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada Jumat, 13 Januari 2017 malam.
Parasnya yang awet muda meski sudah memasuki kepala empat membuat banyak netizen dan masyarakat heran kepadanya. Apa lagi sikapnya yang kritis, membuat banyak orang semakin tertarik dengannya. Termasuk kamu kan?
Sebenarnya Ira Koesno sudah cukup terkenal sejak tahun 90an ketika ia menjadi presenter lho. Tetapi kenapa baru sekarang yah kalian pada sadar. Pastinya kalian ingin mengenal lebih dekat sosok Ira Koesno kan? Yuk kita simak saja ulasannya berikut ini.
Gayanya yang khas, lugas serta kritis ketika jadi presenter berita di stasiun televisi SCTV melambungkan namanya. Peraih dua gelar master dari universitas di Inggris ini lantas mundur dari dunia pertelevisian lantaran mau meningkatkan usahanya sendiri. Tetapi pada tahun 2010, ia pulang kandang ke dunia yang membesarkan namanya dengan memandu talk show bertajuk ‘Satu Jam Lebih Dekat’ yang ditayangkan TV One.
Saat sebelum terjun ke dunia jurnalistik, sarjana akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini pernah bekerja sebagai akuntan di Auditor KPMG Hanadi Sujandro, satu perusahaan akuntan publik. Ia memikul tanggung jawab melakukan audit pos neraca, verifikasi, konfirmasi, serta persediaan opname. Setahun berkarir sebagai akuntan, bungsu dari dua bersaudara ini mencoba alih profesi. Kurang lebih Februari 1996, ia melamar ke SCTV, yang ketika itu memerlukan reporter serta presenter.
Tanpa mesti melalui proses panjang yang melelahkan, ia langsung diterima. Bungsu dari dua bersaudara pasangan Koesno Martoatmodjo serta Sri Utami ini beruntung lantaran melakukan profesi yang sesuai sama ketertarikan serta bakatnya. ” Saya miliki dua dunia yang saya sukai, pertama finansial serta yang kedua tulis menulis. Sesudah mencoba jadi akuntan, saya mau coba jadi wartawan,” tutur pemilik nama lengkap Dwi Noviratri Martoatmodjo ini. Yang ada pada pikirannya ketika itu, wartawan yaitu pekerjaan menggembirakan serta penuh tantangan.
Sebagai seseorang jurnalis senior, perempuan kelahiran Jakarta 30 November 1969 ini sudah lewat beberapa peristiwa. Dari mulai meliput langsung momen darurat militer di Aceh, sampai pengalaman yang susah ia lupakan yaitu saat ia mewawancarai mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Sarwono Kusumaatmadja pada tahun 1998.
Ira berbarengan deretan yang lain dipanggil oleh salah seseorang pemegang saham SCTV serta keluarga Cendana. Pangkal masalahnya yaitu arti “cabut gigi” yang pada saat itu dilontarkan sang narasumber, Sarwono. Arti itu mengacu pada arti yang meminta Soeharto (Presiden RI saat itu) untuk mundur. Pada saat itu, kebebasan bicara serta memiliki pendapat di Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto masihlah terbelenggu.
Ira juga mulai sejak awal mengerti sensitivitas dari arti itu. Oleh karenanya, ia memohon Sarwono supaya tidak memakai arti ‘cabut gigi’ serta cuma berpatokan pada skenario yang sudah disediakan redaksi Liputan 6. “Namun ia jadi meneror tidak ingin tampak bila tidak diperbolehkan melontarkan arti itu, ” kenang Ira. Pemanggilan itu berbuntut pada keinginan supaya Ira tidak siaran dahulu sepanjang beberapa hari.
Momen kurang mengasyikkan yang menimpanya pada saat itu tidak selanjutnya mengurangi kekritisannya. Di masa reformasi, ketika pers udah terlepas dari belenggu kekuasaan pemerintah Orde Baru, Ira makin leluasa melemparkan pertanyaan pedas tetapi cerdas pada narasumbernya.
Di stasiun televisi SCTV yang berjasa membesarkan namanya, peraih dua gelar master, yaitu Master of arts bidang film serta produksi televisi (2000) dari Universitas Bristol, dan Master of arts bidang jurnalistik internasional (2001) dari Universitas Westminster ini mulai diberi keyakinan untuk memperlebar sayapnya di dunia jurnalisme. Ia tidak lagi cuma membawakan program berita, namun juga didaulat jadi Asisten Produser Liputan 6 siang serta Produser investigasi “SIGI”.
