Seruni.id – Hijab adalah kewajiban Muslimah. Meskipun masih banyak dari mereka yang belum juga menutup aurat dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan merasa masih belum pantas dan ingin menghijabi hati dulu sebelum menghijabkan diri. Atau sudah ingin memakai jilbab, namun masih belum bisa bersikap dengan baik.
Kita pasti pernah mendengar ungkapan-ungkapan demikian, kan? Sebenarnya kewajiban memakai jilbab tidak pernah mensyaratkan seseorang harus bersih dulu hatinya. Kewajiban itu langsung ada begitu seorang wanita Muslimah masuk usia akil baligh. Satu-satunya tanda bahwa kita sudah diwajibkan berhijab adalah ketika sudah mendapatkan haid pertamakali.
Saat itulah wanita dianggap oleh Allah SWT sudah waktunya untuk memakai jilbab. Tidak perlu menunggu ini dan itu, karena kewajiban itu sudah langsung dimulai saat itu juga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada anak wanita Abu Bakar ra, Asma’ binti Abu Bakar ra.
“Wahai Asma’, seorang wanita bila telah haidh maka tidak boleh nampak darinya kecuali ini dan ini. Rasulullah SAW memberi isyarat kepada wajah dan tapak tangannya.”
Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam tidak mengatakan bahwa bila sudah bersih hatinya, atau jika sudah baik perilakunya atau hal-hal lain, namun dengan tegas beliau mengatakan bila sudah mendapat haid.
Ketentuan ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang kewajiban memakai kerudung yang dapat menutupi kepala, rambut, leher dan dada.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya…” (QS. An-Nur : 31)
Menjilbabi hati beranalogi dengan khusyu’ dalam salat. Kita harus khusyu’ ketika mengerjakan salat. Melupakan segala hal yang bersifat duniawi dan hanya mengingat Allah SWT semata. Tentu saja, sangat sulit dilakukan. Tapi, apakah kita akan berhenti begitu saja karena merasa belum bisa khusyu? Kita harus tetap melaksanakan salat sedikit demi sedikit dan terus belajar agar lebih khusyu.
Jika kita berhenti begitu saja, maka kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya salat dengan khusyu. Begitupun dengan hati, semestinya tidak menjadi penghalang ketika kita ingin mengenakan jilbab. Lebih baik, gunakan jilbab mulai sekarang, lalu seterusnya sedikit demi sedikit kita bisa belajar memperbaiki hati kita.
Menghijabkan aurat sama halnya dengan menghijabkan hati juga. Mempercantik aurat sama saja dengan mempercantik hati kita. Jadi, manakah yang harus didahulukan? Menjilbabkan hati atau aurat? Jawabannya adalah, mari kita lakukan keduanya bersama-sama sebab ketika kita menjilbabi aurat sebenarnya kita telah satu langkah menjilbabi hati kita.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Berhijab dan Kerap Dibully, Tak Menghentikan Langkahnya untuk Bermain Golf
[/su_box]
Namun, jika sudah memakai jilbab, bukan berarti kita diperbolehkan berhati jahat, ya. Tentu saja seorang wanita Muslimah harus berhati baik, berakhlaq baik dan berperilaku yang mencerminkan nilai keimanan dirinya. Tapi semua itu bukan syarat untuk wajib pakai jilbab. Sebab, keduanya adalah kewajiban yang tidak saling tergantung satu dengan yang lainnya.