Seruni.id – Seorang Diplomat asal Jerman, Dr Murad Hofmann merupakan seorang mualaf. Perjalanannya menuju Islam, ia tuliskan dalam sebuah buku yang berjudul “Journey to Islam” yang ditulis dalam bahasa Inggris, dan telah diterjemhkan dalam banyak bahasa, termasuk Arab dan Jerman.
Buku Tersebut Berkisah Tentang Perjalanannya Menuju Islam
Di dalam buku tersebut, Hofmann mengisahkan bagaimana perjalanannya menemukan hidayah, di buku tersebut pula, ia menyebutkan terdapat tiga hal yang mampu mendorongnya untuk masuk Islam.
Faktor yang pertama yakni, ketika ia menjadi seorang diplomat asal Jerman di Aljazair pada tahun 1962 lalu, saat itu sedang terjadi perang kemerdekaan di sana.
Kala itu, Prancis telah membuat perjanjian dengan masyarakat Aljazair. Isi dari perjanjian tersebut adalah, jika mereka mengadakan gencatan senjata dalam waktu enam bulan, maka mereka akan diberikan kedaulatan. Namun, rupanya orang-orang Prancis di sana sangat keras dan berusaha memprovokasi masyarakat Aljazair hingga timbullah perlawanan.
“Saat berada di Aljazair, saya sangat tertarik dengan tingkat kedisiplinan warga di sana. Saya diminta membaca Alquran untuk menyaksikan apa yang telah memberi kekuatan kepada mereka, dan mereka membaca Alquran,” ujar Hofmann.
“Dalam pikiran saya, saya sudah masuk Islam namun belum secara resmi. Saat itulah saya meninggalkan semua ideologi agama saya sebelumnya,” tambahnya.
Seni Islam
Lantas, apa faktor selanjutnya yang mendorong seorang diplomat asal Jerman itu yakin untuk memeluk Islam? Menurutnya, faktor kedua ini dikarenakan seni Islam.
Jauh sebelum ia masuk Islam, Hofmann merupakan seorang kritikus balet sangat sering menonton pertunjukan balet, namun ada rasa bosan di hatinya, sehingga ia lebih tertarik untuk melihat seni Islam.
“Sebelumnya, saya seorang kritikus balet dan melakukan hampir 50 kali setahun untuk menonton dan mengkritik pertunjukan balet. Sebagai kritikus, tentu harus mempunyai standar. Namun itu membuat saya bosan, hingga akhirnya saya melihat seni Islam.”
“Seni Islam menyentuh saya dengan cara yang tidak biasa dibandingkan seni lain menyentuh saya,” ungkap Hofmann.
Filsafat
Dan yang terakhir, adalah filsafat. Meskipun dia tidak pernah belajar untuk menjadi filsuf, namun jika ada waktu luang, ia menyempatkan diri untuk membaca buku-buku filsafat. Diketahui, beberapa filsuf terbesar sepanjang masa adalah seorang muslim.
“Saya kesal, karena tidak mengenal mereka sebelumnya,” jelasnya.
Pada 1980 lalu, Kantor Luar Negeri Jerman, menyelenggarakan presentasi konprehensif yang membahas tentang Islam untuk mengajar para diplomat yang akan ditempatkan di berbagai negara Islam.
Saat itu juga bertepatan dengan ulang tahun putra Hofmann. Ia mengatakan, ia akan memberikan sesuatu yang berharga. Ternyata ia menuliskan tentang pertemuannya dengan Islam, hingga menjadi 14 halaman.
Imam dari Dusseldorf adalah gurunya belajar Islam. Hofmann lalu ditanya apakah ia mempercayai apa yang ia tulis, jika percaya maka ia adalah seorang muslim.
Lalu Hofmann percaya dan mengakui dirinya seorang muslim. Ia segera memberitahu Kementerian Luar Negeri Jerman bahwa ia kini adalah seorang muslim sehingga hanya dikirim ke negara-negara mayoritas muslim untuk bertugas.
Hofmann juga menulis buku The Diary of German Muslim, dan hingga saat ini ia telah menulis lebih dari 13 buku dan lebih dari 250 ulasan buku tentang Islam. Beliau juga telah melakukan haji dua kali dan umrah lima kali.
Baca Juga: Lantunan Surah Maryam Membuat Jae Deen Menjadi Mualaf Hingga Menulis 30 Juz Al-Qur’an
Namun belum lama ini, Hofmann yang dikenal sebagai pemikir muslim meninggal dunia 13 Janurai lalu pada usia 88 tahun setelah berjuang melawan penyakit.
Hofmann mewariskan pemikirannya tentang Islam, termasuk meninggalkan buku berjudul Journey to Makkah and Islam: The Alternative.