“Debat Presiden 2004” adalah acara paling akhir yang dipandunya saat sebelum pada akhirnya ia mengambil keputusan untuk mundur dari dunia pertelevisian di tahun 2004 lantaran mau meningkatkan usahanya di bagian jasa strategi komunikasi terpadu, bernama Ira Koesno Communications (IKComm).
IKComm bergerak di bidang jasa media serta PR (Public Relation) konsultan, kursus media serta PR, kampanye umum, menajemen isu, serta hubungan dengan pemerintah. Mendapat dukungan tenaga profesional yang kaya pengalaman di bagian komunikasi serta goverment relations, ia optimistis IKComm dapat melindungi prinsip serta memberi hasil paling baik untuk klien. “Saya repot mengurusi perusahaan. Untuk meningkatkan usaha perlu konsentrasi penuh. Perusahaan tidak bakal besar bila diakukan sebagian setengah,”
katanya. Berhubung usaha yang didirikannya masihlah bertaraf kecil menengah, Ira belum dapat meninggalkannya seutuhnya. ” Saya butuh saat hingga usaha ini dapat jalan stabil. Walau udah ada tim, namun masihlah butuh pendamping, ” terangnya.
Langkahnya sebagai wiraswastawan jelas merasa lebih enteng lantaran ia mengawali di bidang yang udah dikenalnya. Dalam perubahan berikutnya, berhubung usahanya itu udah dapat ditinggal lantaran sudah ada anak buah yang andal serta bisa diakui untuk mengurusiinya, ia juga mau kembali pada dunia televisi. Bila dahulu ia lebih di kenal sebagai presenter berita, di tahun 2010 ia terima tawaran untuk memandu talkshow bertopik Satu Jam Lebih Dekat yang ditayangkan TV One.
Meskipun namanya sudah di kenal orang-orang sebagai jurnalis dengan segudang pengalaman, tetapi lantaran lama tidak keluar, ia juga mengakui mesti mengawali dari pertama lagi serta banyak belajar.
Nama besarnya sebagai seseorang presenter rupanya belumlah pudar. Beberapa tawaran selalu berdatangan tetapi ditolaknya. Ira memanglah di kenal sebagai sosok idealis yang tidak asal-asalan menerima tawaran demikian saja. Ia lantas lebih pilih untuk berhimpun dengan TV One, televisi pimpinan Karni Ilyas, mantan atasannya saat masihlah bekerja di SCTV.
Kemudian, manajemen stasiun televisi yang memiliki motto Terdepan Menyampaikan kabar itu menyodorkan beberapa program untuk dipilihnya. Sesudah dipelajari, nyatanya ‘Satu Jam Lebih Dekat’ yang lebih cocok.
Program bincang-bincang yang dahulu pernah dibawakan mantan anchor SCTV yang lain, Indy Rahmawati, ini mendatangkan banyak tokoh nasional. Menurut Ira, tiap tokoh miliki ciri-ciri tidak sama. Ketidaksamaan begitulah yang jadikan program itu mempunyai daya tarik sendiri.
Pengalamannya wawancarai beberapa tokoh dengan beragam latar belakang serta ciri khasnya masing-masing bikin Ira amat memahami bagaimana caranya “menghidupkan” sebuah program. Satu diantara langkah yang ia kerjakan yaitu mengangkat kemampuan (daya tarik) yang dipunyai sang tokoh.
“Saya mesti dapat keluarkan kemampuan mereka. Bila kekuatannya tidak keluar, memiliki arti saya tidak berhasil. Saya mesti banyak berlatih kembali,” imbuhnya. Tetapi Ira menyatakan, kembali pada televisi bukanlah memiliki arti dia kembali pada jurnalistik.
Sebab menurut dia, jurnalistik memerlukan prinsip tinggi serta tidak dapat ditangani jangka waktu singkat. Tidak cuma itu, jadi seseorang jurnalis mesti panggilan jiwa. Seorang tidak dapat jadi seseorang jurnalis yang baik bila tidak datang dari panggilan jiwa.
Lantaran untuk jadi seseorang wartawan beberapa hal yang perlu dikorbankan, salah satunya harta serta siap bekerja 24 jam. “Kita tidak dapat mencari kekayaan dari jurnalis. Bila mencari uang janganlah jadi jurnalis, kelak bakal menghamba pada uang,” pesan Ira bijak. Prinsip berikut yang sudah ia tanamkan sejak pertama kalinya menjadi wartawan.
Satu lagi nih yang menarik dari Ira Koesno. Wanita cantik serta cerdas ini nyatanya penggemar berat klub sepak bola Chelsea. Hal semacam ini seperti yang ditulis dari situs wikipedia. Serta kenyataan yang lain yaitu Ira kurang aktif di media sosial. Dapat dibuktikan ketika kami mencoba menyari akun instagram Ira Koesno. Tetapi tidak ada, cuma akun twitter serta itu juga paling akhir diupdate 25 Desember 2016.
