Seruni.Id- Dari Sahal bin Sa’ad bahwa nabi SAW didatangi seorang wanita yang berkata, “Ya Rasulullah kuserahkan diriku untukmu”, Wanita itu berdiri lama lalu berdirilah seorang laki-laki yang berkata,” Ya Rasulullah kawinkan dengan aku saja jika kamu tidak ingin menikahinya”.
Rasulullah berkata,” Punyakah kamu sesuatu untuk dijadikan mahar? dia berkata, “Tidak kecuali hanya sarungku ini” Nabi menjawab,”bila kau berikan sarungmu itu maka kau tidak akan punya sarung lagi, carilah sesuatu”. Dia berkata,” aku tidak mendapatkan sesuatupun”.
Rasulullah berkata, ” Carilah walau cincin dari besi”. Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan apa-apa. Lalu Nabi berkata lagi,” Apakah kamu menghafal qur’an?”. Dia menjawab,”Ya surat ini dan itu” sambil menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi,”Aku telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hafalan qur’anmu” (HR Bukhari Muslim).
Belakangan banyak sekali masyarakat yang mulai menjadikan Surat ar-rahman sebagai mahar. Sebenarnya, surat ar-rahman sudah sering digunakan sebagai mahar karena memiliki kandungan makna yang istimewa namun karena suratnya yang cukup panjang tidak banyak orang yang menggunakannya sehingga mengganti dengan surat lain.
Surat Ar-Rahman dikenal dengan nama Arus Al- Qurán yang berarti pengantin Al Quran. Dalam sebuah riwayat, nabi bersabda “Segala sesuatu memiliki pengantin, dan pengantinnya Al Quran adalah ar-rahman”. Surat ke 55 ini diturunkan di kota Mekkah, terdiri dari 78 ayat dan terdapat pengulangan ayat “maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?’ sebanyak 31 kali.
Imam Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat ar-rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ tukadzdzibân’, ia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
Berdasarkan ayat tersebut dapat dilihat bahwa Allah SWT ingin menyampaikan kepada kita rasa syukur yang seharusnya kita miliki, selain itu, menurut Thabathaba’í surat ini berisi isyarat tentang ciptaan Allah dengan banyaknya bagian di langit dan bumi, darat dan laut, manusia dan jin, serta bagaimana Allah mengatur semua itu dalam pengaturan yang bermanfaat bagi manusia dan jin dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Alasan terbesar penggunaan surat ar-rahman ini adalah agar kita selalu bersyukur dengan hal yang kita terima dan mahar dengan menggunakan ayat Al-Qurán dianggap lebih memudahkan dan tidak membebani.
-dari berbagai sumber-