Seruni.id – Teruntuk para muslimah di manapun kalian berada. Kalian pasti tahu bukan, jika hijab adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslimah? Pertanyaannya adalah sudahkah kalian berhijab? Dan bagaimana pandangan kalian mengenai kewajiban ini? Sementara untuk kalian yang masih belum mengenakan hijab, pernahkah kalian bayangkan ayah, bapak, orangtua kalian menanyakan, “Nak, kamu sayang gak sama Bapak?”
Hijab adalah bagian dari tubuh seorang muslimah, dan menjadi penutup dirinya, alat rasa malunya, tanda kehormatannya, jalannya untuk menggapai cinta Allah, serta tangga mencapai surga-Nya yang insya Allah paling indah. Jika seorang Muslimah berhijab, maka pada hakikatnya ia telah berusaha menunaikan salah satu perintah Allah dan Rasul-Nya. Karena, Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab [33] : 36).
Selain itu, kerelaan seorang Muslimah menutupi auratnya dengan hijab syar’i juga merupakan bukti keimanannya. Masih banyak hikmah lain yang akan dipetik oleh seorang muslimah, saat ia berhijab sesuai dengan tuntunan syar’i.
Sementara sebagai orangtua, kita pasti akan merasa bahagia, saat bisa menyaksikan putri-putri kita berjilbab. Karena, walau bagaimanapun, orangtua akan dimintai pertanggung jawaban perihal pendidikan anak-anaknya.
Salah satunya adalah masalah jilbab ini. Jadi, agar anak tidak merasa berat dalam mengenakan hijab syar’i saat ia menginjak sudah usia baligh, perlu adanya usaha orangtua untuk membiasakan anak berjilbab sejak dini. Karena, metode seperti ini sangat efektif dalam mendidik anak berjilbab. Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Ingatlah, tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan setiap orang dari kalian akan ditanyai tentang yang dipimpinnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan bagi laki-laki yang berkedudukan sebagai pemimpin, seperti suami, ayah, dan saudara laki-laki, jika mereka tidak memerintahkan, menganjurkan, mengingatkan istri, putrinya, atau saudara perempuannya agar mengenakan hijab.
Maka mereka akan menjadi dayyuts (yakni orang-orang yang tidak memiliki kecemburuan terhadap kehormatan wanita tanggungannya). Sedangkan, seorang dayyuts diancam oleh Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam, tidak akan masuk surga.
Di sisi lain, Islam memerintahkan agar anak-anak kecil dilatih beribadah sebelum usia baligh. Ibadah shalat, misalnya, merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim. Namun, Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita melatih anak-anak kita melakukannya saat menginjak usia tujuh tahun.
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam mengkhususkan shalat di antara ibadah lainnya, karena shalat merupakan tiang agama. Sedangkan hijab itu seperti shalat, hukumnya wajib bagi setiap muslimah, perintahnya pun jelas dari Allah dan Rasul-Nya, seperti yang telah dijelaskan tadi.
Lantas, bagaimana caranya membiasakan anak berjilbab sejak kecil?
Berikan pemahaman pada anak saat membiasakan mereka berjilbab, yakni jilbab merupakan salah satu perintah Allah dan Rasul-Nya. Sampaikan pula Firman Allah, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya’.” (An-Nur [24] : 31)
Sampaikan pula kepada anak, bahwa berjilbab sama artinya dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena ia telah menunaikan salah satu perintah Allah Ta’ala. Dan Allah telah berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Al-Ahzab [33] : 36).
Tanamkan juga pada diri anak-anak kita bahwa jilbab merupakan bukti keimanan seorang Muslimah. Allah SWT tidak mengarahkan pembicaraan tentang hijab kecuali kepada para wanita mukminah. Dia berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman.” Dia juga berfirman, “Dan istri-istri orang mukmin.” Tentu seorang wanita akan merasa bangga bila masih menyandang keimanan dalam dirinya.
Tunjukkan juga pada anak bahwa berjilbab dapat menyelamatkan hati. Sebab, jika mata tidak melihat sesuatu, maka hati pun tidak akan memiliki hasrat. Dari sini, ketika mata tidak melihat sesuatu yang terlarang, maka hati insya Allah menjadi lebih suci.
Baca Juga: Pandangan Islam Tentang Suami yang Menuruti Kemauan Istri Saat Ngidam
Kemungkinan terbebas dari fitnah pun lebih nyata, karena hijab akan memutus hasrat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit. Allah berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (Al-A’raf [7] : 26).
Masih mau menunda untuk berhijab? Simak kisah satu ini:
“Nak, kamu sayang gak sama Papah?”
“Lho, kok Papah ngomong begitu?”
“Berapa umur kamu sekarang, Nak?
“19”
“Tingkat berapa, Nak?”
“Tingkat 3”
“Di mana?”
“Fakultas Hukum Trisakti, Pah”
“Sayang gak kamu sama Papah? Sudah lima tahun Nak kamu baligh, demi Allah, di Padang Mahsyar besok, kalau kamu tidak berjilbab, Papah yang masuk neraka, Nak. Ikhlas kamu lihat Papah direndam di neraka? Demi Allah, gara-gara kamu. Mulai besok bisa, Nak, Papah minta pakai jilbab ya, Nak. Demi Allah, Nak, ini hukum Allah, saya ayah kandungmu lho, Nak. Gara-gara kamu Papah besok ke neraka. Karena Papah bertanggung jawab terhadap Ibumu dan kamu, karena Papah itu Ayah kandungmu, Nak. Tolong ya, Nak. Demi Allah, Nak. Menangis Papah. Kamu sangat cantik lho, Nak, berhijab. Kamu terpelihara, dilindungi Allah, dosa kamu diampuni, kamu diberikan keberkahan karena memuliakan hukum Allah, berhijab.”
View this post on Instagram
Jadi, tak perlu lagi menunda. Sebab, umur tidak ada yang tahu, siapa tahu besok yang menjadi niatmu memperbaiki diri tidak pernah ada, sebab kita sudah lebih dulu dipanggil pulang oleh yang Maha Kuasa. Astaghfirullah.
Semoga ini menjadi pengingat, semoga kita bisa terus saling mengingatkan dengan cara yang baik dan sopan. Cintai Allah di atas segalanya. Insya Allah semua perintah-Nya terasa mudah untuk dijalani. Aamiin.