Nama Ira Koesno kembali ramai diperbincangkan oleh orang-orang Indonesia saat ia jadi moderator debat Pilkada DKI Jakarta yang berjalan pada 13 Januari 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan
Presenter senior Ira Koesno dipilih sebagai moderator. Bukanlah tanpa sebab Ira bersedia jadi moderator debat Pilgub DKI. Peluang jadi moderator, kata Ira, adalah satu peluang langka.
“Ini satu peluang yang menurut saya ini langka. Saya jelas terasa bangga serta suka dapat jadi moderator, debat perdana lagi, ” kata dia selesai acara debat di Jakarta, Jumat (13/1) malam.
Terutama, sambung Ira, demikian tingginya kompetisi diantara ketiga pasangan calon Gubernur serta Wakil Gubernur DKI sekarang, ditambah meningkatnya situasi politik.
“Tingginya pertandingan diantara beberapa pasangan calon juga bagaimana ekskalasi situasi politik, jadi suka sekali dapat jadi pemandu di debat perdana, ” terang Ira.
Tampilan Ira malam itu mengundang perhatian beberapa netizen. Lewat dunia maya, mereka memberikan pujian pada tampilan Ira yang tegas serta luwes dalam acara yang berjalan kurang lebih dua jam itu.
Ira Koesno mendadak jadi pembicaraan orang-orang Indonesia sesudah jadi moderator acara Debat Pilkada DKI Jakarta yang tampil secara LIVE di beberapa stasiun televisi nasional. Ira sukses mengambil perhatian serta bikin gagal fokus, dikarenakan parasnya yang cantik serta awet muda, dan gaya bicaranya yang lugas.
Sebagian Fakta Mengenai Ira Koesno
Tampilan serta Pengetahuannya Memikat Pemirsa serta Netizen
Sosok Ira Koesno betul-betul mewarnai pada debat cagub DKI 2017 ini. Gaya bicara Ira Koesno yang di kenal khas, lugas, serta gawat jadi satu diantara daya tarik paling utama dalam debat. Kemampuannya untuk mengimprovisasi pertanyaan yang tajam juga udah tidak butuh diragukan lagi.
Ira Koesno betul-betul sukses memperlihatkan intelektualitasnya yang pantas dapat acungan jempol. Kepintaran Ira Koesno mendapat dukungan dengan penampilannya yang ayu, tidak heran banyak netizen yang mengulas sorot bola matanya yang tajam, bibirnya yang tidak tebal, serta giginya yang rapi. Beberapa hal itu memanglah jadi daya tarik yang mengagumkan.
Nyatanya Mbak Ira Koesno Masihlah Single
Tidak ada yang mengira kalau wanita kelahiran 30 November 1969 ini nyatanya masihlah melajang. Di usianya yang udah meraih angka 47, ia tetap belum mengambil keputusan untuk menikah. Nasibnya dikira tidak jauh tidak sama dengan rekanan siarannya di tahun 90-an akhir, Jeremy Teti untuk masalah jodoh.
Tanpa mengkritik mengapa ia belum juga menikah, netizen malah makin bersukur ketika tahu kenyataan kalau Ira Koesno masihlah lajang. Kecantikannya memang sungguh-sungguh sukses bikin beberapa orang tidak berhasil konsentrasi.
Perusahaan Punya Ira Koesno
IKComm atau Ira Kusno Communication yaitu perusahaan punya Ira yang terdapat di Jakarta serta bergerak di bidang PR and Media Consultant, Marketing Communication, serta Production House. Ketika keluar dari SCTV, ia fokus meningkatkan perusahaannya ini lantaran saat itu skalanya masihlah kecil hingga perlu konsentrasi penuh untuk menjalankannya.
Sesudah perusahaannya dapat jalan sendiri, ia juga mengambil keputusan untuk kembali pada dunia yang memanglah dicintainya, jurnalistik. Untuk Ira, jurnalistik yaitu bagian yang memerlukan banyak pengorbanan. Lantaran tidak membuahkan banyak duit, cuma beberapa orang yang mempunyai prinsip tinggi yang dapat bertahan di bagian ini.
Kemandiriannya secara finansial serta pandangan hidupnya yang amat idealis ini mungkin saja jadi satu diantara argumen mengapa Ira pilih untuk hidup melajang sampai saat ini. Fans berat club sepakbola Chelsea ini seakan udah komplit hidupnya dengan menjalani beberapa hal yang dia cintai.